[Resensi] Larutan Senja - Ratih Kumala


Judul: Larutan Senja

Penulis: Ratih Kumala

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Januari 2017, cetakan pertama

Tebal buku: vi + 126 hlm.

ISBN: 9786020338156

***

Dia membuat larutan antara siang dan malam. Larutan yang akan menjadikan siapa pun terpikat; 'larutan senja' begitu dia menyebutnya. Dia berpikir sambil bergumul denngan racikannya di laboratorium, menggumam-gumam sendiri mengenai penemuannya kali ini.

"Pertama-tama... rasa senja tidak manis seperti siang dan tidak pahit seperti malam. Senja memiliki rasa: hangat." Dia meneteskan beberapa ciaran rasa. " Lalu warna... bukan terang seperti siang, bukan hitam seperti malam... terlalu pekat."

Kali ini dia kembali mencampurteteskan beberapa cairan lain, cairan warna.

"Ada lagi... masih kurang sesuatu, ah... ya... aku tahu. Senja harus menimbulkan sebuah perasaan. Bukan perasaan gembira seperti siang atau perasaan gundah seperti malam."

Dia meneteskan cairan perasaan. Lalu larutan itu menimbulkan semacam ledakan kecil, peletik api keluar dari sana. Selesai sudah: 'larutan senja'.

Dia tahu, saat dia membuat larutan itu, selamanya dia harus tutup mulut. Menjaga sebongkah rahasia dan tak boleh bercerita. Karena jika bocor, maka tuhan akan mencuri larutan itu dari dia guna memperkaya mainan-mainan ciptaannya yang dinamakan 'dunia'.

***

Setelah cukup puas menikmati buku Wesel Pos, saya menjajal buku lainnya karya Ratih Kumala, dan kali ini berupa kumpulan cerita/KumCer. Buku ini mencolok lantaran warna dominan merah kekuningan khas senja, seolah menantang untuk dibaca. Saya? Ya Beranilah!

Awal akan membaca, ada sedikit keraguan lantaran saya jarang menemukan cerpen yang menarik untuk dinikmati. Sejauh ini saya masih mengunggulkan buku kumcer Kuda Terbang Maria Pinto (Linda Christanty), Rahasia Selma (Linda Christanty), dan Kupu-Kupu Bersayap Gelap (Puthut EA) sebagai bacaan kumcer menarik.

Menurut saya cerpen menarik itu yang ditulis dengan diksi lugas, mengambil tema cerita keseharian, dan ada muatan pesan membangun untuk pembacanya. Ini yang saya temukan pada beberapa cerpen di ketiga buku yang saya sebutkan tadi sehingga bisa dibilang saya memfavoritkan ketiga bukunya.

Buku Larutan Senja ini memiliki 14 cerita pendek dengan ragam tema sehingga usai membaca semua ceritanya, kita akan sadar jika buku kumcer begini punya warna-warni yang tidak bikin bosan.

Tema-Tema yang Menyedot Perhatian

Keempat belas cerita di buku ini bisa dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan tema. Tema Mistis, kita bisa menemukan di cerpen Paradji, Purnama di Borneo, Larutan Senja, Obral Peti Mati, dan Gin-Gin dari Singaraja.

Paradji menceritakan profesi dukun yang dituduh penyebab kematian seorang warga hingga si paradji ini dihakimi. Fitnah keji ini yang akhirnya berujung sumpah dendam di masa depan. Cerita Purnama di Borneo mengangkat soal peri yang ada di hutan kalimantan, yang suka menggoda pria agar dinikahi tapi ujungnya terhalang restu. Ketika si pria dikembalikan ke dunianya, dia akan mengalami mimisan hingga meluah sampai ke titik meninggalnya.

Larutan Senja menjadi judul besar untuk kumcer ini, memaparkan Dia membuat ramuan yang kerap hasilnya itu dibeli oleh tuhan untuk mengayakan mainannya, dunia. Karena prestasi dunia yang meningkat, tuhan kerap dipuji dan disanjung oleh yang lain. Ini yang membuat Dia kesal sehingga ketika ia berhasil membuat larutan Senja, larutan ini disembunyikan dari tuhan. Tapi tuhan ternyata bisa membuat duplikasinya. Tuntutan yang tidak terpenuhi membuat Dia menuangkan larutan gelap pekat ke dunia, dan jadi bencana.

Lalu kisah Gin-Gin dari Singaraja menyebut makna tradisi ngaben di Bali. Pertemuan si tokoh dengan Gin-Gin justru memperjelas soal tradisi ngaben sebagai upacara memulangkan kembali roh. Dan cerita Obral Peti Mati mengisahkan penjual peti mati yang sedang sepi pembeli dan berharap peti mati di depan rumahnya bergerak pada malam hari sebab itu tanda peti mati tersebut akan terjual. Lalu pada satu malam ada empat peti mati yang bergerak. Kematian pertama, seorang ayah. Kematian kedua, seorang janda kembang pelakor. Kematian ketiga, seorang rentenir yang meresahkan. Dan kematian keempat tidak pernah diduganya.

Tema Sejarah memiliki lintasan yang lebih luas karena melingkupi sisi agama, sejarah dunia, hingga sejarah negara kita, Republik Indonesia. Kita bisa menemukannya di judul-judul berikut ini: Dalu-Dalu, Natch Westen, Anakku Terang Laksana Burung, dan Radio Kakek.

Dalu-Dalu menjadi cerita yang kurang saya sukai karena membahas soal Lekra, dimana saya tidak tahu Lekra itu apa. Kemudian saya coba cari di google dan ketemu ini!

Lembaga Kebudajaan Rakjat atau dikenal dengan akronim Lekra, merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia. Lekra didirikan atas inisiatif D.N. Aidit, Nyoto, M.S. Ashar, dan A.S. Dharta pada tanggal 17 Agustus 1950, Lekra mendorong seniman dan penulis untuk mengikuti doktrin realisme sosialis.

Netch Westen menjadi cerita drama yang dibalut sejarah karena mengisahkan keluarga yang terpisah di Jerman Barat dan Jerman Timur pada masa awal-awal tembok Berlin. Pada masa itu ada ketimpangan di antara dua wilayah. Kalau sekarangnya, mungkin sama keadaannya dengan dua wilayah Korea Utara dan Korea Selatan. Perpisahan yang terjadi itu, tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir. Dan proses keluar dari wilayah itu harus menghadapi banyak birokrasi. Sehingga beberapa orang memilih untuk mengendap-endap menyebrangi tembok, tapi kebanyakan berakhir mati ditembak.

Sisi agama justru kental sekali akan kita temukan di cerita Anakku Terbang Laksana Burung. Kisah ini kurang lebih menuturkan ulang kisah Nabi Isa AS atau kisah Yesus, dan diceritakan dari sudut pandang Maryam, Ibunya.

Hampir sama dengan latar cerita Dalu-Dalu, Radio Kakek menceritakan kejadian tragis pada masa dulu dimana sorang kakek, sekaligus imam mesjid, dituduh menyembunyikan pejuang kemerdekaan. Sampai akhirnya tokoh aku mengintip eksekusi orang-orang yang dituduh di kebun kecil.

Tema Drama Kehidupan lebih kaya, dan dapat kita jumpai di cerita-cerita: Shizophrenia, Tahi Lalat di Punggung Istriku, Wanita Berwajah Penyok, Pada Sebuah Gang Buntu, Buroq.

Cerita Shizophrenia mengisahkan seorang psikiater yang memanipulasi pasiennya yang bergaya sebagai intel. Tapi kegiatan psikiater ini justru diawasi ketat oleh dokter lain. Selain drama, dibalut juga sisi seksual, bisa dibaca pada cerita Tahi Lalat di Punggung Istriku, yang membahas suami yang memiliki fetis akan tahi lalat istrinya. Dan ketika tahi lalat itu menghilang, gairah pasangan ini meredup cepat.

Orang stres kembali dibahas ketika penulis menjabarkan kisah Wanita Berwajah Penyok yang mengalami disabilitas sejak lahir, diduga akibat ia merupakan hasil janin yang gagal diaborsi. Kehidupannya terkurung di ruang sempit dekat kuburan. Temannya hanya bulan, matahari, dan pantulan wajahnya di genangan air. Lalu kisah Pada Sebuah Gang Buntu, penulis membahas kehidupan suami yang kedapatan jajan di tempat prostitusi saat istrinya baru saja melahirkan anak kedua. Keanyeban hubungan mereka dimulai sejak kehamilan itu. Menurut pengakuan si suami, kebutuhan rohaninya tidak terpenuhi maksimal.

Dan cerita pamungkas di buku ini berjudul Buroq. Mengisahkan seorang pemuda yang berprofesi sebagai tukang tato yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW sedang mengendarai buroq. Walau kisahnya dibuat selang -seling dengan seorang bocah yang juga memimpikan Nabi Muhammad SAW. Pada ujung ceritanya, kita akan sepakat kebulatan soal latar belakang si pemuda tersebut.



Kesan Membaca Buku Ini?

Oya, halaman di dalam buku ini memiliki rona warna senja yang unik, yang bikin buku ini berbeda dari buku yang lain. Dan kesan setelah menuntaskan keempat belas ceritanya, saya sangat puas, terhibur, tercerahkan, dan lumayan mendapatkan pengalaman kegetiran hidup dari tokoh-tokoh yang dirancang Ratih Kumala.

Jika saya harus menilai, buku ini saya kasih 3 bintang dari 5 bintang. 

Demikian ulasan saya, terakhir, selamat membaca buku!

2 komentar:

  1. aku baca ini malah serem banget pas bagian kutukan dari dukun beranak, asli bikin merinding. Ratih Kumala nih pinter nulis dan bikin pembaca masuk ke suasana yang dibangun dalam alur ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, beberapa cerita memang lumayan menyeramkan dan penulis memang berhasil membawakan cerita-ceritanya kepada pembaca dengan gaya bercerita yang detail, runut, sederhana, dan sederhana

      Hapus