[Resensi] Seni Hidup Bersahaja - Shunmyo Masuno



Judul: Seni Hidup Bersahaja

Penulis: Shunmyo Masuno

Penerjemah: Susi Purwoko

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (GPU)

Terbit: September 2019, cetakan kedua

Tebal buku: xvi + 208 hlm.

ISBN: 9786020631967

***

    Dengan pelajaran yang jelas, praktis, dan mudah diterapkan, Shunmyo Masuno memanfaatkan kebijakan yang telah berusia berabad-abad untuk mengajari kita menyederhanakan hidup dan menemukan kebahagiaan di tengah pusaran dunia modern.

    Temukan caranya ... Bangun lima belas menit lebih dini di pagi hari dapat membuat kita merasa tidak terlalu sibuk. Menjejerkan sepatu dengan rapi setelah melepasnya dapat menertibkan pikiran kita. Mengatupkan kedua tangan dapat meredakan rasa tersakiti dan konflik. Meletakan sendok garpu setiap kali setelah menelan makanan dapat membantu kita merasa lebih bersyukur atas apa yang kita miliki. Menanam bunga dan menyaksikannya tumbuh dapat mengajari kita untuk menerima perubahan. Pergi ke luar untuk menyaksikan matahari terbenam bisa membuat setiap hari terasa seperti perayaan.

    Dengan melakukannya setiap hari, kita akan belajar menemukan kebahagiaan bukan dengan mencari pengalaman luar biasa, tetapi dengan membuat perubahan kecil dalam hidup kita serta membuka diri kita pada perasaan damai dan ketenangan batin yang baru.

***

    Dengan membaca 100 praktik harian yang disampaikan penulis dalam buku ini, cukup membuat saya terbuka dengan kebiasaan baru karena 100 praktik tersebut bukan sesuatu yang sukar dikerjakan. Sebenarnya mudah saja, asal kita ada kemauan untuk berubah. Dan hampir semua praktik yang disampaikan adalah kegiatan sehari-hari kita. Lalu yang membuatnya berbeda adalah bagaimana kita merenungkan dan bagaimana kita memaknai aktifitas tersebut.

100 praktik tadi dibagi menjadi empat bagian besar sebagai berikut; 

1) 30 cara untuk membugarkan "diri-saat-ini"

Pada bagian pertama ini, pembaca akan dikenalkan pada tahap mempersiapkan diri meliputi fisik dan pikiran. Makanya pada tahap awal ini kita akan diajak untuk mengosongkan pikiran, bernafas dengan lebih pelan-pelan, duduk meditasi, dan mencari kata-kata motivasi. Shunmyo seperti sedang membersihkan jiwa pembaca sebelum diisi oleh praktik lainnya. Ini tahap menyiapkan wadah agar menjadi bersih dulu.

2) 30 cara untuk mengilhami kepercayaan-diri dan keberanian untuk hidup

Tahap kedua ini, pendekatannya jadi lebih dalam kepada personal pembaca. Shunmyo mencoba menguatkan jiwa pembaca dari sisi jiwa dan pikiran dengan membuka pandangan kita pada keadaan yang tengah dihadapi saat ini, seperti: nikmatilah pekerjaan, mengamati perubahan, memelihara pikiran yang lentur, dan menunggu peluang yang tepat.

Shunmyo tidak mengajak kita merubah keadaan. Dia tidak menyuruh kita mengganti pekerjaan, tidak menyuruh kita mengganti aktifitas, justru dia membesarkan hati kita untuk menikmati apa yang sedang kita kerjakan dan yang kita punya. Dia hanya merubah cara kita memaknai dan menikmati semua itu.

3) 20 cara untuk meredakan kebingungan dan kecemasan

Langkah naik selanjutnya, Shunmyo menyelami pikiran pembaca yang terbentuk oleh lingkungan dan dia ingin membenarkan hal itu. Bingung dan cemas merupakan hal normal dialami manusia. Tapi akan lebih normal jika kadarnya benar. Dan Shunmyo menyoroti bagaimana memperbaiki hubungan kita dengan orang lain. Karena orang lain bagian dari lingkungan, dan lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai sumbu pemicu kebingungan dan kecemasan. 

Beberapa praktik yang disodorkan adalah melayani orang, jangan terpaku pada benar dan salah, jangan terperangkap dalam kata-kata, dan menghargai semua orang yang datang ke hadapan kita.

4) 20 cara untuk menjadikan setiap hari adalah hari yang terbaik

Tahap terakhir ini merupakan sentuhan pamungkas dimana kita diminta untuk menikmati setiap hari yang kita lalui. Karena ukuran paling pendek untuk merasakah kehidupan hanya diukur dalam satu hari. Makanya penting sekali untuk memiliki hari yang baik. Shunmyo menyarankan kepada kita untuk: bersyukur setiap hari meski hari paling biasa, menjadi positif, mengamati perubahan musim, dan membuat persiapan.

Obat untuk Pengembangan Diri

    Menurut saya adanya pembagian tersebut agar pembaca bisa memilih akan membaca bagian praktik mana dulu, yang pada saat ini paling dibutuhkan si pembaca. Sehingga pembaca tidak harus membaca berurutan dari 1 sampai 100 praktik itu. Ibaratnya kita sedang sakit, yang pertama dilakukan adalah menganalisa sakit apa, sehingga kita bisa menentukan obat apa yang perlu diminum.

    Selain itu, setiap praktik dinarasikan dengan singkat. Shunmyo bukan orang yang bertele-tele sehingga penjelasannya ringkas dan spesifik.

    Tujuan dari buku ini adalah mengembangkan karakter seseorang menjadi lebih sederhana, lebih tertib, dan lebih bahagia, dengan cara-cara yang sederhana sejalan dengan ajaran Zen

***

Catatan:

  • Mendapatkan banyak barang bukanlah kebebasan. Yang penting adalah mendapatkan pola pikir untuk menggunakan benda-benda dengan bebas. (Hal. 29)
  • Kesederhanaan adalah soal menyingkirkan apa yang tidak bermanfaat... Pelit adalah hidup bersama benda-benda yang bernilai rendah. (Hal. 31)
  • Bekerja keraslah untuk menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan hari ini. Maka keberuntungan akan datang. (Hal. 61)
  • Pikiran yang lentur akan menerima perubahan dan tidak melekat pada masa lalu. (Hal. 95)
  • Hidup secara sadar dimulai dengan tidur dini, bangun dini. (Hal. 97)
  • Ketika bekerja keras dengan kepala, hati, dan tubuh, kita pasti tumbuh lebih kuat. (Hal. 111)
  • Persis karena dikhianati oleh harapan seperti itulah kita mengalami kesusahan. (Hal. 127)
  • Dalam soal menyampaikan niat kita yang sesungguhnya, tindakan akan bicara lebih keras daripada kata-kata. (Hal. 132)
  • ... dengan berfokus pada kebaikan orang lain, kita bisa menciptakan relasi yang indah. (Hal. 137)
  • Membangun satu relasi yang penuh makna akan lebih memperkaya dibandingkan mengumpulkan seratus koneksi yang tidak penting. (Hal. 139)
  • Tetapi komentar negatif harus dilupakan dengan cepat. (Hal. 149)
  • Ketegasan pengambilan keputusan adalah soal memiliki kemampuan untuk memercayai diri sendiri. (Hal. 155)



0 komentar:

Posting Komentar