[Resensi] Cinta Terakhir Baba Dunja - Alina Bronsky



Judul: Cinta Terakhir Baba Dunja

Penulis: Alina Bronsky

Penerjemah: Harisa Permatasari

Editor: Bayu Anangga

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2020

Tebal: 160 hlm.

ISBN: 9786020648224

***

Baba Dunja tidak peduli dengan peringatan pemerintah mengenai tingkat radiasi di kampung halamannya (yang terletak jauh dari Chernobyl), ia bertekad untuk pulang! Dan beberapa tetangga mengikutinya kesana. Bermodal kebun sayur-sayuran dan buah-buahan, penduduk kota itu bisa dibilang memiliki segalanya yang mereka butuhkan.

Petrov yang sakit parah melewatkan waktu dengan membaca puisi cinta di halaman; Marja menjalin cinta dengan Sidorow yang nyaris berusia seratus tahun; dan Baba Dunja mengisi hari dengan menulis surat untuk putrinya. Hidup terasa sempurna. Hingga suatu hari orang asing datang dan mengusik ketenangan kota itu.

***

Untuk bisa menambah daftar bacaan atau koleksi buku, selain beli langsung, kita bisa mencari lewat jalur lain, yaitu ikutan talkshow soal buku atau berburu giveaway. Kalau beruntung, kita bisa nambah buku tanpa keluar dana, alias gratis.

Senengkan kalo gitu? Harusnya sih nggak melirik buku bajakan ya!



Baru-baru ini saya melakukan poin pertama, ikutan talkshow soal buku. Acara yang diselenggarakan oleh Gramedia dengan tagline "Sahabat Baca Novel" dilakukan via zoom pada tanggal 27 Agustus 2021, dengan tema "Bocoran Editor".  Hadir empat editor yang mewakili lini penerbit Gramedia: Kak Hetih Rusli (Gramedia Pustaka Utama), Kak Aninda Nurrahmi (Kepustakaan Populer Gramedia), Kak Pramonoadi (Grasindo) dan Kak Noni Mira (Bhuana Ilmu Populer). 

Dengan dimoderatori oleh Kak Hestia, keempat nara sumber membeberkan cerita mereka dalam menangani naskah-naskah yang masuk, utamanya untuk menerjemahkan buku luar negeri. Banyak cerita dan pengalaman seru yang dibagikan mengingat keempat penerbit ini sama-sama bisa menerbitkan buku terjemahan. Ada satu momen hak cipta terjemahan sebuah buku diperebutkan untuk diterjemahkan. Siapa yang ngalah, siapa yang dapat, prosesnya seru sekali.

Lalu pada akhir acara, Kak Hestia menyebutkan penanya beruntung yang akan mendapatkan hadiah. Dan beruntungnya saya termasuk salah satunya. Pada acara itu saya sempat menanyakan beberapa pertanyaan, salah satunya mengenai kemungkinan-kemungkinan para editor melirik buku yang tidak hype tapi bagus, istilahnya "mutiara dalam lumpur" gitu. 

Selain itu, saya juga menanyakan perihal ada kemungkinan nggak menerbitkan terjemahan buku luar negeri misalnya dari Polandia atau negara lainnya yang selama ini belum pernah diterjemahkan oleh penerbit mana pun di Indonesia.

Dan buku yang jadi hadiahnya adalah ini, Cinta Terakhir Baba Dunja karya Alina Bronsky. Salah satu buku terjemahan yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

***


Novel Cinta Terakhir Baba Dunja menceritakan kehidupan seorang nenek yang tinggal di Desa Tschernowo, desa yang diklaim sebagai desa kematian pasca tragedi reaktor pada tahun 1986. Pemerintah menyatakan jika segala yang di desa itu mengeluarkan radiasi yang berbahaya. Semua penduduk dievakuasi ke desa sebelah, Desa Malyschi. Baba Dunja yang dipaksa anak perempuannya , Irina, untuk ikut tinggal Jerman, menolak dengan banyak alasan. Namun, pada satu waktu Baba Dunja memilih kembali ke desa Tschernowo, disusul oleh orang tua lainnya.

Selain Baba Dunja, ada juga tetangga lainnya yang tinggal di desa itu: Marja, pasangan Mr. dan Mrs. Gavrilow, Lenotschka, Petrow, dan Sidorow

Setengah buku pertama, penulis mengulas karakter dan kehidupan sehari-hari setiap tokoh yang ada di desa tersebut. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari kehidupan para orang tua itu, sebab pada dasarnya desa itu adalah desa mati. Keseharian mereka dilalui dengan banyak keterbatasan. Keberadaan mereka di desa itu seolah mereka tengah menikmati hidup dengan apa adanya sambil menunggu ajal tiba.

Ini persis ketika wabah covid melanda, dan ada penduduk di blok tertentu terpapar, maka blok itu ditutup. Orang luar tidak bisa masuk; dilarang masuk atau takut masuk. Ini juga terjadi di Desa Tschernowo, orang luar hanya berani berkunjung di perbatasan, tidak ada yang berani masuk. Bahkan tenaga medis dan peneliti akan memakai APD lengkap ketika datang berkunjung. 

Masalah datang ketika muncul orang baru di desa itu, seorang ayah dan anak kecil. Dan pada petang itu terjadi satu kejadian yang akan membuat Baba Dunja harus mendekam di penjara.

Menjadi Tua Menjadi Payah

Ketika membaca novel ini, saya memikirkan beratnya menjadi tua. Penyakitan, gampang lelah, dan kemampuan indera berkurang. Terlebih jika kita tua nanti tidak ada anak atau orang lain yang mengurus kita, akan sangat menyedihkan. Kehidupan Baba Dunja dan yang lainnya cukup mengingatkan kita pentingnya mempersiapkan masa tua yang gemilang bak emas. Dan itu hanya bisa dipersiapkan sejak kita masih muda dan mampu. Misalnya menjaga pola hidup sehat, menyiapkan tabungan, dan membangun hubungan baik dengan orang lain.

Yang paling membuat hati terenyuh adalah mereka yang kesepian. Baba Dunja merasakan itu, kedua anaknya dan cucunya jauh di tempat lain. Sebenarnya banyak cara membunuh rasa sepi, tapi jujur, rasa sepi tetaplah rasa sepi. Diingkari segimana pun, hati kita mengakuinya, dan itu menyedihkan. Baba Dunja memilih membaca buku bekas. Marja bahkan sampai memelihara kambing di dalam rumah agar merasakan ada mahluk hidup di sekitarnya.

Semoga kita semua kelak tidak mengalami kepayahan dan kesepian ketika menjadi tua. Amin!

Melihat Makna Keluarga

Yang mengejutkan saya menjelang akhir buku, penulis memaparkan makna keluarga yang membuat hati menghangat. Hubungan Baba Dunja dan Irina yang terpisah membuat ikatan keluarga jadi dingin dan rawan. Jarang bertemu, jarang menelepon. Kabar soal Irina hanya didapatkan lewat surat yang dikirimkan bersama paket kebutuhan sehari-hari. Bahkan Baba Dunja belum pernah bertemu dengan Laura, cucu perempuannya. Sehingga dia menciptakan bayangan Laura sebagai cucu perempuannya yang cantik dan manis. Walau pada akhirnya Irina menjelaskan keadaan sebenarnya.

Laura bayangan Baba Dunja memiliki rambut pirang, bermata sedih dan berwajah cantik dengan senyumnya yang manis. Tetapi versi Irina berlawanan, Laura menggunduli rambutnya, mencuri uang orang tuanya, pernah mengalami keracunan alkohol, dan dikeluarkan sekolah dua kali.

"Aku melakukan banyak kesalahan, Ibu."

"Tidak," ujarku. "Aku yang melakukan banyak kesalahan..." (hal. 147)

Ini jelas menohok kita semua, kita harus menciptakan keluarga yang harmonis dan solid. Membangun sekuat-kuatnya pondasi keluarga agar segala masalah yang timbul di luaran, bisa dihadapi karena kita yakin ada keluarga yang menguatkan di belakang, baik lewat bantuan mereka atau doa-doa mereka.

Dan sebagai anak, kita perlu sensitif terhadap perasaan orang tua. Ketika kita ada masalah, percaya saya, yang paling merasa sedih dan bersalah adalah orang tua. Ribuan penyesalan menyerbu, "Seharusnya saya dulu membuat dia begini, seharusnya dia bisa mendapatkan pendidikan begini, dan lain-lain."

Apakah novel Cinta Terakhir Baba Dunja ini menarik?

Bagi saya menarik, membaca novel dengan karakter utama para lansia, menjadi pengalaman membaca yang berbeda dengan sebelumnya. Karena dimensi kehidupan yang dipaparkan penulis bukan pengalaman yang sudah saya alami, membuat novel ini jadi pengingat dan nasihat ketika saya jadi lansia kelak.

Kalian tidak akan menemukan konflik yang bikin tegang atau kehebohan seperti novel thriller atau petualangan. Tapi novel ini punya value untuk diambil hikmahnya. Saya memberi nilai untuk novel ini 3 bintang dari 5 bintang.

Saya penasaran dengan karya Alina Bronsky yang " The Hottest Dishes of the Tartar Cuisine" yang katanya dinobatkan sebagai buku terbaik pada tahun 2011 oleh banyak media masa internasional.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga terus kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


[ poster talkshow Gramedia diunduh dari postingan twitter akun @bukugpu ]

0 komentar:

Posting Komentar