[Resensi] Perkara Bulu Mata - Nina Addison


Judul: Perkara Bulu Mata
Penulis: Nina Addison
Editor: Harriska Adiati & Neinilam Gita
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: September 2018
Tebal buku: 296 halaman
ISBN: 9786020611907 / 9786020611914

Cerita di novel Perkara Bulu Mata terbilang segar, itu reaksi pertama saya setelah selesai membaca tuntas. Padahal judulnya ini jadi persoalan di awal membaca, nggak ada menarik-menariknya sama sekali. Dan saya juga sempat mandeg membacanya. Begitu kesempatan kedua datang, saya keukeuh melanjutkan sampai tamat.

Novel Perkara Bulu Mata menceritakan empat anak manusia yang bersahabat sejak mereka di SMA: Vira, Jojo, Albert, dan Lilian. Usia dewasa yang melemparkan mereka pada dunianya masing-masing lantas nggak merenggangkan persahabatan yang terjalin. Hanya saja tidak ada jaminan kalau perempuan dan laki-laki sahabatan, bakal awet sahabatan tanpa ada cinta-cintaan. Ternyata waktu SMA Lilian sempat naksir Albert yang berujung penolakan. Beruntungnya persahabatan mereka tidak jadi tumbal. Dan akhir-akhir ini Vira yang mulai merasakan suka sama Jojo sejak mereka curhat tentang kandasnya hubungan dia dengan Tom, dan nggak sengaja Vira memperhatikan bulu mata Jojo. Terdengar aneh memang, ada ya orang jatuh cinta sebabnya lihat bulu mata.


Cerita utama kemudian bergulir urusan tarik ulur hubungan Vira dan Jojo. Awalnya Vira suka Jojo, Jojo malah nggak suka. Begitu Jojo suka Vira, Vira sedang berproses ikhlas dengan perasaannya yang dirasa sepihak. Bagian ini menggemaskan sekali. Belum lagi bagian-bagian seru ketika Vira dan Jojo merasa cemburu untuk satu sama lain gara-gara muncul pihak lain: Bella dan JC.

Kalau mau tau perjalanan asmara mereka, mending baca aja novelnya langsung!

Tema novel ini roman friendzone. Dan nggak tau kenapa nggak pernah bosan baca novel roman begini. Terutama bagian tarik ulur hubungan yang nggak jelasnya itu. Saya simpulkan Nina berhasil membawa pembaca ke konflik seru Vira-Jojo hingga bikin saya gemas, kesal, menggerutu, sekaligus tertawa.

Gaya bercerita renyah karena diksi yang digunakan to the point, nggak pakai bahasa yang terlalu baku, apalagi yang sastra banget. Yang mengganggu buat saya justru penggunaan bahasa inggris di kalimat yang panjang. Pokoknya ini urusan personal banget, soalnya saya nggak pinter menerjemahkan kalimat bahasa inggris.

Karakter keempat tokoh sangat hidup dan terkesan nyata. Kedewasaan mereka juga kerasa, nggak terjebak dengan ala remaja-remaja alay. Tercermin dari keputusan dan pola pikir yang dibentuk ada unsur bijaknya. Soalnya ada beberapa novel yang pakai tokoh dewasa tapi si tokoh disajikan remaja banget. Kan ganggu sekali. Sorotan cerita di novel ini memang kepada Vira-Jojo, namun keberadaan Albert dan Lilian sangat berarti sebagai penopang cerita. Permasalahan mereka ibarat jeda untuk masalah Vira-Jojo sehingga cerita tidak monoton membahas inti cerita Vira-Jojo.

Ada empat catatan yang merangkum mengenai novel Perkara Bulu Mata ini:

  1. Persahabatan yang disajikan Nina lewat keempat tokoh utamanya terbilang seru dan manis. Geng temen yang dewasa dan manusiawi.
  2. Kisah percintaan yang ada di novel ini tergolong kompleks, akibat ragu milih sahabatan apa pacaran. Ah, ketakutan nyata yang dihadapi orang-orang di club ‘sahabatan lawan jenis’ selalu soal nanti bakal gimana kalau berubah status. Bakal baik-baik saja atau justru berantakan. Dan pikiran ini yang menjadi dalih, “Mending dipendem aja deh!”
  3. Nilai kemanusiaan yang mendewasakan pembaca lewat wejangannya yang nggak menggurui. Ditambah momen untuk menyampaikannya yang nggak kayak ceramah di mimbar atau menegur secara brutal, membuat novel ini nggak kehilangan rasanya jadi novel religi atau buku self-improvement. Aura novel metropop-nya tetap terjaga.
  4. Jalan-jalan ke Praha yang seru karena subkonflik yang dipilih penulis membuat adegannya tetap menarik diikuti. Nggak hanya bicara tentang nama jalan, sejarah, atau monumen khas kota Praha, namun lebih ke fungsi latar yang menyokong alur dalam menyampaikan pesan novel dengan tanpa melepaskan informasi kotanya.

Akhirnya, saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca kalian. Terus saya penasaran dengan novel karya Nina lainnya: Morning Brew (2011) dan Kismet (2015).


6 komentar:

  1. kayaknya recommended banget ya buku ini, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Seru soalnya. Khas metropop banget dengan pemilihan konflik yang menggemaskan, hehe

      Hapus
  2. ini kayaknya bagus, karna dengan cerita yg agak aneh, tapi masa ngebosenin?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha enggak ngebosenin kok. Seru malah. Hehe

      Hapus
  3. Setelah liat ilustrasi Lilian di halaman terakhir, sumpah dia cakep banget ternyata walaupun nyablaknya gila wkwkw seru banget ini novel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lilian dan Albert harusnya dibikin series sendiri ya. Bakal seru banget pasti, hahaha.

      Hapus