Tampilkan postingan dengan label paula hawkins. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label paula hawkins. Tampilkan semua postingan

Januari 08, 2018

[Resensi] The Girl on The Train - Paula Hawkins

Judul: The Girl on The Train
Penulis: Paula Hawkins
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penyunting: Rina Wulandari
Penerbit: Noura Books
Cetakan: September 2015
Tebal: 440 halaman
ISBN: 9786020989976
Harga: Rp79.000 (via bukabuku.com, sebelum diskon)

Efek dari keterpukauan saya pada novel thriller kedua Paula Hawkins yang Into The Water, saya mencari buku thriller pertamanya ini dan tanpa menunggu lama segera mulai membacanya. Perasaan bagai diterpa ombak besar menghantam benak saya. Lantaran ceritanya yang membuat saya sangat terkesan.

Di novel ini kita akan berkenalan dengan Rachel Watson, seorang janda yang pemabuk. Dia rutin naik kereta komuter pada pagi dan sore. Melintasi jalur yang sama setiap hari. Makanya dia hafal betul dengan dua rumah yang ia lihat dengan penuh perhatian dari kereta. Rumah nomor lima belas dan nomor dua puluh tiga. Rumah nomor lima belas dihuni oleh sepasang suami istri, Jason-Jess. Rachel iri melihat kemesraan mereka yang beberapa kali, bahkan sering, terlihat duduk di beranda rumah. Sedangkan rumah nomor dua puluh tiga adalah bekas rumahnya. Sejak Tom ketahuan selingkuh dan selingkuhannya, Anna, hamil, posisi Rachel sebagai istri Tom berakhir. Tom membawa Anna ke rumah itu. Rachel sendiri menginap di flat Cathy.

Pada Jumat pagi, Rachel melihat Jess di beranda. Namun, dia tidak berduaan dengan Jason. Di belakangnya ada pria lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mereka kemudian berciuman. Rasa iri melihat kemesraan Jason-Jess berubah menjadi marah. Rachel marah terhadap Jess yang kelihatannya berselingkuh di belakang Jason.

Pada Minggu pagi, Rachel mendapati dirinya yang kacau. Selain masih menyisakan mabuk semalam, ia juga mendapati luka di belakang kepalanya. Ada sesuatu yang aneh sebab ia lupa dengan kejadian semalam. Pada Senin malam berikutnya, Rachel mendapatkan kabar di Yahoo jika Jess menghilang. Nama asli Jason-Jess yang ia karang akhirnya diketahuinya, Scott Hipwell-Megan Hipwell. Dari sinilah misteri bergulir. Kemana Megan pergi? Apakah hubungan luka di kepala Rachel dengan menghilangnya Megan?

Paula Hawkins kembali mengangkat tokoh sentral perempuan. Kali ini tiga orang; Rachel, Megan, dan Anna. Seperti novel Into The Water, penulisan tiap bab-nya serupa, menggunakan sudut pandang ketiga dari salah satu tokoh sentral tadi. Kesamaan lainnya, tokoh perempuan di novel Hawkins selalu memiliki masalah kehidupan kompleks dan mendalam. Rachel digambarkan jadi janda yang ditinggalkan karena suaminya selingkuh hingga selingkuhannya hamil. Rachel terpuruk menjadi pemabuk dan imbasnya ia dipecat dari pekerjaannya. Megan terlena dengan permainan selingkuh hingga masalahanya tambah runyam.Selain itu dia juga masih terjebak masa lalunya yang kelam. Sedangkan Anna menjadi perempuan yang merasa benar dengan menjadi selingkuhan. Dalihnya, karena sama-sama jatuh cinta ia tak berdaya mengambil pilihan lain walau pilihannya menyakiti perempuan lain.
Hawkins terlalu cerdas membuat misteri di bukunya untuk diikuti. Dengan memberikan kejadian akhir di awal, lalu cerita digiring ke asal mula kejadian itu secara perlahan-lahan, detail, dan lengkap. Selain alur maju, Hawkins juga kuat menarasikan kejadian lampaunya.

Yang paling mencolok dari keseruan novel Hawkins adalah bagaimana dia menciptakan tokoh dengan karakter yang bulat dan penuh jiwa. Sehingga kita akan mudah mengimajinasikan tokoh-tokohnya dan memahami apa yang dilihat, dirasakan, bahkan disentuh si karakter. Bahkan kunci misteri dari bukunya dapat Hawkins samarkan melalui karakter tokoh yang terlalu terasa nyata. Saya bahkan menyimpulkan karakter jahat di novel Hawkins tergolong psikopat.

Nilai kehidupan yang dibawa Hawkins juga mengena. Pada novel ini dia menggaungkan pentingnya untuk jujur dan berani mengungkapkan (pikiran dan perasaan) dalam segala bentuk hubungan. Sebab, modal kejujuran dan keberanian mengungkapkan akan membawa alur hidup yang terkendali. Jika dalam perjalanan hidup ditemukan rintangan. Modal tadi cukup ampuh jadi pegangan.

Saya memberikan nilai 5/5 sebab saya mendapatkan lebih banyak (hiburan, pelajaran, perasaan deg-degan) setelah selesai membaca buku ini.

Januari 05, 2018

[Resensi] Into The Water - Paula Hawkins



Judul: Into The Water
Penulis: Paula Hawkins
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penerbit: Noura Books
Cetakan: Pertama, September 2017
Tebal buku: 480 halaman
ISBN: 9786023853366
Harga: Rp89.000 

Novel yang menarik itu yang bisa menghanyutkan pembaca. Perasaan deg-degan, penasaran kejadian berikutnya, dan bagaimana akhir kisahnya, membuat pembaca terus membuka halaman buku. Paket perasaan ini saya temukan di buku thriller kedua Paula Hawkins. Saya puas sekali bisa berkenalan dengan penduduk di Beckford dan sungainya yang penuh misteri.

Penulis mengajak kita ke Beckford, pemukiman yang masih sejuk, asri, tenang, dan damai bersama Jules Abbott. Kedatangan Jules kesana untuk mengurus kematian kakaknya, Nel Abbott. Tubuh Nel ditemukan tewas di Sungai Penenggelaman. Polisi menduga ia jatuh dari tebing, entah bunuh diri atau dijatuhkan seseorang. Inspektur Detektif Sean Townsend dan Sersan Erin Morgan menyelidiki kasus tersebut. Penelusuran merambat lebar pada kasus kematian sebelumnya; Katie Whittaker dan Lauren Slater. Ada banyak rahasia pada kasus kematian perempuan-perempuan di sungai itu dan melibatkan penduduk di Beckford.

Saya begitu tercengang mengikuti kisah Jules di Backford. Tidak menduga jika empat keluarga saling terhubung atas kematian-kematian yang terjadi di Sungai Penenggelaman. Semua orang menyimpan rahasia. Pepatah yang mengatakan ‘serapat-rapatnya menyimpan bangkai, akan tercium pula baunya’ berlaku di sana. Rahasia yang disimpan rapi akhirnya terkuak. Dan satu rahasia terbongkar, membongkar rahasia lainnya.

Suasana di Beckford yang damai berbeda dengan yang sebenarnya terjadi. Ada perselingkuhan, percintaan tak pantas, pembunuhan, bunuh diri, menutupi kebenaran, dan pemerkosaan. Semua kejahatan itu menghubungkan setiap orang bagai benang kusut. Sulit diurai tetapi harus diurai. Dan Hawkins berhasil meramu jalan cerita jadi tidak tertebak.


Di balik kekelaman Beckford, kita juga akan menemukan nilai kebaikan. Seperti kekentalan persahabatan Katie dan Lena yang patut ditiru. Keduanya saling membantu ketika ada masalah. Keduanya juga memegang janji yang dibuat. Selain itu, kita juga bisa meniru Jules yang akhirnya membuka hati dan belajar menerima Lena sebagai anak setelah kesalahpahaman antara Jules, Nel, dan Lena terselesaikan.

Novel Into The Water sangat menegangkan. Berkat terjemahan yang baik, saya bisa menyelesaikan cerita Jules dengan lancar. Awalnya memang pusing mengingat siapa-siapa karakter yang ada sebab setiap bab selalu berubah sudut pandang. Walau sudah ditulis pada bab itu sudut pandang siapa yang bercerita, saya beberapa kali harus membuka bab sebelumnya untuk memastikan karakter A itu siapanya karakter B dan karakter C. Namun sejalan proses membaca, akhirnya saya hafal posisi karakter-karakter yang muncul.

Saya memberikan nilai 5/5 untuk novel ini dan merekomendasikannya bagi pembaca yang suka cerita misteri. Tentunya, saya pun harus membaca buku thriller pertama Paula Hawkins yang The Girl on The Train, untuk membuktikan kedua kali jika Hawkins memang jempolan membuat cerita misteri.

Kengerian yang dimunculkan oleh pikiran selalu jauh lebih buruk daripada yang sebenarnya.