Januari 17, 2024

Resensi Buku Anak A Boy, A Bear, A Balloon (Bocah, Beruang, Balon) - Brittany Rubiano, Mike Wall


Judul:
A Boy, A Bear, A Balloon (Bocah, Beruang, Balon)

Penulis: Brittany Rubiano

Ilustrasi: Mike Wall

Penerjemah: Maria Felicia

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2018

Tebal: 40 hlm.

ISBN: 9786020395159


Begitu melihat covernya yang lucu, terus ada beruangnya, saya langsung tahu kalau ini ceritanya pasti soal karakter Pooh, si beruang madu di cerita Winnie The Pooh. Sebelumnya saya sudah membaca dua buku tentang Pooh yaitu buku Winnie The Pooh dan The House At Pooh Corner.

Setelah saya baca ulang ulasan kedua buku tadi, saya tidak menemukan cerita awal mula Christopher Robin masuk ke Hutan Seratus Ekar dan bertemu Pooh. Atau saya yang lupa? Mungkin saya harus nonton filmnya juga biar paham basic ceritanya.

Di buku ini kita akan dibawa ke satu momen ketika Christopher Robin versi dewasa yang datang lagi ke Hutan Seratus Ekar. Pooh awalnya tidak percaya kalau itu Robin dan ia asing dengannya karena Robin kerap mengatakan tanggung jawab dan membawa tas berisi Hal-Hal Penting.

Ada satu kejadian dimana Christopher Robin kesal kepada Pooh dengan mengucapkan kalimat yang kasar. Ini membuat Pooh pergi penghilang.

"Hidup itu labih dari sekadar balon dan madu!" teriaknya. "Aku bukan anak-anak lagi. Aku sudah dewasa!" (hal. 9)


Kemunculan Robin mengagetkan teman-teman lamanya;  Eeyore, Piglet, Rabbit, Tiger, Owl, Kanga, dan Roo, bahkan mereka sempat tidak percaya kalau orang di depan mereka adalah Robin. Dan rupanya pada saat itu teman-teman Robin sedang ketakutan oleh kemunculan Heffalump. Tugas Robin kini bertambah, selain mencari Pooh, dia juga harus menenangkan teman-temannya kalau Heffalump itu tidak ada.

Jujur, saya selalu senang membaca buku anak-anak. Selain ceritanya yang ringkas, alur cerita dan konfliknya pun ringan. Dan dengan begitu kita pun akan lebih mudah memahami apa pesan ceritanya.

Dari cerita Pooh kali ini kita akan mendapatkan pesan untuk berani meminta maaf setelah melakukan hal yang menyakiti orang lain. Ini dicontohkan Robin kepada Pooh setelah dia meneriakkan kata-kata keras.

Di buku ini masih menggunakan konsep cerita yang sama dengan kedua buku yang sudah saya baca, yaitu menggabungkan petualangan Robin berupa pencairan Pooh dan memecahkan masalah yang muncul di kalangan teman-temannya. 



Ilustrasi pada buku ini pun sangat bagus. Penerjemahan juga cukup baik walau pun untuk beberapa kata dan kalimat masih agak kaku. Misalnya menunjukkan kertas yang berhamburan terbang justru diterjemahkan dengan kata berpusing ke langit. Hemm...

Kesimpulannya, buku anak ini masih saya rekomendasikan untuk dibaca oleh anak-anak atau dibacakan oleh orang tua kepada anaknya sebelum tidur.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Januari 08, 2024

Resensi Novel Paris: Aline - Prisca Primasari

Dulu, Gagas Media termasuk penerbit yang kreatif dengan karyanya yang enggak ada matinya. Banyak buku bagus yang diterbitkan. Salah satu series yang terkenal adalah series Setiap Tempat Punya Cerita a.k.a STPC. Kalau mengintip di goodreads, totalnya ada enam buku. Dan novel Paris: Aline ini adalah buku pertamanya.



Judul: Paris: Aline

Penulis: Prisca Primasari

Editor: eNHa

Sampul: Jeffri Fernando

Ilustrasi isi: Diani Apsari

Penerbit: Gagas Media

Terbit: 2012, cetakan pertama

Tebal: x + 214 hlm.

ISBN: 9797805778

RINGKASAN

Aline Ofelif yang patah hati gara-gara pria yang ditaksirnya malah jadian dengan perempuan lain. Melalui pecahan porselen ia dipertemukan dengan pria yang misterius bernama Sena. Terlalu banyak tanda tanya mengenal Sena. Selain Sena, ada Kak Ezra yang lebih dulu dikenal Aline dan menunjukkan perhatian-perhatian. 

Kira-kira kepada siapa Aline akan menambatkan hatinya?

RESENSI

Menurut saya novel ini terasa manis, plus suasana romantis didukung penuh oleh lokasi cerita yaitu Paris. Saya lumayan takjub sih dengan awal mula pertemuan Aline dan Sena yang terhubung lewat pecahan porselen dan lokasi yang dipilih pun enggak biasa, monumen pemakaman. Rada ngeri-ngeri sedap ya, takut ketemu hantu, itu juga yang dialami Aline ketika menyanggupi janjiannya.

Selain itu saya juga memikirkan kira-kira Aline lebih pas berpasangan dengan Sena atau Kak Ezra. Jujur saja Kak Ezra ini sosok misterius tapi bisa diandalkan, dia bahkan menunjukkan bentuk perhatiannya dengan tindakan, bukan kata-kata saja, rela menemani Aline menunggu Sena datang dengan alasan mengamati sebuah gedung.

Yang mengganjal buat saya justru pada keputusan hati Aline yang naksir Sena padahal Sena itu menyebalkan dan seingat saya tidak banyak perhatian dan persinggungan antara keduanya. Bagaimana rasa sayang itu bisa muncul, bahkan mengalahkan perlakuan perhatian Kak Ezra yang nyata-nyata diterima Aline sejak ia tiba di Paris.

Kejadian Sena yang ditawan oleh pasangan Poussin juga membingungkan karena Sena itu bukan anak kecil harusnya dia bisa lebih tegas dengan hidupnya ketimbang memikirkan keluarga yang bukan siapa-siapanya. Istilahnya, dia lebih memikirkan kondisi keluarga orang lain dibandingkan kekhawatiran keluarganya sendiri. Dan apa yang dilakukan pasangan Poussin itu sudah tergolong kriminal, harusnya gampang dilaporkan ke polisi, tapi lagi-lagi Sena memberikan alasan yang menurut saya belum kuat kenapa dia memilih bertahan ditawan. 



Selain sisi romansa yang disajikan penulis, saya juga bersimpati dengan Sevigne Devereux, sahabat Aline, yang tengah berjuang dengan cita-citanya menjadi penulis. Kerasa banget kesulitan yang dihadapi dia, terutama mewujudkan keinginannya untuk menerbitkan karya. Selain itu, pilihan dia menjadi penulis juga dipandang sebelah mata oleh keluarganya. Tentu ini jadi pukulan keras dimana keluarga harusnya menjadi pilar pendukung utama tapi justru jadi penghambat utama. Huft!


"...Dia melihat salah satu tulisanku dan bilang semua itu tidak ada gunanya, buang-buang waktu, sampah..." (hal. 114)


Untuk sudut-sudut Kota Paris yang ditampilkan dalam cerita ini lebih variatif, tidak memilih yang ikonik banget yaitu Menara Eifel. Kita akan diajak ke Monumen Pemakaman Place de la Bastille, Museum Cluny, Beaumarchais Boulangerie, Kediaman Victor Hugo, Pemakaman Pere Lachaise, dan sudut-sudut Kota Paris lainnya yang dilewati oleh Aline atau pun tokoh lainnya. Ini memberikan wawasan baru buat pembaca soalnya beberapa novel yang mengambil setting di kota terkenal biasanya hanya menonjolkan lokasi ikonik saja tanpa mengajak berjalan-jaln lebih luas.

Gaya menulis Kak Prisca Primasari terbilang runut dan detail. Saya menikmati sekali diksi-diksi yang dirangkai penulis sehingga bisa membayangkan kelembutan, keromantisan, dan kehangatan kisah Aline dan Sena selama di Paris.

Penokohan di novel ini belum membuat saya suka dengan salah satunya. Karakter Aline Ofelif secara umum saya kutip seperti yang dituturkan oleh Sena, "Pikiran sempit, nggak percaya diri, tapi sok kuat. Melankolis tidak pada tempatnya. Suka berjibaku pada hal-hal tidak penting." Meski begitu, karakter Aeolus Sena pun tidak lebih baik dari Aline. Dia kurang tegas memilih keputusan, suka meremehkan hal-hal penting, dan kurang bertanggung jawab. Sedangkan Kak Ezra terlalu penutup dan lebih pemendam perasaan sehingga dia kena salip oleh Sena, hehe.



Kover novel Paris; Aline ini jadi template baku untuk series STPC ini. Warna dasar yang kalem dengan gambar vector di kasih judul yang bold. Dan yang paling keren, buku ini juga memberi postcard dengan ilustrasi yang cakep banget.

Novel Paris: Aline ini merupakan buku ketiga karya Kak Prisca Primasari yang saya baca. Sebelumnya saya pernah membaca Heartwarming Chocolate dan Kastil Es & Air Mancur Yang Berdansa.

Kesimpulannya, novel Paris: Aline ini kuat di bagian romantisnya dan bikin saya bernostalgia dengan kejayaan Penerbit Gagas Media yang kerap menerbitkan buku-buku jatuh cinta. Ceritanya sangat enak dinikmati dan pas untuk pecinta cerita cinta-cintaan.

Sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Januari 04, 2024

Resensi Novel Kisah Hidup Gusko Budori - Miyazawa Kenji


Judul:
Kisah Hidup Gusko Budori

Penulis: Miyazawa Kenji

Penerjemah: Ivia Ade K.

Ilustrasi: EorG

Penyunting: Gita Romadhona

Penerbit: Penerbit Mai

Terbit: Desember 2022, cetakan pertama

Tebal:108 hlm.

ISBN: 6214941570460 (QRCBN)

RINGKASAN

Pada musim dingin panjang, Gusko Budori (10) dan Neri (7), adik perempuannya, ditinggalkan berturut-turut oleh Ayah dan Ibunya di rumah di hutan Ihatov. Tak lama setelah itu, Neri diculik oleh seorang pria yang memanggul keranjang. Sejak saat itulah Gusko Budori mulai berjuang untuk hidup. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan orang-orang yang mengajarinya soal kerja keras.



RESENSI NOVEL

Novel ini mengajak kita mengikuti perjalanan hidup Gusko Budori sejak ia kecil sampai dewasa yang penuh kemalangan. Ia ditinggalkan orang tuanya, adiknya diculik, ia harus bekerja kepada Pemilik Pabrik Sutra, saat gunung meletus giliran ia bekerja kepada Tuan Tanah Janggut Merah, dan saat dewasa ia mengabdikan diri di Biro Pengamatan Gunung Berapi Ihatov bersama Teknisi Tua Pannennam.

Ini adalah novel perenungan untuk bekerja keras dan tidak putus asa. Sangat jelas diwakili oleh Gusko Budori yang rajin memasang jaring untuk ulat sutra dan dia juga menuntun kuda untuk membajak lumpur. Sepanjang melakukan pekerjaan itu tidak sekali pun Gusko Budori mengeluh. 

Gusko Budori juga memiliki keingintahuan yang tinggi sebab setelah dipersilakan untuk meninggalkan tanah garapan Tuan Tanah Janggut Merah, ia memilih menemui Profesor Kubo. Sebelumnya Gusko Budori pernah belajar dari buku-buku dan jika bertemu Profesor Kubo artinya ia akan belajar lebih banyak lagi. Gusko Budori pun diminta membantu bekerja mengamati kondisi ratusan gunung merapi.

Dan sedikit memilukan di akhir ceritanya karena Gusko Budori memutuskan untuk menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Sepertinya ini buah dari dia melakukan perjalanan dan belajar banyak hal. Walau begitu saya merasa lega sebab Gusko Budori akhirnya tahu nasib dari orang tua dan adik perempuannya. 

Menurut saya buku ini tidak cocok untuk anak-anak karena muatan ceritanya yang berat dan tidak menyenangkan. Justru saya yang dewasa pun butuh waktu untuk memahami intisari dari perjalanan Gusko Budori ini. Selain itu terjemahannya juga mendukung pendapat saya karena lebih memilih memasukkan istilah-istilah pertanian dibandingkan nama familiar bahasa indonesianya. Agak sedikit terasa ilmiah, hehe.

Secara penokohan saya tidak bisa bersimpati penuh kepada Gusko Budori karena kurang penggalian karakternya. Saya yakin ini karena ceritanya yang diringkas padahal fase yang dilewati Gusko Budori terbilang panjang. Banyak momen-momen yang tidak terceritakan yang seharusnye memperjelas penokohan Gusko Budori.




Saya suka dengan ilustrasi yang ada di dalam buku ini, rada absurd tapi cukup memberikan gambaran ceritanya. Dan yang masih membingungkan justru gambar karakternya yang berubah jadi hewan-hewan. Sempat terpikir jangan-jangan ini cerita hewan, tetapi ceritanya justru tegas menjelaskan soal manusia. Hemm, kenapa mesti diwakili sama bentuk-bentuk hewan ya?

Kalau kita perhatikan kovernya, yang warna kuning itu seperti bentuk monster ya, padahal bukan, itu adalah gunung berapi. Dan warna latar hijau tua sudah cukup menyampaikan kalau isi novel ini tidak ceria. 

Secara keseluruhan saya bisa menikmati cerita Gusko Budori di novel ini walau pun belum memberi kesan mendalam. Buku ini pas dibaca bagi yang butuh bacaan mengenai nilai diri dan bentuknya novel, bukan self improvement.

Sekian ulasan saya untuk novel Kisah Hidup Gusko Budori ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Januari 01, 2024

Halo 2024

Happy New Year!!!


Sujud syukur saya haturkan kepada Gusti Allah SWT yang sudah memberikan saya kesempatan untuk berada di momen ini. Tahun 2023 sebentar lagi berakhir dan saya melewatinya dengan susah payah. Tahun kemarin lebih banyak tangisan daripada tawanya. Namun berkat banyak orang baik, saya bisa menahan beban hidup yang pernah membuat saya ingin bunuh diri.



Halo 2024!

Di titik ini saya begitu bersemangat ingin melalui tahun ini dengan penuh suka cita. Banyak hal baik yang ingin saya lakukan. Banyak hal baik yang ingin saya bagikan. Dan saya akan ingat terus dengan kata ini "Blissful Simplicity", kesederhanaan yang penuh kebahagiaan.

Termasuk kegiatan saya di dunia literasi -membaca buku dan mengulasnya di blog- akan saya coba susun ulang agar prosesnya tidak membebani dan justru membuat senang.

Berikut beberapa hal yang saya canangkan sebagai panduan, check this out:


  • Saya akan membaca 50 buku dan mengulasnya di blog ini. Yang akan berubah adalah format ulasannya. Ke depannya akan saya buat lebih personal dan mungkin hanya menyajikan kesan-kesan saja. Sebab ketika membuat ulasan dengan format yang formal, saya malah terbebani sehingga beberapa buku harus dibaca ulang karena ketika mengulasnya mengalami kebuntuan.
  • Saya akan konsisten membuat konten blog. Selama ini ada ketidakkonsistenan membuat postingan di blog ini karena kesulitan menentukan apa-apa saja yang pas disajikan. Beberapa artikel mengendap di draf, kemudian saya hapus karena tidak relevan lagi.
  • Saya akan mengadakan giveaway minimal 1 kali per bulan. Bentuk rasa syukur karena bisa memiliki koleksi buku, baik fiksi maupun nonfiksi, yang kian waktu kian banyak. Hadiah giveaway nanti tidak melulu buku baru, saya juga akan memberikan hadiah buku preloved agar koleksi saya tidak membludak.
  • Saya akan membaca banyak buku TBR 2023. Jumlah buku TBR saya per awal tahun 2024 ini adalah 401 buku, dengan rincian sebagai berikut: Fiksi 355 buku, Komik 1 buku, dan Non-Fiksi 45 buku. Saya tidak sabar untuk mulai membaca TBR dan mengetahui hasilnya pas akhir tahun ini nanti.
  • Saya juga akan mencadangkan uang 120K untuk beli buku per bulan. Mengingat banyak banget TBR yang belum diselesaikan maka saya akan membatasi secara ketat keinginan untuk beli buku baru di tahun ini.


Sekian tulisan saya untuk mengawali tahun 2024 ini. Semoga semua yang saya harapkan akan terkabul. Amin!

Lalu apa harapan kamu di tahun 2024 ini?



Desember 12, 2023

Resensi Buku Anak: Gaya Rambut Pascal - Clara Ng, Verdi


Judul:
Gaya Rambut Pascal

Penulis: Clara Ng

Ilustrator: Verdi

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2010, cetakan kedua

Tebal: 24 hlm.

ISBN: 9789792214895

RINGKASAN

Salah satu kebanggaan menjadi singa adalah punya rambut yang lebat. Pascal pun merasa demikian. Tapi ia bingung mau menata rambutnya seperti apa setelah ia tahu sudah ditunjuk untuk menjadi pemimpin parade pada Malam Festival. Ia pun ditolong Stella, si orang utan, untuk membantu memilihkan gaya rambut yang pas.

Kira-kira gaya rambut seperti apa ya yang dipilih Pascal?


ULASAN

Arrrgghh! Saya jadi ketagihan membaca buku anak!

Ini adalah buku keempat dari Mbak Clara NG yang saya baca. Tiga buku sebelumnya pun sangat menarik. Pokoknya kalian pun harus membaca buku anak untuk memberi jeda otak memahami bacaan yang berat-berat.

Di buku anak ini, tokoh utamanya masih binatang yaitu seekor singa. Kalian tahu kan ciri-ciri paling umum dari seekor singa yang dikenali anak-anak? Yup! Singa punya rambut panjang di kepalanya.

Dan karena ingin tampil amazing, singa pun memikirkan untuk merubah tatanan rambutnya. Ini yang kemudian jadi konflik, soal bentuk rambut.

Melalui cerita singa dan rambutnya ini kita bisa mengajarkan kepada anak-anak untuk menjadi diri sendiri. Hal baik yang bisa didapatkan dengan menjadi diri sendiri adalah kita tidak perlu kerepotan menjadi orang lain. Anak-anak tentunya perlu diajarkan untuk memiliki kecintaan terhadap dirinya sendiri agar bisa menumbuhkan rasa percaya diri.

Buku ini pun sama ringkasnya tapi sensasi menyenangkan setelah membacanya tetap saya dapatkan. Mungkin karena pesan kebaikan yang basic yang coba disampaikan melalui buku ini, saya seperti mendapatkan cucuran air setelah mengalami kegersangan.

Untuk ilustrasi bukunya tetap menarik sebab sederhana dan ceria. Warna latar belakang ceritanya adalah kuning tapi yang agak gelap gitu. Ini yang bikin kelihatan agak sendu sebab warna hewan yang muncul pun kebanyakan kuning gelap dan cokelat. Singa kuning, marmut kuning, jerapah kuning, dan orang utan cokelat. Meski begitu, buku ini tetap enak dilihat.

Oya, ternyata buku ini merupakan bagian dari buku anak 'Berbagi Cerita, Berbagi Cinta'. Totalnya ada tujuh buku, semoga saya bisa membaca kesemuanya, hehe.

Sekian ulasan buku anak ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Desember 05, 2023

Resensi Buku Anak: Bugi Hiu Suka Senyum - Clara Ng, Cecillia Hidayat


Judul:
Bugi Hiu Suka Senyum

Penulis: Clara Ng

Ilustrator: Cecillia Hidayat

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2010

Tebal: 24 hlm.

ISBN: 9789792254440

RINGKASAN

Hiu itu identik dengan giginya yang tajam dan menyeramkan. Tetapi Bugi justru kebalikannya, dia suka tersenyum. Dan ketika sekumpulan Paus bermain di sekitar tempat para hiu dengan ribut dan berisik, Bugi dan Luki memikirkan cara mengusir mereka dengan menakut-nakuti. Tetapi para Paus malah tertawa.

Cara apa yang harus dilakukan oleh Bugi dan Luki agar para Paus beranjak pergi?


ULASAN

Setelah di buku yang lalu kita bertemu dengan cerita hewan yaitu Buaya, kali ini kita ketemu dengan hewan air lainnya yaitu ikan Hiu.

Pasti sudah tahu dong gimana ganasnya ikan yang satu ini! Bahkan banyak sekali film-film yang mengangkat cerita keganasan ikan hiu menyerang manusia dan selalu bikin penasaran sekaligus ngeri-ngeri sedap.

Eh tapi Bugi ini lain lho, dia ikan Hiu yang selalu tersenyum. Tetap slay apa pun masalahnya. Termasuk ketika tempat mereka kedatangan para ikan Paus yang berisik. Dan ketika mereka menunjukkan sikap galak untuk menakut-nakuti, para ikan Paus malah tertawa.

Bugi pun mengusulkan cara lain yaitu dengan senyuman dan ramah tamah. Cara ini malah berhasil.

Dari buku ini kita bisa belajar jika senyuman itu memberikan efek positif untuk memulai pertemanan. Dan katanya, tersenyum itu bisa menular. Jadi jangan pasang muka masam terus ya, perbanyak tersenyum dan bermuka ramah.

Bugi juga secara tidak langsung mengingatkan kita agar menjadi diri sendiri. Soalnya Bugi tidak terprovokasi dengan Luki yang mengatakan kalau jadi hiu itu harus galak. Bugi tetap menjadi hiu yang murah senyum.

Buku ini juga punya cerita yang sederhana tapi memiliki muatan nilai kebaikan yang pas ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Agar anak-anak bisa punya amunisi ketika mau berteman dengan yang lain, yaitu dengan menjadi anak yang murah senyum dan ramah.



Ilustrasinya selalu konsisten menarik dan menyenangkan mata walau pun ilustratornya berbeda dengan dua buku sebelumnya. Dan khusus buku ini warna yang dominan adalah warna biru karena latar ceritanya berada di air laut. Bentuk ikannya lucu-lucu walau pun saya agak susah membedakan bentuk hiu dan paus, hehe.

Kesimpulannya, buku cerita anak ini bagus untuk dijadikan bacaan anak, apalagi kalau dibacakan oleh orang tua menjelang tidur, ditambah dengan ekspresi lucu untuk mendramatisasinya. Pasti anak-anak girang mendengarkan kisahnya.

Nah, sekian ulasan buku anak ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!