[Buku] Melangkah ke Seberang - Karina Nurherbyanti Herbowo




Judul: Melangkah ke Seberang
Penulis: Karina Nurherbyanti Herbowo
Editor: Afrianty P. Pardede & Andiyani Lo
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: September 2017
Tebal: vi + 194 hlm.
ISBN: 9786020445564
Harga: Rp 54.800

Novel Melangkah ke Seberang ini bercerita tentang pengalaman Arya berkunjung ke Indonesia. Ia datang ke Banten bersama sepupunya, Cody. Tujuannya untuk liburan, sekaligus mengenal kerabat yang memang belum pernah Arya kenal. Pasalnya, Arya sudah sejak lahir tinggal di Amerika.


Di Indonesia, Arya bertemu Fatma, anak dari seorang Gubernur. Perkenalan ini membawa pengaruh dalam menilai seseorang, sekaligus membuka pandangan baru baginya. Pengalaman apa saja yang dialami Arya di Indonesia?

Novel Melangkah ke Seberang bisa dikatakan novel yang mengenalkan kembali pembaca pada negara Indonesia. Melalui sudut pandang Karina, pembaca akan disuguhkan sajian politik, agama, kemanusiaan, dan nilai lokal daerah Banten.

Sedari awal, penulis sudah menyuguhkan satu ironi mengenai arti Indonesia bagi warganya. Arya yang keturunan darah Indonesia tidak paham tentang Indonesia dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Lain hal dengan sepupunya yang blasteran, Cody justru lebih mengenal Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Ironi ini efek dari pikiran orang tua Arya yang menganggap pentingnya Arya memahami Amerika daripada Indonesa, untuk bersaing hidup. Sebab orang tua Arya sudah memilih untuk tinggal di Amerika. Tetapi nilai positif orang tua Arya adalah mereka tetap mementingkan pendidikan agama Islam meski mereka hidup di Amerika. Sehingga Arya tumbuh dengan pemahaman agama yang baik, diukur dari tidak pernahnya ia meninggalkan salat.

Menurut saya, konflik utama novel ini bukan terletak pada Arya. Saya melihat konflik paling seru terletak pada kehidupan Ratu Fatma Alifya, yang anak dari seorang Gubernur Banten. Ia merasa kehilangan kehangatan keluarga akibat jabatan yang diemban Papa dan Kakak pertamanya. Ia merasa kehidupannya selalu dinilai dari latar belakang keluarga. Ia juga merasa jadi korban popularitas jabatan tersebut. Penulis membahas konflik itu dengan sangat baik. Pembaca diberikan gambaran bagaimana politik itu kejam. Papa Fatma sebagai orang yang jujur terkena fitnah perihal pembangunan bandara oleh mitra kerjanya. Dan kasus ini berimbas kepada Fatma sebagai anak. Ia bahkan sampai diusir oleh orang tua murid ketika menjadi relawan guru di sekolah SMP tempat ia pernah belajar hanya karena fitnah yang pada saat itu belum muncul kebenarannya.

Konflik menarik lainnya, Arya mesti memutuskan untuk memilih Brie (pacarnya yang di Amerika) atau Fatma (gadis yang baru ditemuinya di Indonesia). Proses memutuskan ini yang menarik. Sebab Arya sebagai tokoh utama harus bisa bijaksana. Dan penulis mengakhiri konflik ini dengan adil dan elegan.

Gaya bahasa yang digunakan penulis cukup baik. Meski pada beberapa bagian terasa janggal (saya lupa menandai bagian mana yang saya maksud). Tetapi, secara keseluruhan novel ini sangat bisa dinikmati. Melalui plot yang mengusung plot maju dan plot mundur, seluruh bagian cerita saling melengkapi. Walau di awal pembaca akan diberikan banyak tanda tanya, penulis membayar tuntas jawabannya secara bertahap. Berada di akhir buku, cerita berakhir tuntas dan manis.

Tokoh utama di novel ini adalah Ratu Fatma Alifya dan Arya Soeraadiningrat. Keduanya berusia dua puluh tahunan. Ratu Fatma Alifya condong berkarakter ceria, periang, dan berpikir positif. Gonjang-ganjing keluarganya akibat hawa politik masih ditanggapi Fatma dengan santai. Bahkan ketika ia diusir oleh orang tua murid dari sekolah SMP tempat ia membantu mengajar, Fatma tidak bersedih hati. Dalam hitungan waktu ia kembali menjadi Fatma yang periang. Sedangkan Arya Soeraadiningrat memiliki kedewasaan. Bisa jadi karakter ini hasil didik orang tuanya yang mengarahkannya jadi pribadi pekerja keras dan mandiri. Ia juga tipe pria yang bijak dalam memutuskan sesuatu. Dan yang utama, ia pria yang taat beragama. Ketaatan ini membawa pengaruh baik di sisi karakter lainnya sebab ketaatan dalam beragama berarti menerapkan nilai-nilai baik di agama.

Selain mereka, masih ada Cody Hudleston (sepupu Arya), Brie Ann (pacar Arya), Naira (sepupu Arya), Ibu Santi (pengasuh Fatma), Tubagus Ali Samudra (Kakek Fatma), Jhendra (Papa Fatma), dan ada beberapa lainnya lagi.

Memperhatikan kover novelnya, saya merasa terkecoh. Dari judulnya saja, saya kira novel ini akan diisi cerita petualangan mengeksplorasi wisata alam secara detail. Terlebih di kover ada dua sosok pria muda yang berkostum petualang. Namun, eksplorasi wisata alam di novel ini sangat minim. Saya sedikit kecewa. Terlepas dari isi cerita, pemandangan kovernya memikat. Akhir-akhir ini saya memang sedang menggandrungi foto-foto atau gambar yang menampilkan pemandangan alam. Sehingga rasa kecewa tadi cukup terhibur dengan foto kovernya.

Nilai novel Melangkah ke Seberang yang paling melekat di benak saya adalah betapa pentingnya menjadi diri sendiri yang dikokohkan dengan ilmu agama. Saya merasa diingatkan jika selama ini saya tidak memahami nilai-nilai agama yang saya anut. Padahal, pemahaman terhadap agama akan membawa banyak kebaikan.

Saya dengan senang hati memberikan nilai 4/5. Saya sangat menyukai ceritanya hingga saya harus membaca novel ini sampai dua kali.

2 komentar:

  1. Saya telah menghabiskan waktu commuting saya beberapa minggu yang lalu dengan membaca buku ini. Memang sebuah pengalaman fiksi yang luar biasa, menurut saya buku ini pantas mendapatkan nilai 4/5, bahkan 5/5!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bacaan yang sangat menginspirasi untuk menjadi sosok seperti apa. Dan pilihan di buku ini ditawarkan untuk jadi pribadi yang menyenangkan dan berilmu agama.

      Hapus