Desember 15, 2016

[Buku] Autumn In Paris by Ilana Tan

Judul: Autumn in Paris
Penulis: Ilana Tan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan keduapuluh tiga, Agustus 2013
Tebal buku: 272 halaman
ISBN: 9789792230307
Harga: Rp47.000 

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata musim gugur (autumn) dan Paris? Saya sendiri membayangkan suasana romantis di Paris yang dipenuhi guguran daun-daun kuning. Menilik kover novel Autumn in Paris, rasa romantis itu sangat terasa berkat warna lembut pink pucat dan sepasang kekasih yang sedang memadu kasih di bangku panjang. Kamu bisa mengira novel macam apa Autum in Paris ini.

Diceritakan pada suatu hari Victoria Dupont dan Sebastien makan di bistro kecil yang menyediakan masakan indonesia. Sedikit bertukar kabar, lalu Sebastien menyatakan terlanjur sudah janjian juga dengan rekan arsitektur jepang yang akan mengganti rekannya terdahulu. Namanya Tatsuya Fujisawa. Perkenalan mereka berjalan lancar dan pelan-pelan perasaan sayang tumbuh tidak terkendali. Kemudian badai datang untuk hubungan mereka yang baru bertunas ketika kenyataan besar menghampiri. Ya, kenyataan jika mereka adalah saudara tiri, saudara sebapak (p. 122).

Penilaian saya pada karya Ilana Tan selalu lekat dengan percintaan yang membuat iri. Termasuk pada novel Autumn in Paris ini. Tema percintaan dijelaskan secara teratur, dimulai dari perkenalan di bistro, cerita-cerita yang dikirim Fujitatsu, jalan-jalan mereka ke museum, dan masih banyak kedekatan lainnya yang membuat level intim antara Victoria dan Fujisawa makin tinggi. Hubungan mereka saya sebut sebagai ‘cinta abu-abu’, sebab antara Victoria dan Fujisawa tidak ada kepastian hubungan, hanya dekat seperti pacaran. Apa ini yang sering disebut teman rasa pacar?

Di awal bab juga akan dijelaskan jika mulanya Victoria menyukai Sebastien –sahabat baik yang playboy, namun kode-kode Victoria tidak pernah dimengerti oleh Sebastien. Untuk hubungan ini saya sebut ‘cinta diam-diam’. Kehadiran Fujisawa membuat perasaan Victoria ke Sebastien menjadi jelas, sekadar rasa suka sebagai teman. Urusan kisah romantis, penulis memang ahlinya sehingga sisi percintaan romantis di novel ini tidak usah diragukan. Dibuktikan dengan penulis berhasil mengolah dua bentuk cinta yang penuh drama menghangatkan. Khusus untuk ‘cinta diam-diam’, sampai menuju akhir buku tidak ada ujung yang pasti. Saya sih berharapnya Victoria dan Sebastien jadi pasangan kekasih.

Yang membuat saya terkejut adalah konflik besarnya, incest atau hubungan sedarah. Kemudian yang saya pikirkan adalah bagaimana penulis akan membuat penyelesaian untuk konflik ini. Sebab, kasus incest bukan konflik yang bisa asal diselesaikan meski hanya dalam fiksi. Fakta jika Victoria dan Fujisawa bersaudara tiri dibuka oleh penulis di awal-awal bab. Tujuan penulis adalah untuk lebih dulu menggali luka-luka yang dialami Victoria, Fujisawa dan Jean Daniel Dumpont (ayah keduanya), kemudian membuat penyelesaian yang menguras air mata. Jika dikatakan penuh drama, saya bilang iya. Apakah ceritanya jadi berlebihan? Saya bilang tidak. Kadang perlu drama yang berlebihan atau lebay untuk menyelesaikan konflik yang tidak mudah diselesaikan, termasuk pada novel ini. Membicarakan incest akan melebar kemana-mana; nilai sosial, nilai agama, nilai psikologis, dan nilai keindonesiaan. Dan saya yakin pembaca akan ikut memikirkan nasib Victoria dan Fujisawa yang saling mencintai tapi mereka adalah saudara. Sehingga pantas jika novel ini dikatakan sebagai novel yang punya konflik berat.

Pengajaran dari konflik yang muncul adalah bagaimana cara menyikapi konflik tersebut. Penulis secara tidak langsung ingin mengatakan ‘masalah pribadi tidak seharusnya mengganggu urusan profesional’. Soalnya, kamu akan menemukan kejadian lost motivation pada diri Victoria dan Fujisawa ketika masalah besar menimpa dan itu berimbas pada pekerjaan mereka.

Ditambah, pembaca akan diingatkan untuk selalu berpikir positif. Ada dua kejadian yang menunjukkan pesan ini. Pertama, penilaian awal Victoria kepada Fujisawa ketika bertemu. Victoria memberi nilai kepada sosok Fujisawa yang akhirnya nilai itu berangsur-angsur meningkat. Kedua, pikiran dan pertimbangan Fujisawa untuk bertemu dengan ayah kandungnya. Ia menunda hingga setahun karena terbayang akan terjadi hal buruk dari reaksi sang ayah ketika akhirnya ia berterus terang. Namun hal buruk yang dipikirkankannya tidak terjadi.


Kekurangan novel ini terletak pada latar tempat yang tidak dilengkapi dengan data dan sejarah. Contohnya, ketika Fujisawa dan Victoria jalan-jalan ke museum Musee Rodin, penulis tidak menyinggung sejarah museum, karya-karya apa yang ada di dalamnya dan detail bangunan museum. Juga ketika Fujisawa dan Victoria naik ke puncak Arc de Triomphe, tidak ada penjabaran tempatnya seperti apa. Akibatnya, beberapa nama lokasi, gedung atau pemandangan yang disebutkan terasa hanya sebatas tempelan untuk menunjukkan setting di Paris. Nyawa Kota Paris-nya tidak sampai kepada pembaca.


Atau pandangan di atas hanya soal selera, sebab saya lebih suka novel yang memiliki detail dengan informasi-informasi yang mendukung beberapa objek di cerita.

Novel Autumn in Paris ini bisa menjadi pilihan bacaan bagi penikmat kisah romantis dengan konflik dan drama yang lebih banyak.


Rating dari saya: 3/5 bintang.

Desember 12, 2016

[#tantangannulis] Aku Khilaf, Ibu

*******


Aku duduk dengan resah di ruangan sempit yang remang. Pintu yang hanya satu-satunya tertutup rapat. Di depanku sudah duduk gadis berkerudung warna cokelat.  Namanya Husna Aulia. Dua tahun lebih muda dariku. Dia adikku.

“Ini titipan dari ibu.” Husna menggeser rantang seng lebih dekat denganku.

Aku membuka tutup paling atas. Nasi, masih hangat. Aku angkat rantang pertama dan melihat isi rantang kedua. Telur balado, kesukaanku, masakan ibu. Aku menghela nafas, berat.

Aku menyendok nasi ke atas tutup rantang. Aku mengambil sebutir telur dan menambahkan beberapa sendok kuahnya. Aku memasukan satu suap. Belum kugigit tapi aku sudah merasa kehilangan banyak.

“Bismillah dulu, Kak Doni,” Husna mengingatkan.

“Bismillahirrohmanirrohim,” gumamku.

*******
Dua minggu lalu, puncak semua kebutaanku. Maghrib itu, aku yang sedang main gitar diajak oleh Gus dan Bayu ke rumah Bin. Ibu sempat meneriakiku solat dulu, tapi aku mengacuhkannya. Di rumah Bin yang sepi, sebab bapaknya sudah meninggal dan ibunya pergi ke Arab, sudah ada dua botol minuman favorit dan sebungkus besar kacang tanah yang terkenal.

“Bakal pesta nih, Bin?” tanyaku girang.

“Iya, lagi pusing.” Bin membuka botol yang satu. Aku, Gus, dan Bayu duduk melingkar.

“Pusing mikirin cinta yang nggak sampai! Hehehe,” sahut Bayu.

Keningku berkerut. “Lagi suka sama siapa sih, Bin?”

“Maya.” Bin mulai mengisi gelas-gelas kecil yang biasa dipakai kami.

“Maya? Pacarnya Teguh?”

“Hush! Jangan keras-keras. Iya, Maya pacarnya Teguh,” Gus membenarkan.

“Aku udah lama naksir Maya. Udah coba nembak. Eh, dia nolak gara-gara sudah punya Teguh.  Anjing, muka dia susah dihapus!”

Aku geleng-geleng kepala. “Coba kamu cari yang lain. Masih banyak yang lebih montok dari Maya, Bin!”

“Kamu nggak ngerti bagaimana rasa ini buat dia. Kamu nggak paham!”

Dan pesta dimulai. Hampir setiap pekan kami melakukannya. Yang parah, pesta pil. Tapi aku tidak pernah ikut. Kami mulai menenggak minuman itu. Gelas diisi, kemudian kosong, kami isi lagi. Akal sehat mana yang kuat jika dijejali minuman keras. Aku yang sudah merasa pusing mulai menghentikan minum dan mulai ngemil kacang saja.

Handphone Bin bunyi. “Halo! Apa, Guh? Sini, kita lagi pada kumpul. Biasa, pesta. Anjing!!! Nggak usah ceramah!”

Sesudah menerima telepon, wajah Bin tegang dan merah. Rahangnya berkedut. Bin tengah geram. Lalu, Bin mengajak kami menemui Teguh di lapangan blok tetangga. Pesta dihentikan dulu.

Kami tiba di lapangan yang sepi. Jauh dari rumah penduduk. Tempat ini cocok kalau kami mau pesta ramai-ramai atau sekedar ngobrol ngalor-ngidul. Tapi agenda sekarang bukan pesta. Bin sudah mengirim SMS agar Teguh ke lapangan. Dan tidak berapa lama orang yang kami tunggu datang. Teguh membonceng Maya.

Tanpa ada omongan apa-apa, Bin memukul kepala Teguh dengan kayu sebesar lengan dengan keras yang sudah ia persiapkan. Teguh pasti kaget dengan tindakan Bin yang tiba-tiba. Kami kira kayu itu hanya mainan Bin sambil menunggu, bukan untuk menyerang Teguh. Teguh yang tidak ada persiapan apa-apa langsung ambruk. Maya langsung berteriak seiring motor Teguh yang tumbang.

“Pegangin Maya, Goblok!!! Sumpal mulutnya!!!”

Aku masih pusing sekaligus kaget. Aku turut membantu Gus memegangi Maya. Sedangkan Bin terus memukulkan kayu ke kepala Teguh.

“Berengsek!! Kamu coba rebut Maya dariku, Anjing. Kamu pikir aku rela. Begini akibatnya merebut kepunyaan orang. Dasar berengsek!!”

Rasanya aku ingin menutup mata melihat Bin yang terus menghajar kepala Teguh yang sudah terkapar dengan darah bersimbah. Tapi otakku tidak berfungsi. Sedangkan Bayu hanya berdiri melihati Bin yang kalap.

Usai capek menghajar Teguh, Bin menghampiri Maya yang melemas akibat terus menangis. Aku sudah melepaskan peganganku begitu tubuh Maya meluruh duduk ke tanah. Bin dengan kasar menarik Maya supaya berdiri. Ia menampar gadis itu dua kali. Maya sempat meludahi Bin dan bergumam lirih, “Pembunuh!”.

Emosi Bin meledak. Matanya melotot. “Kamu sok cantik. Kamu kira aku tidak bisa membalas penolakan kamu tempo hari, hah!?”

Ia menyeret Maya ke semak-semak dan aksi bejat itu dilakukan. Aku yakin Gus dan Bayu juga mendengar teriakan yang tertahan dari Maya yang tak berdaya. Tapi kami tidak melakukan apa-apa. Entah setan apa yang membuat kami menikmati setiap lirih kesakitan Maya.

Bukan hanya Bin, Gus dan Bayu ikut-ikutan melakukan memerkosa Maya secara bergiliran di semak-semak. Aku menjauh, mengangkat motor Teguh yang jatuh dan menstandarkan. Hanya setengah meter saja posisiku dari jasad Teguh yang sudah tak berdaya dan tak bernyawa. Aku memejamkan mata dan air mata meluncur ke pipi.

*******
“Bagaimana kabar ibu?” tanyaku sambil mengunyah.

“Ibu masih kaget. Tapi dia sempat menulis surat.” Husna menyodorkan amplop putih.

Aku segera membuka amplop yang dilem dan membuka lipatan kertas kumal. Aku hafal tulisan Ibu. Nasi di mulut segera kutelan. Dengan gemetar aku mulai membaca surat ibu.



‘Doni,

Maaf, Ibu tidak bisa menjengukmu. Bukan Ibu tidak mau, tapi Ibu belum kuat melihatmu. Ibu masih ingat ketika kamu lahir kamu menangis kencang sekali. Ibu tahu kamu pasti takut menghadapi dunia ini. Ibu paham ketakutanmu. Dan karena itu, Ibu menimangmu agar kamu yakin dan kuat. Kamu akhirnya mulai anteng.

Ibu juga ingat ketika kamu masuk SD. Ibu harus mengantarmu dan harus menemani kamu di dalam kelas sampai waktu pulang. Kalau Ibu keluar, kamu akan menangis menjerit-jerit. Kamu pasti tidak ingat ketika ibu kebelet, ibu juga harus bawa kamu ke WC.

Doni,

Ibu juga bangga ketika tahu kamu ikut mewakili sekolah di seleksi olimpiade matematika. Ibu sampai solat Tahajud memohon supaya kamu dimudahkan. Ibu tidak kecewa walau kamu hanya jadi juara lima tingkat kabupaten. Ibu bangga punya anak pintar seperti kamu, Nak.

Doni,

Ibu percaya dan sangat percaya kamu tidak membunuh Teguh dan _____  menyakiti Maya. Ibu sangat yakin kamu akan ingat Ibu ketika akan melakukan hal dosa. Karena Ibu selalu mendoakan kamu supaya kamu jadi anak soleh.  Doni, kalau pun sekarang hukum memenjarakan kamu, itu karena Allah ingin mengganjar dosa-dosamu selama ini. Kamu harus bersyukur Allah menghukummu di dunia. Ibu tidak rela kamu masuk neraka, Nak. Ibu tidak pernah rela.

Doni, Ibu tidak pernah membenci kamu meski polisi mengecap kamu penjahat. Ibu tetap sayang kamu, Don. Ibu minta sama kamu, jangan pernah tinggalkan solat. Dan kamu harus sabar, Nak.’




Aku gemetaran dan air mata sudah tak terbendung. Aku memegang kertas itu dengan erat. Rasa kangen membuncah, rasa menyesal menyeruak. Aku ingin melihat wajah ibu sekarang. Aku tidak mau kehilangan ibu. Aku tidak ingin mengecewakan ibu lagi. Dan aku ikhlas menjalani hukuman di penjara ini. Ibu, maafkan aku. Ibu, tunggu aku beberapa tahun dari sekarang. Aku akan menjadi anak yang paling Ibu banggakan.

Aku, Muhammad Doni, 19 tahun.

*******


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendi

Desember 11, 2016

[Buku/Komik] Bon Appetit by Akane Abe

Judul: Bon Appetit
Penulis: Akane Abe
Alih bahasa: Veronika Fiani Setiawan
Editor: Yoke Yuliana
Cover redesign: Heru Lesmana
Penerbit: PT Gramedia
Terbit: Juli 2014
Harga: Rp22.500 

Sudah dua komik yang saya baca dan menurut saya keduanya memiliki keseruan yang asyik diikuti. Mystery of Russian Tea mengajak berkenalan dengan kasus kriminal, Finding My Home mengajak ke kehidupan para agen properti, dan kali ini saya mengajak kamu untuk mengenali liku-liku di restoran Grill Matsumoto.

Bon Appetit yang dalam bahasa indonesia diartikan, “Selamat menikmati makanan anda!”, merupakan komik ketiga yang saya baca. Mengisahkan chef tenar bernama Osamu Isezaki yang datang ke kota kelahirannya untuk membuka restoran terbaru. Euforia pembukaan restoran ini sangat heboh karena Osamu termasuk chef selebriti. Di awal akan diberi tahu bagaimana Osamu menjadi chef. Tidak lain alasan ia menjadi chef adalah karena Mayuko, teman masa kecilnya yang ia sukai. Pada saat kelas 2 SMA, Mayuko mengaku sudah punya pacar. Osamu cemburu. Ia pun mendatangi restoran Grill Matusmoto, tempat pacar Mayuko kerja, ingin tahu sosoknya seperti apa. Ternyata bayangan Matsumoto berbeda sekali dengan yang dibayangkan Osamu.

Kedatangannya kembali membawa Osamu pada informasi jika Matsumoto sudah meninggal dan kini yang menangani retsoran Grill Matsumoto adalah istrinya; Mayuko. Sejak Matsumoto meninggal, restoran menjadi sepi karena rasa masakan yang tidak biasanya. Melihat Mayuko yang berjuang untuk bisa masak, Osamu meninggalkan restoran awalnya dan memilih membantu Mayuko.

Konflik makin seru ketika datang penagih hutang ke restoran. Ternyata mantan anak buah Matsumoto yang bernama Takashi Satou pernah berhutang. Dalam kurun waktu yang singkat, Mayuko harus mengumpulkan uang 50 juta yen untuk membayar hutang. Setelah Osamu dan Mayuko berjuang menguras tabungan dan meminjam ke kanan-kiri, uang sebesar itu belum terkumpul juga. Seperti angin segar, datang tawaran manis dari pemilik restoran lama Osamu untuk melakukan sesi foto yang kelak akan dicetak jadi kalender. Proyek ini sukses, hutang terbayar, dan restoran kembali damai.

Apakah segitu saja ceritanya? Tidak. Ada Keiichi dan Satou yang hadir di restoran itu dan membuat keseruan semakin bertambah.

Premis besar komik ini tentang pria yang memendam perasaan suka pada seorang wanita, tidak berdaya mengungkapkan. Tentu saja kategori romance akan ditemukan sangat kental sepanjang membacanya. Hanya bukan romance yang bikin hati menghangat, melainkan romance yang bikin gemas. Tapi jangan salah, saya kira komik ini menggali lebih dalam bentuk-bentuk perasaan yang biasa dirasakan sebagai manusia.

Berangkat dari rasa suka pada Mayuko, Osamu mewujudkan tekadnya menjadi chef. Perasaan yang positif akan mendorong pada hasil yang positif (Betulkan?). Perasaan yang belum tuntas membuat Osamu memilih melindungi restoran yang dimiliki orang yang disayangi. Perasaan yang tulus kerap membuat pemiliknya akan berkorban lebih banyak untuk melihat orang tersayangnya bahagia dan baik-baik saja.

Selama mengumpulkan uang untuk membayar hutang, Osamu bekerja keras untuk mendapatkannya. Perasaan sayang pada pasangan akan memicu seseorang menjadi lebih kuat, lebih rajin, dan lebih berusaha. Karena rasa kagum, Keiichi mengejar karir dan mengejar impiannya. Perasaan kagum dan mengistimewakan akan membuat pemiliknya terobsesi pada keinginannya. Setelah kabur membawa uang restoran dan meninggalkan hutang, Satou kembali datang meminta maaf kepada Mayuko. Perasaan mencintai akan membawa pemiliknya kembali ke jalur yang benar, sekalipun harus merendahkan keegoisannya dan menekan rasa malu.

Sepanjang novel ini kita akan dikejutkan dengan banyak keajaiban yang ditimbulkan oleh yang namanya ‘rasa hati’. Jadi, saya kira tidak baik untuk memainkan rasa hati sebab efeknya sangat dasyat. Dan yang lebih penting lagi adalah untuk terus memeilihara rasa hati dalam kondisi prima, baik, putih, dan tetap bersih. Sebab rasa hati yang masih bersih akan melahirkan ekspresi tulus, keputusan yang bijak, dan pertimbangan yang adil.

Namun ternyata tidak semua perasaan akan membawa pada hal baik. Berikut contoh penyesalan Osamu, “Aku dibutakan oleh keinginanku untuk tidak pulang sebelum berhasil dalam memasak sehingga aku tidak menghubungi siapapun. Aku juga tidak menelepon ke rumah sama sekali.” Hanya karena obsesi yang tinggi menjadi chef, Osamu melupakan keluarga dan itu keputusan yang kemudian ia sesali.

Apakah saya terlampau serius memandang komik ini? Nyatanya, komik ini memiliki sisi humoris yang sangat menghibur. Mayuko sempat memergoki Osamu terlalu dekat dengan Keiichi dan menilai mereka ini pasangan yang serasi. Bayangkan, Osamu itu menyukai Mayuko, lantaran kehadiran Keiichi, Mayuko menganggap jika Osamu itu gay. Jelas saja Osamu salah tingkah. Ditambah keusilan Keiichi yang kerap menggoda Osamu, membuat komik ini bikin ketawa.

“Aku akan mendukung kalian dengan segenap hati! Aku berada di pihakmu.”
Rice Omelette

Beberapa menu disebut di komik ini, antara lain: Rice Omelette, Salad Kentang, Beef Stew, Hors D’oeuvrenya, Marinate Fish, Salmon Meunierre, dan Pottage Wortel. Kekurangan yang mendasar komik ini adalah pada masakan yang tadi saya sebutkan, tidak ada satu pun yang dijelaskan proses membuatnya. Jadi, pembaca tidak akan bisa mempraktikkannya di rumah.

Nah, jadi masakan apa yang sekarang kamu inginkan dan kamu ingin buat? Coba deh baca dulu komik ini sebelum memulainya.

Jadi, komik tema makanan apa yang pernak kamu baca?

Desember 09, 2016

[Buku/Komik] Finding My Home by Yugi Yamada

Judul: Finding My Home
Penulis: Yugi Yamada
Alih bahasa: Martina Rosmawati
Penyunting: Driartha Vera
Desainer Grafis: Pugpigpow
Penerbit: PT Gramedia
Terbit: Juni 2013
ISBN: 9786022661344
Harga: Rp22.500 

Setelah kemarin kenalan dengan Arisu Arisugawa dan Hideo Himura yang suka membantu detektif mengungkap misteri kriminal di komik Mystery of Russian Tea, kini saya ajak kamu untuk berdrama di komik Finding My Home karya Yugi Hamada. Menurut pengakuan penulisnya, komik ini dikerjakannya dengan santai dan diakui hanya 1-2 bab setahun proses pembuatannya. Dan selama pembuatan komik ini, penulis serasa ditantang sebab ia tidak pandai menggambar wanita.

Kamu sedang mencari rumah atau apartemen? Mampir sebentar ke agen Kamiyama Properti. Di sana akan ditawarkan banyak pilihan rumah dan apartemen, dari yang murah hingga yang mahal, dari yang bagus hingga yang biasa saja. Uniknya, agen properti ini dikelola oleh empat pria; Pak Presdir yang dijuluki si Bos bernama Matsuda, keponakan si bos yang dijuluki si Kacamata bernama Kuniaki Kamiyama, si Smiley yang bernama asli Satoharu Takei, dan si Sexy yang bernama asli Kazumi Shibata.


Mengikuti cerita Finding My Home, kita akan diajak menyelami konflik masing-masing karakter yang muncul. Di Moving 1 (penyebutan bab diganti dengan kata moving), kita akan diajak menyelami perasaan si Kacamata yang menyimpan perasaan pada klien perempuan muda bernama Saki Kawano. Saki ini sedang mencari cinta masa kecilnya. Berbekal alamat apartemen yang dikelola agen Kamiyama Properti pada amplop, Saki berharap bisa bertemu dengan Tai Chan. Harapannya, cintanya akan berbalas, ternyata tidak setelah Tai Chan ia jumpai. Kekecewaan yang dirasakan Kawano justru menumbuhkan perasaan suka di hati Kuniaki.

“Sudah lupakan saja aku. Rajutlah sweater baru untuk orang lain.”

Kasus pemukulan yang dilakukan kekasih diangkat kisahnya di Moving 2, yang fokusnya ke karakter si Smiley. Suatu hari adiknya si Smiley membawa temannya yang bernama Shiori Sasaki ke apartemen. Ia hendak menitipkan temannya itu. Shiori lari dari rumah pacarnya karena mendapati pacarnya sedang dengan perempuan lain. Karena kondisi keuangan yang buruk, Smiley mencoba membantu Shiori mendapatkan tempat tinggal yang sesuai. Kebersamaan itu membuat Smiley merasa nyaman berada di dekat Shiori. Smiley yang suka pindah-pindah tempat tinggal membuka rahasia alasannya. Dan asal tahu saja, Shiori ini ahli meramal lho!

“Yang keluar adalah ‘wheel of fortune’.Artinya, masalah yang sudah menghantuimu akan ada penyelesaiannya. Kamu akan menemukan apa yang kamu cari.”

Moving 3 menceritakan tentang bagaimana si Kacamata memendam perasaanya kepada Kawano. Saya merasa tidak perlu dijelaskan, ceritanya manis dan hangat, silakan langsung baca saja komiknya. Lanjut ke Moving 4, menerangkan bagian si Sexy. Ia menghadapi klien wanita cantik bernama Noriko Nakagawa yang seorang guru SMP. Ia memutuskan mencari tempat tinggal baru setelah mendapatkan masalah dari salah satu orang tua murid yang tidak terima anaknya main ke rumah guru tersebut. Si Sexy yang dasarnya suka menggoda dan agresif tidak malu-malu lagi mengungkapkan perasaannya pada Nakagawa. Sayangnya, Nakagawa menolaknya. Usut punya usut, Nakagawa lebih suka pria yang kebapakan.

Pada Moving 5 cerita lebih banyak mengungkapkan kelanjutan hubungan si Smiley dan Shiori. Sedangkan di Moving 6 cerita mundur ke tahun 1996 ketika terjadi perjumpaan si Bos dengan istrinya; Hana. Kisah berkembang dengan bumbu romance yang kental, bagaimana si Bos akhirnya bisa menikah dengan Hana. Hana ini adalah anak ketiga dari pemilik Kamiyama Properti. Pada tahun itu, Kamiyama yang sudah berumur 70 tahun harus opname di rumah sakit karena sakit tumor di perut. Bisnis Kamiyama Properti tutup sementara. Dan karena tidak bisa mengabaikan telepon dan keluhan klien, Hana akhirnya memutuskan mengambil alih tugas itu. Ia kewalahan. Beruntung ada Matsuda yang bisa diandalkan. Ide menikah yang diutarakan Hana terlintas begitu saja dengan impian ia dan Matsuda akan mengelola bisnis ini berdua.

“Menikahlah denganku, lalu bisa kita urus kantor ini berdua.”

Pada Moving 6 ini akan ditemukan kisah keluarga yang mengarukan. Moving 6 ini jadi favorit saya.


*****
Komik itu hanya lembaran-lembaran gambar yang berisi dialog-dialog tokohnya. Tapi, saya baru sadar jika dipahami ceritanya, akan ditemukan banyak sisi, banyak pelajaran, dan banyak pesan yang disampaikan komikus. Kasus pemukulan oleh kekasih bukan hanya fiksi semata. Baru-baru ini pun di Indonesia sempat heboh kasusnya yang mengakibatkan korban masuk rumah sakit.

Ajaran untuk berbakti kepada orang tua sangat hebat disampaikan Yugi Yamada. Melalui tokoh Hana, pesan itu disuarakan lantang, meskipun Hana ini bukan anak kandung Kamiyama.

“Akulah bayi itu. Suami istri itu tidak punya keluarga. Akhirnya aku diadopsi oleh suami istri pengelola apartemen. Mungkin karena beda umur yang sangat jauh, aku sangat disayang oleh kakak-kakakku.”

Bonus menarik membaca komik Finding My Home ini, kalian akan menemukan beberapa sketsa ruangan. Kalian bisa jadikan inspirasi ketika ingin membuat rumah.

Jadi, bagi kalian yang menyukai komik drama yang komplit temanya, komik Finding My Home ini bisa dijadikan pilihan tepat untuk dicoba. Selamat membaca komik!


Jadi, komik drama apa yang sudah kalian baca?

Desember 08, 2016

[Buku/Komik] Mystery of Russian Tea by Alice Arisugawa

Judul: Mystery of Russian Tea
Penulis: Alice Arisugawa
Ilustrasi: Ellie Mamahara
Alih bahasa: Idha Ferdani Scorvita
Penyunting: Risma Megawati, nanda
Artistik: Pugpigpow
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Oktober 2014
ISBN: 9786022667575
Harga: Rp25.000 

Tantangan membaca komik terletak pada konsentrasi memahami cerita yang ditulis dalam balon dialog dengan memperhatikan gambar komiknya. Terkadang, pembaca hanya akan fokus pada cerita dan mengabaikan gambar, atau sebaliknya. Sehingga sensasi membaca komik tidak sedasyat ketika membaca novel.

Mystery of Rusian Tea merupakan judul besar komik karya Alice Arisugawa yang diilustrasikan oleh Ellie Mamahara. Komik ini terbagi kembali menjadi 3 subjudul; Mystery of Russian Tea, Encryption of Zoo, dan Waterfall of Flesh Eating.

Pada komik ini kamu akan dikenalkan pada 2 tokoh sentral. Hideo Himura adalah asisten profesor Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Eito untuk spsialisasi Ilmu Sosiologi Kriminal. Sedangkan Arisu Arisugawa yang seorang penulis kisah misteri menjadi asisten Himura.


Mystery of Russian Tea

Himura dan Arisugawa datang ke Kobe untuk membantu penyelidikan kasus pembunuhan yang korbannya seorang pengarang lagu bernama Jouji Okumura (35 tahun). Okumura meninggal setelah meminum teh rusia yang mengandung potasium sianida. Kejadiannya ketika Okumura mengadakan pesta tahun baru bersama orang yang dikenalnya; Jouji Masumi (Adik Okumura), Yuuya Kaneki (ilustrator), Masuo Sakurai (Computer Programmer), Shouko Naitou (Desainer Interior), dan Sanae Enjou (Model).

Kelima orang tersangka memiliki motif dan alibi yang kuat. Detektif sudah menyusuri sekitar rumah untuk mencari benda tempat menyimpan racun sebelum dimasukan ke cangkir, namun hasilnya nihil. Dari reka ulang tersangka tidak ditemukan adegan yang mengarah pada pencampuran racun di teh.  Lalu, bagaimana racun itu bisa ada di cangkir teh Okumura?

Membaca bagian pertama komik ini mengingatkan saya pada kasus yang heboh kemarin; pembunuhan Mirna dengan sianida yang menyeret Jesica sebagai tersangka. Selain mendapatkan jawaban misteri sianida di dalam teh, ada fakta bahayanya sianida walau pun dalam jumlah yang sedikit. Pada kasus Okumura ini terdeteksi jumlah sianida sekitar 0,2 gram.


Encryption of Zoo

Cerita kedua ini terbilang susah dipahami. Himura dan Arisugawa mendatangi kebun binatang di tengah kota Osaka karena ada dugaan pembunuhan terhadap petugas pemeliharaan bernama Zenji Oota (29 tahun). Jasadnya dalam kondisi tertelungkup dengan tangan kanan yang memegang selembar kertas bertuliskan nama-nama binatang.

Ada 5 tersangka yang disebut berdasarkan keberadaan mereka ketika kejadian. Mereka adalah Animal Okada (ahli meniru), Ikuo Nakaito (petugas pemeliharaan), Azusa Shiratori (petugas pemeliharaan), Reiji Inui (petugas pemeliharaan), dan Torazou Ogata (dokter hewan).

Kesulitan memahami cerita di sini terletak pada petunjuk berupa kertas bertuliskan nama-nama hewan yang ditulis dengan huruf kanji dan katakana. Dan nama-nama tadi ada hubungannya dengan perhentian kereta. Setelah berpikir keras, akhirnya nama perhentian kereta ekspress menunjuk ke nama pelakunya.

Yang membingungkan adalah motif pembunuhan yang tidak jelas, menurut saya. Hanya disinggung soal perbaikan keuangan korban setelah ia mengucapkan keadaanya dengan kalimat ‘Sumber penghasilan bagus ada di dekatku’.

Jadi, siapa pelaku pembunuhan sebenarnya?


Waterfall of Flesh Eating
Air terjun itu seolah menghitung kegelisahan manusia. Membunyikan suara gemuruh dengan perasaan ngeri yang tak putus-putus. Lembah sungai dengan pusaran arusnya yang keruh, membuat yang melihatnya serasa tercekik.

Telah ditemukan mayat Gorou Katase (71 tahun) yang diduga terjatuh dari tebing curam. Si penemu adalah Izuhara. Ada petunjuk berupa jejak sepatu di salju dan tulisan kanji ‘Yama’ pada ujung mantel yang dipakai Katase.

Tersangkanya ada Yuuta Shimamoto (kameramen), Noriyuki Yokomi (penata cahaya), Fumikazu Yamane (sutradara), Haruna Endou (Aktris), Haruo Izuhara (penata suara), Kyousuke Mineno (Aktor), dan Satoko Kishioka (makeup artis). Mereka adalah rombongan film Cassandra Plan.

Pembunuhan ini memiliki hubungan dengan kematian artis musim panas tahun lalu bernama Yoshimi Kasai. Kejutan berupa candaan yang harapannya menyenangkan menjadi kecelakaan. Saksi mata diancam. Dan ketika saksi mata bercerita, giliran yang lain yang mengancam. Satu-satunya jalan adalah menghabisi semua saksi yang tahu cerita yang asli.

*******
Ada kesamaan antara ketiga cerita. Salas satunya adalah adegan mengumpulkan tersangka di satu ruangan. Sehingga kita akan bisa menduga dahulu, siapa pelaku yang sebenarnya.  Ini menariknya membaca komik atau buku misteri. Kita diajak untuk menebak cerita aslinya berdasar petunjuk yang sedikit.

Selain kasus yang menarik, kita disuguhkan juga proses menyelidiki kasus. Penyelidik akan mengumpulkan data dan menyusunnya sebelum berhipotesis. Sehingga tidak heran salah satu tugasnya adalah mengintrogasi tersangka sedetil mungkin.

Untuk tokoh utamanya; Hideo Himura dan Arisu Arisugawa, memiliki karakter yang hidup. Keduanya masih suka melemparkan candaan. Pembedanya adalah jika Arisugawa cenderung kelihatan sangat biasa saja dan konyol, sedangkan Himura terkesan cerdas dan bermulut tajam.


Jadi, apa komik misteri favoritmu?

Desember 06, 2016

[Buku] The Never Girls - Secubit Keajaiban by Kiki Thorpe

Judul asli: The Never Girls – A Pinch Of Magic
Judul terjemahan: The Never Girls – Secubit Keajaiban
Penulis: Kiki Thorpe
Ilustrasi: Jana Christy
Alih bahasa: Debbie Daisy Natalia
Editor: Yuniar Budiarti
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2016
Tebal buku: 128 halaman
ISBN: 9786020335865
Harga: Rp37.000 

Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata peri? Jawabannya pasti sekitar berukuran kecil, punya sayap, dan bisa melakukan hal ajaib. Jawaban tadi benar. Hanya saja di buku The Never Girls – Secubit Keajaiban tidak akan ditemukan hal ajaib yang biasa peri-peri lakukan.

The Never Girls – Secubit keajaiban adalah buku ketujuh seri The Never Girls. Pada awal buku, pembaca akan diberikan peta Pulau Never Land dan akan diberi tahu  bagaimana caranya agar bisa ke sana. Karena buku ketujuh ini jadi buku pertama yang saya baca, saya tidak tahu bagaimana perkenalan awal keempat tokoh di seri ini hingga mereka bisa memasuki Pulau Never Land. Ini  jadi PR supaya saya segera mengkoleksi serinya.


The Never Girls – Secubit Keajaiban menceritakan empat anak perempuan; Mia Vasquez, Kate McCrady (teman Mia), Lainey (teman Mia), dan Gabby Vasquez (adik Mia), yang menemukan selebaran yang memuat informasi Pesta Musim Panas Blok. Pesta ini merupakan acara penggalangan dana untuk keluarga Davis yang belum lama rumahnya kebakaran. Dari banyak kegiatan yang diadakan, Kate memilih ikut permainan, Lainey ikut jadi relawan untuk pet spa, Gabby ikut jaga di stand lukisan wajah, dan karena bingung memilih akhirnya Mia memutuskan ikut bazar kue.

Oya, keempat anak perempuan tadi tidak disinggung umurnya berapa. Mungkin pernah disinggung di buku sebelumnya?

Masalah muncul karena Mia tidak pandai membuat kue. Ditambah pertemuan mereka dengan si kembar Taylor; Tina Taylor dan Tara Taylor, memunculkan persaingan siapa yang paling bisa membuat kue yang enak dan bakal laku terjual. Mia bingung memikirkan cara agar bisa membuat kue yang enak.

Sementara di Pixie Hollow terjadi masalah, rumah peri Lily – peri bakat berkebun - tertimpa ikan yang dibawa Elang. Saat kejadian, peri Dulcie – peri bakat membuat kue – sedang meminta beberapa bunga Pansy. Atas kejadian itu peri Dulcie merasa tidak enak hati pada peri Lily.

Kamu pasti tahu kemana Mia minta tolong. Apakah peri Dulcie di Pulau Never Land akan memberikan keajaiban untuk membantu Mia membuat kue yang enak?

Di buku ini kita akan mengetahui beberapa peri yang tinggal di pulau Never Land. Saya kira peri itu memiliki kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya, bisa membuat keajaiban. Di Pulau Never Land terdapat banyak jenis peri sesuai bakatnya. Ada peri bakat mencukur, peri bakat membuat kue, peri bakat bersih-bersih, peri bakat berkebun, peri bakat memasak, peri bakat hewan, dan peri bakat tukang kayu. Mungkin masih banyak peri dengan bakat lainnya lagi yang tidak disebutkan pada cerita buku ini. Dan tentu saja di buku ini juga akan ketemu dengan si Tinker Bell (p. 36).

Keajaiban yang saya tunggu ternyata tidak dimunculkan. Mia memang tidak ingin dibantu secara ajaib oleh peri. Ia menginginkan persaingan yang adil.


“Aku ingin bantuanmu. Tapi aku juga ingin menang dengan adil dan jujur. Aku yang harus mengerjakannya.” (p. 59)
Dengan niat ini, Mia harus mengalami kegagalan dulu. Pada bagian ini, pembaca diingatkan bahwa tidak ada kesuksesan dan keberhasilan yang bisa didapat secara cepat dan mudah. Selain itu, kesuksesan harus dicapai dengan melakukan dan melewati proses. Makanya, peri Dulcie dalam kisah ini tidak memberikan keajaiban yang mudah untuk memenangkan Mia dalam persaingan dengan si kembar Taylor. Saat kerja keras yang ia lakukan terbayar dengan banyak yang menyukai kue peri, persaingan yang Mia lakukan dengan si kembar Taylor dianggap bukan hal penting. Mia paham prioritas apa yang sebenarnya harus didahulukan.

“Lupakan saja soal itu. Yang penting kita menggalang dana untuk keluarga Davis.” (p. 106)
Selain mengingatkan pentingnya kerja keras dan tidak mudah putus asa saat gagal, kalau diperhatikan seksama, di buku ini juga diajarkan pentingnya untuk mengucapkan terima kasih dan meminta maaf.

Ada dua bagian cerita yang menunjukkan pentingnya mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain. Pertama, ketika Mia meminta tolong kepada Gabby untuk membantunya melakukan trik ‘Kalau mereka tak bisa ke ruang makan, ruang makanlah yang akan mendatangi mereka’ (p. 105). Kedua, ketika pertolongan peri Dulcie sangat membantu Mia membuat kue yang enak, ia tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih dengan memberikan kue yang ia persiapkan khusus untuk dinikmati peri Dulcie (p. 114).

Lalu, pentingnya minta maaf digambarkan ketika peri Dulcie memotong bunga Pansy yang ada di kebun milik Mrs. Peavy dan Mia dengan gagah berani meminta maaf pada Mrs. Peavy meski pun tanggapan yang punya kebun tidak begitu ramah. Sebelumnya ada kegamangan untuk meminta maaf namun kebaikan hati membuat Mia melakukannya.

Sebenarnya membaca buku ini seperti mengembalikan kesenangan masa kecil yang dipenuhi khayalan. Selain sosok peri, rumah berupa jamur juga mengingatkan pada film-film kartun masa kecil. Ditambah ilustrasi bagus dan sederhana yang menonjolkan kelembutan cerita membuat buku ini tambah terasa hangat dibaca.

Selain pesan moral yang tulus disampaikan penulis, keunggulan membaca buku ini juga membiarkan pembacanya menjadi sosok yang polos. Tidak ada pengharapan apa-apa pada saat akan membaca buku ini, namun akan ditemukan banyak kehangatan di dalamnya.

Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk kamu yang butuh suasana tenang, sederhana, namun hangat dalam kegiatan membaca buku. Dan saya akui, satu kesalahan saya, saya membaca buku ketujuh. Seharusnya dimulai secara berurutan. Semoga saya bisa berjodoh dengan judul lainnya; Dalam Sekejap, JalurPenghubung, Dandelion Pembawa Harapan, Dari Kabut, Tingkah Si Gadis Bunga, dan Hutan Ajaib.