Tampilkan postingan dengan label enid blyton. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label enid blyton. Tampilkan semua postingan

Februari 05, 2025

Resensi Kumcer Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain oleh Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Indri K. Hidayat

Ilustrasi: Val Biro

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2016, cetakan ketiga belas

Tebal: 192 hlm.

ISBN: 9786020330143

Tag: cerpen, anak-anak


Di sela membaca kumcer yang berat, saya memutuskan membaca kumcer anak. Dan pilihan saya jatuh pada buku kumcer Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain yang ditulis Enid Blyton. Ada delapan cerita pendek yang kategorinya cerita anak dengan pesan moral yang layak banget disampaikan: Tiga Permintaan, Charlie si Pembohong, Pantas Jadi Tukang Sapu, Pak Topple dan Sebutir Telur, Masalah Sepele, Baskom Cuci Bu Cepat, Sally Ceroboh dan Tabby Jujur, dan Kena Batunya.


Pada cerita Tiga Permintaan mengisahkan Elsie dan Bobby yang saudaraan tapi suka bertengkar. Saat mereka sedang duduk-duduk di rerumputan tepi hutan, Elsie menemukan dan menangkap Peri. Keduanya meminta agar Peri mengabulkan tiga permintaan. Dan keduanya bertengkar lagi soal permintaan apa yang akan diminta. Namun ujung-ujungnya tidak ada permintaan yang dikabulkan yang menguntungkan mereka. "Orang yang bertengkar tak bisa berpikir jernih. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang bodoh" (hal. 22).


Pentingnya berpenampilan bersih dan rapi disampaikan lewat cerita Pantas Jadi Tukang Sapu. Dick susah disuruh untuk membersihkan diri. Tampilannya kotor dan urakan. Dick kesal kepada Bu Guru Brown karena dinasehati. Ia pun kabur ke hutan dan malah ditangkap orang-orang kerdil. Dick dipaksa membersihkan cerobong asap karena disangka tukang sapu dan dia dikunci di dalamnya. Setelah selesai, Dick dibebaskan dengan tampilan lebih kotor dan hitam. Sejak itu Dick berubah lebih memperhatikan kebersihan diri sebab tidak mau mengulang membersihkan cerobong asap rumah orang-orang kerdil.


Kita diingatkan untuk tidak menceritakan sesuatu yang kita tidak tahu dalam cerita Pak Topple dan Sebutir Telur. Pak Topple yang akan kedatangan bibinya hendak membuat kue tapi telur satu-satunya yang ada di dalam kulkas justru membusuk. Ia pun menemui tetangganya, Pak Plod yang seorang polisi yang sedang bekerja di perempatan, untuk ijin meminta telur dari kandangnya. Pak Plod mengijinkan. Pak Topple segera pulang dan masuk ke pekarangan rumahnya lalu mengambil sebutir telur. Aksinya itu diketahui oleh Nyonya Suka Berbisik dan berkesimpulan Pak Topple sedang mencuri telur. Dan dia menceritakan yang dilihatnya kepada Tuan Suka Bicara, Tuan Suka Bicara menyampaikan lagi kepada Nona Sederhana, Nona Sederhana mengulangi ceritanya kepada Ibu Pendengar, Ibu Pendengar membicarakan lagi dengan Tuan Suka Ikut Campur, sampai akhirnya Tuan Suka Ikut Campur mengadukan hal ini kepada Pak Plod dan memintanya agar Pak Topple dipenjara. Merasa ada salah paham, Pal Plod segera membereskannya dengan merunut penyebaran kabar tidak benar itu.

Cerita yang lainnya pun sama serunya dan mudah dipahami. Jika cerita di buku ini diceritakan kepada anak-anak, pasti mereka akan menyukainya.

Yang paling penting dari sebuah cerita anak adalah harus mempunyai nilai baik yang disampaikan. Anak-anak adalah generasi emas. Pelajaran kebaikan sangat penting ditanamkan kepada mereka agar menjadi karakter kuat yang akan terus dibawa sampai mereka dewasa.

Buku ini tipis dan bagusnya lagi banyak ilustrasi yang mendukung ceritanya. Saya membaca buku ini seperti nostalgia dengan buku anak pas saya masih anak-anak dulu.

Secara keseluruhan, buku ini bagus banget dibaca oleh anak-anak atau dibacakan orang dewasa kepada anak-anak sebagai bahan pendidikan karakter. Tidak menggurui, tokoh-tokohnya menarik, dan kisah-kisahnya tidak membosankan.

Nah, sekian ulasan saya untuk buku kumcer Tiga Permintaan dan Cerita-Cerita Lain. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Januari 15, 2025

Resensi Novel Sekali Lagi Si Paling Badung - Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Sekali Lagi Si Paling Badung

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Djokolelono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2017, cetakan kesembilan

Tebal: 280 hlm.

ISBN: 9789792280319

Tag: novel, remaja, teenlit, asrama, sekolah, sahabat


SINOPSIS

Semester baru dimulai di Sekolah Whyteleafe dan kali ini kedatangan anak baru; Jennifer Harris, Kathleen Peters, dan Robert Jones. Jenny dikenal begitu baik dan periang. Kathleen suka bertengkar dan mukanya tidak menyenangkan. Robert berbadan besar dan wajahnya muram.

Kali ini Elizabeth benar-benar punya musuh. Ia tidak suka Robert karena menurut kabar yang beredar dia suka merundung anak di bawah tingkatnya. Sampai akhirnya ia memergoki Robert mengayun-ayunkan Peter dengan kencang hingga Peter ketakutan. Dan saat masalah ini di bawa ke Rapat Besar, Peter menyangkal hal itu. Sejak itu Elizabeth dianggap suka mencampuri urusan orang lain oleh Robert. Dan keduanya mulai saling memusuhi satu sama lain.

Jenny menirukan gaya Mam' zelle saat memarahi Kathleen dan dilebih-lebihkannya. Saat itu Kathleen memergoki aksinya itu dan sejak itu ia begitu marah pada Jenny. Keduanya berseteru saling menjelekan. Hingga akhirnya Elizabeth turun tangan dan keterlibatannya itu justru menyeretnya ikut dimusuhi Kathleen.

Kathleen dengan keji mengerjai Elizabeth dan Jenny agar mereka dihukum. Buku Elizabeth disembunyikan, peralatan berkebunnya dikotori. Tikus Jenny diletakan di meja Bu Ranger hingga ia marah besar hingga akhirnya kabur. 

Elizabeth yakin kalau pelakunya Robert. Ditambah ia memergoki Robert yang tengah mengintimidasi Leslie. Elizabeth pun mengadukan hal itu di Rapat Besar dan berharap Robert dihukum.

Sampai kapan Elizabeth akan salah menunjuk orang sebagai pelaku yang mengerjainya dan Jenny?

ULASAN

Saya melanjutkan buku kedua dari The Naughties Series dan kali ini konflik yang dibahas mengenai perseteruan Elizabeth dengan teman-temannya. Kehidupan sekolah Elizabeth jadi lebih berdinamika karena musuh-musuhnya; Robert dan Kathleen. 

Yang menarik di sini, dalam menyelesaikan kenakalan remaja harus dicari tahu akar masalahnya. Robert sebagai siswa yang suka mem-bully anak lemah ternyata mempunyai latar belakang yang membentuknya jadi seperti itu. Kathleen pun mempunyai kisah dibalik penampilannya yang begitu kusam, wajah berbintik-bintik, rambut tidak pernah rapi, dan sikapnya yang selalu murung.

Saya begitu terharu ketika Robert dan Kathleen menemukan titik balik untuk berubah jadi lebih baik. Keduanya seperti kempompong yang berubah jadi kupu-kupu. Saya juga salut dengan Rita dan William sebagai Ketua Murid yang bijaksana memutuskan apa-apa yang harus dilakukan untuk setiap aduan dan keluhan yang disampaikan peserta Rapat Besar. Termasuk menghukum Robert dan Kathleen namun tanpa mempersulit lagi keduanya.

Dan Elizabeth sebagai tokoh utama masih saja suka lupa dengan niatnya untuk jadi anak yang baik. Beberapa kali ia masih suka bertindak tanpa berpikir dan ujung-ujungnya menimbulkan masalah. Misalnya saat ia membakar sampah tanpa menunggu arahan John. Atau saat ia membiarkan Peter menaiki kuda yang rewel hingga hampir saja Peter mengalami hal buruk.

Baca juga: Resensi Novel Cewek Paling Badung di Sekolah

Keburukan lainnya dari Elizabeth adalah gampang terpancing emosi. Sehingga ia sering tersulut amarah dan membuat teman-temannya segan. Namun semua orang di Sekolah Whyteleafe paham kalau Elizabeth itu anak manis dan dia sedang berusaha jadi anak baik dan mampu bersikap adil. Hanya kadang-kadang cara yang dipilihnya keliru.

Secara keseluruhan, novel ini sangat mengharukan dan pada beberapa bagian membuat saya hampir menangis. Ada banyak nilai-nilai kebaikan yang bisa diambil. Dan lebih baik novel ini dibaca oleh remaja sebagai pembelajaran.

Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Januari 06, 2025

Resensi Novel Cewek Paling Badung Di Sekolah - Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Cewek Paling Badung Di Sekolah

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Djokolelono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2017, cetakan kesepuluh

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9789792280302

Tag: novel, remaja, teenlit, asrama, sekolah



SINOPSIS

Elizabeth Allen, anak perempuan sebelas tahun yang dikirim ke sekolah asrama, Sekolah Whyteleafe, karena orang tuanya akan bepergian selama setahun dan mereka tidak percaya untuk menitipkan Elizabeth kepada pengasuhnya, Nona Scott. Elizabeth adalah anak badung, bahkan pengasuhnya sudah berganti-ganti karena tidak tahan menghadapi ulahnya.

Karena tidak suka pergi ke sekolah, Elizabeth berjanji akan jadi anak nakal, badung, dan bandel di sekolah agar segera dikeluarkan dan dijemput ibunya pulang. Elizabeth berat meninggalkan rumah, kuda, dan Timmy, anjingnya. Dan yang membuatnya lebih berat, ia merasa tidak punya teman. Selama ini kenakalannya membuat Elizabeth tidak disukai teman-temannya. Kalau di asrama, mau tidak mau ia harus berbaur, itu yang membuat Elizabeth tidak ingin pergi ke sekolah.

Benar saja, awal-awal Elizabeth di sekolah tingkahnya sangat menyebalkan. Ia memasang wajah cemberut, tidak tersenyum, kalau bicara ketus, punya makanan tidak mau berbagi, dan suka menentang peraturan sekolah dan asrama. Kepribadiannya ini yang membuatnya tidak berteman dengan siapa pun. Bahkan saat belajar pun, ia sering membuat gurunya marah dan menghukumnya keluar dari kelas.

Sikap buruk Elizabeth bertujuan agar dia segera dikeluarkan dari sekolah. Tetapi teman-teman dan gurunya justru tidak terprovokasi. Saat Rita menjelaskan kalau ada teman sekamarnya yang lebih menderita dari dia, yaitu Joan, Elizabeth terenyuh ingin membantunya. 

Hubungan dingin Elizabeth dan Joan di awal-awal berupah mencair. Joan bisa melihat sisi lain dari teman sekamarnya itu. Elizabeth tidak seburuk yang selama ini ditampilkan. Keduanya semakin dekat layaknya sahabat. Suka duka dilalui bersama-sama. Ujian hubungan mereka muncul saat Elizabeth ingin membuat Joan bahagia tapi dengan cara yang salah. 

Lambat laun Elizabeth menemukan banyak hal menarik di Sekolah Whyteleafe. Teman-teman yang baik, guru musik yang memujinya, sahabat yang menemaninya, kegiatan berkuda, membantu berkebun, dan masih banyak lagi.

Beberapa kejadian membuat Elizabeth berubah jadi anak perempuan baik-baik. Perlakuan teman-teman dan guru kepadanya lebih menyenangkan. Namun pikirannya tambah bingung karena dia sudah sesumbar akan meninggalkan sekolah ini pada pertengahan semester karena waktu itu sekolah ini tidak menyenangkan, sementara sekarang dia sangat suka dengan sekolah ini. 

Perpisahan itu tetap harus ada atau Elizabeth mau mengakui kalau dulu ia salah menilai sekolahnya?


ULASAN

Sengaja saya pilih bacaan ringan di awal tahun biar enggak tersendat-sendat menyelesaikannya. Rencananya saya mau baca series The Lord of The Rings di perpustakaan digital, tapi enggak jadi karena di Ipusnas ebooknya enggak bisa diunduh sebab eror, di Ijakarta dan Ruang Buku Kominfo tidak tersedia, dan di Eperpusdikbud masih antrian panjang. Hasilnya saya coba cari bacaan lain dan ketemu buku ini.

Ternyata buku ini berseri: The Naughties Girl Series. Di Goodread tampak ada 10 buku dan di Eperpusdikbud hanya ada 4 judul. Rencananya saya mau membaca semuanya.

Konflik di novel ini pasti membuat kita bernostalgia saat umur kita belasan tahun. Remaja yang keras kepala dan haus perhatian. Susah untuk mendengarkan wejangan dari orang dewasa karena saat itu pikiran kita masih pendek. Tapi momen saat itu bisa dibilang gerbang kita mencari jati diri. 

Tokoh Elizabeth keukeuh tidak suka Sekolah Whyteleafe padahal dia belum mencoba untuk berbaur dengan ritmenya. Di otak dia pokoknya harus keluar dari situ dan hanya ada satu jalan yaitu menjadi murid nakal agar sekolah mengeluarkannya. 

Dasarnya Elizabeth ini anak baik dan manis namun ia memilih menampilkan sikap yang bukan dirinya, hasilnya ia tidak bahagia. Beberapa perseteruan dengan rekan-rekannya tidak terhindarkan tetapi Elizabeth harus menghadapi dan menyelesaikannya. Hikmahnya adalah jadilah diri sendiri dalam versi terbaik. Kalau jadi diri sendiri tapi bersikap buruk, itu tetap saja pandangan yang salah.


"Memang, minta maaf sesuatu yang paling sulit di dunia. Tetapi hal kecil ini bisa membuat suatu perubahan besar. Cobalah..." (hal. 167)


Ada juga konflik sahabat Elizabeth bernama Joan yang menyoroti soal hubungan orang tua dan anak yang punya komunikasi tidak terbuka sehingga anak dan orang tua mempunyai pikiran masing-masing. Joan melihat orang tuanya tidak sayang kepadanya sehingga beberapa momen penting terlewat begitu saja. Sedangkan orang tua Joan masih berkutat dengan kesedihan di masa lalu dan melupakan anak yang lain karena si anak tidak komplen apa pun. Orang tua Joan menganggap Joan baik-baik saja padahal tidak begitu kenyataannya.

Saya suka penyelesaian konflik yang ada karena membuat karakter tokoh-tokohnya bertumbuh lebih baik. Perubahan yang dialami Elizabeth dan Joan begitu mengharukan. Banyak pelajaran karakter yang baik di novel ini yang dibutuhkan oleh remaja-remaja.

Selain Joan, banyak teman Elizabeth yang menarik dan seru. Nora adalah kepala kamar yang ditinggali Elizabeth. John Terry adalah kepala kebun yang diangkat karena kesukaanya berkebun walaupun ia masih siswa. Richard adalah kakak tingkat, teman duet Elizabeth di kelas musik Pak Lewis. Herry adalah teman yang suka memelihara kelinci dan pernah menghadiahi anak kelinci untuk Elizabeth dan Joan.

Ada juga guru-guru yang jadi pembimbing para siswa. Bu Belle dan Bu Best adalah pemimpin sekolah. Bu Ranger adalah wali kelas Elizabeth. Pak Lewis adalah guru musik.

Berkat novel ini saya bisa ikut merasakan keseruan sekolah berasrama. Kelihatannya sangat disiplin tapi peraturan-peraturan itu sengaja ditegakkan agar penghuni asrama bisa mengontrol dirinya. Misalnya ada aturan setiap anak hanya boleh menggunakan uang sejumlah tertentu setiap minggu dan sisa uang yang dikirim orang tua mereka harus dikumpulkan di ketua siswa. Kelihatannya sangat membatasi tapi tujuan dari aturan ini agar tidak ada kesenjangan. Dan sebenarnya siswa boleh menggunakan uangnya yang lebih tadi tapi harus jelas peruntukannya dan harus disetujui di Rapat Besar.

Yang menarik lainnya, guru-guru di Sekolah Whyteleafe tidak pernah menghukum muridnya. Yang menghukum murid adalah murid lainnya sesuai kesepakatan saat Rapat Besar. Aturan ini dibuat agar murid yang nakal sadar kalau kenakalannya tidak merugikan guru-guru tapi merugikan murid lainnya. Sehingga setiap murid bisa sama-sama merasakan sesama dan tidak mementingkan ego.

Secara keseluruhan, saya suka dengan cerita ringan seperti ini. Selain mudah diikuti alurnya, nilai moral yang disampaikan begitu lugas dan jelas. Saya tidak kesusahan menangkap bagian-bagian pesan yang ingin disampaikan penulis. Ke depannya, saya akan melanjutkan series ini karena seseru itu.

Demikian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!