Judul: Dollagoot: Toko Penjual Mimpi
Penulis: Lee Mi Ye
Penerjemah: Dwita Rizki
Penyunting: Jia Effendi
Penerbit: Penerbit Baca
Terbit: Juli 2021, cetakan pertama
Tebal: vi + 294 hlm.
ISBN: 9786026486608
***
Ada sebuah desa yang hanya bisa kamu kunjungi dalam tidurmu. Tempat paling populer di desa ini adalah Dollagoot: Toko Penjual Mimpi yang mengumpulkan dan menjual segala macam mimpi. Toko ini selalu ramai oleh manusia dan hewan yang ingin tidur panjang atau tidur siang. Setiap lantainya dilengkapi dengan mimpi-mimpi dari berbagai macam genre istimewa, termasuk mimpi tentang masa kecil, perjalanan menyenangkan, melahap makanan lezat, hingga mimpi buruk dan mimpi misterius.
Di toko ini ada Dollagoot, si pemilik toko; Penny, karyawan baru yang ceroboh dan penuh rasa ingin tahu; Aganef Coco. produser legendaris; dan Vigo Myers, manajer lantai dua.
Penny ditugaskan untuk bekerja di lantai satu dengan karyawan veteran, Bibi Weather. Namun, pada hari pertama dia bekerja, mimpi yang paling mahal dicuri....
Kisah menawan ini akan meninggalkan gaung yang lama. Tidak hanya menyenangkan bagi pembaca remaja, tetapi juga memberikan kehangatan dan penghiburan bagi pembaca dewasa yang lelah dengan kenyataan hidup.
***
Sejauh ini saya baru membaca 2 buku yang diterbitkan oleh Penerbit BACA: The Hen Who Dreamed She Could Fly karya Hwang Sun-mi dan Vegetarian karya Han Kang. Kesan saya, buku mereka kebanyakan berasal dari asia sehingga tempo dan tema cerita terasa lembut, dingin, sesekali diliputi misteri.
Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi langsung memikat saya ketika mulai dibuka PO-nya. Tetapi saya yang sedang berusaha mengatur budget beli buku -walau gagal- belum memasukan buku ini ke keranjang. Jodoh memang nggak kemana, saya bisa mendapatkan buku ini dihadiahi oleh Kak Khansaa di twitter karena terpilih sebagai pemenang beruntung pengisi survey mengenai kebiasaan membaca buku.
Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi menceritakan tentang Penny yang akhirnya bisa bekerja di toko penjual mimpi yang dikelola oleh Dollagot. Dia kemudian mengenal manajer setiap lantai toko yang memiliki karakter berbeda-beda.
Bibi Weather, manajer lantai satu, sosok yang keibuan. Dalam bayangan saya, badannya gemuk. Dia murah senyum dan ramah. Vigo Myers, manajer lantai dua, memiliki kesan kaku, sangat suka kerapihan dan kebersihan. Tipe yang perfeksionis.
Mogberry, manajer lantai tiga, sosok perempuan yang bebas dan ceria sehingga lantai tiga terasa lebih berwarna dan bising. Speedo, manajer lantai empat, tipe yang aktif, nyentrik, dan bawel sebab dia memegang lantai yang menjual mimpi bagi manusia dan hewan. Dan Motale, bukan manajer lantai lima, merupakan teman Penny waktu SMA yang dikenal bersikap gaduh, suka tampil, dan bersemangat.
Selama bekerja di Dollagoot, Penny mendapatkan banyak nilai hidup, baik dari Dollagoot, manajer setiap lantai, maupun dari pelanggan. Dia merasa beruntung bisa bekerja di tempat yang tepat.
Pondasi cerita yang kuat
Kontradiksi sebenarnya ketika saya menyatakan pondasi cerita yang kuat dalam novel ini, padahal di awal saya kebingungan membayangkan latar tempat, waktu, dan alur ceritanya. Kotanya tidak jelas, mahluk Noctiluca itu apa, sirop penenang itu minuman apa. Dan dengan mengabaikan sementara, saya akhirnya bisa memahami dunia mimpi yang diciptakan penulis.
Yang terlintas di otak saya ketika membayangkan masyarakat di kota mimpi ini tertuju ke film animasi Soul dan Inside Out, dimana karakter pada kedua film ini adalah jiwa dan emosi. Orang-orang yang ada di kota terbagi menjadi dua golongan. Pertama, penduduk asli kota mimpi yang menjalankan industri mimpi. Kedua, pelanggan yang jadi tamu di kota adalah jiwa dari orang sungguhan yang sedang berada di fase setengah tidur.
Sejarah toko Dollagoot diulas lengkap dalam buku mungil berjudul Kisah Dewa Waktu dan Ketiga Murid. Buku yang diberikan Assam kepada Penny yang secara tidak langsung memuluskan dia untuk diterima bekerja di toko Dollagoot. Pengetahuan soal ini akan memudahkan pembaca memahami siapa Dollagoot dan bagaimana cerita toko ini menjadi penting dan terkenal di kota.
Pesan moral yang mengena ke hati
Saya menyebut jika alur cerita dalam novel Dollagoot ini tidak biasa. Umumnya, urutan alur cerita begini: perkenalan, konflik, titik puncak konflik, lalu penyelesaian, yang berfokus kepada tokoh utama. Tapi Dollagoot ini punya alur begini: perkenalan, konflik, perkenalan, konflik, perkenalan, dan konflik. Karena memang tipe cerita Dollagoot ini lebih ke menjelaskan apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu di kota Mimpi.
Misal, ketika perayaan natal, perayaan tahun baru, pagelaran Grand Prix, keseharian Bibi Weather pagi hari sebelum berdinas, kegiatan Dollagoot melayani pesanan mimpi untuk orang lain, dan lain-lain. Semua berupa potongan kegiatan yang dilakukan para tokoh pekerja di Dollagoot, termasuk pelanggan yang bersinggungan dengan Penny dkk.
Konflik besarnya tidak tampak. Tapi tenang saja, jalan ceritanya tetap bisa dinikmati karena muatan pesan moral yang relate dengan kondisi kita masa sekarang.
Saya setuju dengan pernyataan di atas. Selain menambah pengetahuan, kebiasaan membaca dapat melatih otak untuk lebih mengerti suatu masalah. Ini terbukti ketika kita mempelajari rumus excel. Banyak orang yang tidak memahami rumus fungsi IF, padahal bagi orang yang suka membaca, rumus ini sebenarnya berupa kalimat. Jadi ketika rumus-rumus excel dikombinasikan antara satu rumus dengan rumus lain, kita akan lebih paham maksudnya karena rumus tersebut membentuk kalimat.
Pada halaman 106 dibahas mengenai arti masa depan dan tujuan hidup. Kurang lebih menyatakan, "Hidup akan terasa sempurna kalau bisa melewati prosesnya, bukan sekadar tau ujung akhirnya." Penulis menyentil kita semua untuk menikmati proses hidup, jangan terpaku kepada hasil. Jika terpaku kepada hasil, kita bisa berhenti di tengah proses karena melihat hasil yang ingin dicapai tidak sesuai ekspektasi.
Tidur merupakan wahana untuk menghidupkan mimpi. Dan arti penting tidur dibahas di halaman 172-173. Penulis mengingatkan orang-orang yang rela begadang demi main gim, mengutak-atik smartphone, dan menelepon pacar. Padahal, esok harinya mereka harus beraktifitas. Bagi industri mimpi ini kerugian sebab penjualan mimpi menurun drastis karena orang-orang memilih tidur nyenyak dibanding tidur bermimpi.
Pesan lebih mendalam disampaikan penulis lewat pertanyaan yang langsung menohok.
"Sampai kapan aku harus hidup begini?" (hal. 73) menyoroti keputusasaan seorang perempuan muda berusia 28 tahun, yang merasa kehidupannya tidak menarik. Relate banget dengan saya pribadi, yang sejak mendapatkan jabatan baru, kehidupan saya tersedot hampir seluruhnya untuk menyelesaikan pekerjaan. Sehingga keseharian saya tidak menarik dan terasa membosankan sekali.
"Kapan kalian merasa tidak bebas?" (hal. 207) memaksa kita merenungkan keresahan-keresahan apa yang tengah kita rasakan dan itu membuat kita merasa tidak bebas. Salah satu cara untuk bebas adalah dengan menerima kehidupan apa adanya dan paham kalau kehidupan bebas itu memang tidak ada.
Industri Mimpi bagian dari bisnis
Mimpi dalam novel Gollagoot ini menjadi salah satu industri bisnis. Dalam setiap mimpi yang dialami kita, ada produser di belakangnya. Setiap produser memiliki sentuhan dan spesifikasi tertentu pada karyanya. Begitu membaca soal seluk-beluk mimpi, saya membayangkan industri mimpi ini mirip industri film.
Mimpi dan film sama-sama diputar untuk disaksikan. Keduanya sama-sama dijual-beli. Sampai pada puncaknya, industri mimpi di Dollagoot pun ada malah anugerahnya. Semacam piala penghargaan. Dan dijelaskan malam penghargaan ini merupakan tontonan yang menarik banyak orang dan meriah.
Apakah novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi ini menarik?
Menurut saya buku ini sangat menarik. Bagi saya, novel yang membahas dinamika manusia, selalu punya nilai tersendiri. Saya seperti sedang belajar memahami nilai kebijaksanaan dari cerita-cerita beragam manusia. Dan itu akan membuat kita semua sadar, tidak ada manusia yang sempurna.
Jika saya harus memberi nilai pada novel ini, saya akan menganugerahkan 4 bintang dari 5 bintang.
Nah, sekian ulasan dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!
0 komentar:
Posting Komentar