Resensi Novel Sabtu Bersama Bapak - Adhitya Mulya

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]




Judul: Sabtu Bersama Bapak

Penulis: Adhitya Mulya

Penyunting: Resita Febiratri

Desain sampul: Prime Video & Falcon Pictures

Penerbit: GagasMedia

Terbit: 2023, cetakan kedua

Tebal: x + 278 hlm.

ISBN: 9786234930283


Dahulu saya pernah membaca buku ini tapi belum sempat diulas di sini. Begitu saya membeli buku terbaru dari penulis yang berjudul Sabar Tanpa Batas, saya memutuskan untuk membaca ulang lagi buku ini. Kesannya adalah perasaan melow yang membuncah dahulu, kini sudah enggak begitu terasa. Biar begitu ternyata masih ada bagian-bagian cerita yang hampir bikin saya menangis.

Novel Sabtu Bersama Bapak menceritakan tentang pelajaran hidup yang disampaikan seorang Bapak bernama Gunawan Garnida kepada kedua anak laki-lakinya, Satya Garnida dan Cakra Garnida, melalui video yang direkam dengan handycam, dan video itu ditonton setiap Sabtu sore. Sang Bapak menyiapkan video itu karena tidak ingin lepas tanggung jawab menemani kedua anaknya setelah ia berpulang karena kanker. 

Ternyata pelajaran hidup dari video itu sangat berguna ketika Satya dan Cakra sudah dewasa. Satya sudah menikahi Rissa dan mereka memiliki tiga anak laki-laki; Ryan, Miku, dan Dani. Konflik domestik mewarnai keluarga kecil itu. Satya berubah jadi bapak pemarah dan suami yang gemar menyalahkan istri. Sebuah email dari Rissa menjadi pukulan besar baginya dan Satya harus memperbaiki semuanya sebelum keluarga kecilnya hancur berantakan.

Sedangkan Cakra masih berusaha mencari jodoh setelah menurutnya persiapan ke jenjang pernikahan sudah dia rampungkan. Namun mencari pasangan hidup tidak semudah membalik telapak tangan. Saat dia menemukan gadis yang disukainya justru respon gadis itu dingin. Ia pun harus bersaing dengan rekan kerjanya yang sama-sama mengincar gadis itu.

Namun di luar masalah Satya dan Cakra, Ibu Itje, ibu mereka, pun sedang berjuang menyelesaikan masalahnya secara diam-diam, menghindari merepotkan kedua anaknya.



Novel ini berisi cerita drama keluarga yang penuh pelajaran hidup. Masalah yang disajikan penulis sangat relate dengan banyak orang, dan solusi yang dipilihkan pun masuk akal. Dua masalah utama di novel ini adalah bagaimana membangun rumah tangga yang baik dan bagaimana memilih pasangan hidup yang tepat.

Yang paling saya suka dari novel ini karena pesan Bapak lebih ditujukan untuk pembaca pria dan penyampaiannya tidak mendikte. Setelah membaca novel ini, saya terpengaruh untuk memperbaiki diri. Pria itu harus selalu punya rencana hidup yang jelas. Jangan mencari pasangan untuk melengkapi kekurangan kita tetapi sudah jadi kewajiban masing-masing untuk menguatkan value diri sebelum memilih pasangan.

Selain drama, sisi komedi pun diselipkan penulis untuk mengolok-olok kejombloan. Ini juga yang bikin novel ini terasa fresh. Dan saya juga suka dengan sampulnya yang versi series ini dibandingkan sampul versi film atau versi orisnialnya.

Secara keseluruhan, novel ini sangat layak dibaca dan pesan-pesan di dalamnya patut direnungkan untuk introspeksi diri. Saya merekomendasikan novel ini dibaca sebagai persiapan bagi siapa pun untuk berumah tangga. 

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Sabtu Bersama Bapak. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


12 komentar:

  1. Emang iya sih mencari pasangan itu gak mudah,gak sekedar cocok atau aku cinta kamu, basii.. apalagi kalau udah menikah ,justru di situ ujiannya dari hari ke hari, apalagi udah punya buntut.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, di sini ada juga gambaran gimana pasangan pasutri yang sudah punya anak memiliki konflik. Bisa dibilang yang diributkan sepele, tapi tetap saja jadi pemicu pertengkaran. Beruntung, di novel ini ada media yang bisa jadi pengingat kalau-kalau mereka khilap bersikap

      Hapus
  2. Saya nonton filmnya di Netflix ada Abimana, Ira Wibowo, Acha, Sheila, Selain Adhitya, Monty Tiwa juga jadi penulis di filmnya. Filmya sih bagus menurut saya, dengan durasi 1.41 tidak terlalu membosankan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya belum nonton film atau seriesnya. Dan karena sudah dibaca novelnya, barulah saya akan menonton alih medianya. Semoga bisa mendapatkan insight baru, hehe.

      Hapus
  3. Kayaknya cocok banget buat saya nih
    Biar bisa menjadi bapak yang ok punya
    reviewnya hebat juga
    saya punya banyak novel, tapi kalau disuruh mereview, kesulitan banget
    lupa dengan alur cerita yang saya baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kang, ini lumayan bisa mengingatkan kita soal gimana jadi sosok pria terbaik, untuk peran suami, bapak, atau pun anak.

      Saya juga baru-baru ini mulai menyederhanakan meresensi buku yang dibaca. Soalnya kok jadi beban ya kalau tujuannya membuat ulasan buku yang bagus banget. Dan dengan bikin ulasan sederhana, setidaknya proses membaca saya jadi bakal lebih banyak, Kang.

      Hapus
  4. ini tayang di prime video y mas?

    BalasHapus
  5. Yang jomblo akan ngakak atau tersinggung kah ini Mas?
    Haahaahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedikit aja, kesinggungnya. Setelah itu bakal mikir, oh iya, segala-galanya harus siap. Bukan sekadar modal cinta aja, hehe...

      Hapus
  6. Aku belum pernah baca novelnya, tapi sudah pernah nonton filmnya.

    Dulu lihat filmnya pada awalnya merasa aneh. Hingga pada akhirnya menyebut film ini sangat bagus. Apalagi ketika mereka sadar sudah lama tidak menonton video dari ayahnya. Kemudian berlanjut dengan titik balik yang terjadi pada mereka berdua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya justru belum menonton film atau seriesnya. Semoga setelah ini bisa segera menonton biar bisa tahu seberapa miripnya antara novel dengan tontonannya.

      Hapus