Tampilkan postingan dengan label linda christanty. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label linda christanty. Tampilkan semua postingan

Januari 10, 2018

[Resensi] Rahasia Selma - Linda Christanty


Judul: Rahasia Selma
Penulis: Linda Christanty
Editor: Tia Setiadi
Penerbit: Basabasi
Cetakan: Pertama, Juni 2017
Tebal buku: 144 halaman
ISBN: 9786026651105
Harga: Rp35.000 (via bukabuku.com, sebelum diskon)

Membaca cerita pendek akan melahirkan tafsir cerita yang berlainan antara yang satu dengan yang lain. Ada kemudahan dan kesulitan dalam membaca cerpen. Mudah karena cerpen lebih singkat dari pada novel. Sulit karena bentuknya singkat sehingga cerita kadang dipadatkan, tidak rinci, dan banyak analogi-analogi.

Buku kumpulan cerpen Rahasia Selma merupakan buku kedua dari Linda Christanty yang saya baca setelah sebelumnya saya membaca Kuda Terbang Maria Pinto. Christanty masih unggul dalam penggunaan gaya bahasa yang sederhana dan renyah seperti yang di buku satunya. Tema yang diangkat pada sebelas cerpennya berragam.

Tokoh anak-anak beberapa kali dimunculkan oleh Christanty pada cerpennya: Pohon Kersen, Menunggu Ibu, Rahasia Selma, dan Para Pencerita. Tokoh anak-anak dipakai sebagai sudut pandang sehingga diksi sederhana sangat pas untuk menyesuaikan pemilihan sudut pandang ini.

Unsur seksualitas pun terasa kental di buku ini: Pohon Kersen, Kupu-Kupu Merah Jambu, Mercusuar, Jazirah di Utara, dan Babe. Seksualitas yang dimaksud lebih ke adegan seks, jenis orientasi, bahkan penyimpangan dan kejahatan seksualitas. Tema LGBT bahkan muncul di dua cerpen mewakili tema gay dan lesbi.

Yang paling menonjol dari sebelas cerpen di buku ini adalah tema ketidakbahagiaan. Mungkin benar, ketika pembaca disuguhkan cerita yang tragis dan getir, akan lebih mudah memberikan kesan. Ikut prihatin, ikut sedih, merasa nasibnya terwakili, atau justru mencerahkan karena sedang atau pernah mengalami kejadian serupa. Reaksi pembaca ini yang menjadi tolok ukur penilaian sebuah buku.

Pohon Kersen sebagai cerpen pembuka sekaligus cerpen favorit saya. Mengisahkan tentang anak perempuan yang suka sekali memanjat pohon Kersen dan dari pohon ini ia mengamati kejadian-kejadian di sekitarnya. “Aku juga bisa mengintai dan mengetahui banyak peristiwa yang berlangsung di rumah kami dari balik daun-daun kersen yang hijau rimbun” (hal. 15). Ciri lain dari cerpen Christanty adalah tidak berpusat pada objek cerpen. Pohon Kersen di cerpen ini tidak menjadi fokus utama. Justru pembahasan melebar ke berbagai hal yang berada di sekitar tokoh utama dan objek cerita. Bagian penting dalam cerpen ini justru menyibak kasus pelecehan seksual terhadap anak kecil yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Saya terkejut membacanya karena cerita pohon Kersen melebar ke kasus besar begitu.

Cerpen Kesedihan mengangkat kisah hubungan yang rumit, yang tidak saya pahami bentuknya. Sudut pandang perempuan yang tinggal bersama pria, entah hubungan mereka suami-istri atau justru perzinahan. “Aku juga teringat ceritanya tentang hubungan kita. Kamu menyebutku keponakanmu" (hal.87). Hubungan mereka dingin, tapi tidak ingin berpisah. Lalu, si pria membawa perempuan lain yang menurut si perempuan utama sangat bertolak belakang dengan kepribadian dirinya. Walau rela, tetap si perempuan utama merasa kehilangan apa yang pernah ia miliki seutuhnya di masa lalu.

Sebagai pembaca pria, saya menyukai narasi adegan seksual pada cerpen Jazirah di Utara. Walau tidak vulgar, cukup jelas untuk dibayangkan. Sebelum kesakitan memuncak di bawah sana, matanya terbuka sekali lagi, menatap wajah lelaki itu. Begitu lembut. Begitu kanak-kanak. Dia tiba-tiba ingin memberikan seluruh dirinya sekarang juga, lalu menjelma udara agar tinggal di dalam darah dan paru-paru lelaki itu, menjaganya dari maut (hal. 115).

Sepanjang cerpen ini, selain menceritakan tentang pandangan si perempuan terhadap ayahnya yang religius, penggambaran seksualitasnya kental. Dari adegan, hingga kondisi ranjang kusut mempertegas unsur seksualitas.

Dengan membaca buku Rahasia Selma, kita akan memainkan hati dan pikiran untuk memahami kegetiran hidup yang mungkin tidak akan kita rasakan. Dan gaya menulis Christanty bisa dijadikan rujukan untuk belajar menulis yang renyah dan sederhana. Saya memberikan nilai 4/5 untuk kumpulan cerpen ini.

April 15, 2017

[Buku] Kuda Terbang Maria Pinto, Linda Christanty


Judul : Kuda Terbang Maria Pinto
Penulis : Linda Christanty
Penyunting : Cep Subhan KM
Pemeriksa aksara : Solikhin
Penata sampul & isi : Azka Maula
Penerbit : EA Books
Terbit : Februari 2017
Tebal buku : x + 156 halaman
ISBN : 9786021318492
Harga buku : Rp67.000 

Buku Kuda Terbang Maria Pinto adalah buku kumpulan cerita pendek. Berisi dua belas cerita pendek dengan ragam tema. Kesemuanya memikat dengan gaya bahasa yang renyah dan sederhana. 

Aku sebenarnya bukan yang suka buku kumpulan cerita pendek. Pengecualian untuk buku ini. Seperti keunggulan yang aku sebutkan di awal; gaya bahasa yang renyah dan sederhana, buku ini pun punya rasa cerita yang segar. Aku terkesima oleh tema yang diangkat penulis dan eksekusi cerita yang apik dipilih. Mengikuti judul-judul yang disajikan tidak membuatku kebosanan atau merasa ada ketidakutuhan pada ceritanya.

Ketidakutuhan yang aku maksud berupa kebiasaan dalam menyajikan cerita pendek yang memuat bagian-bagian cerita terbatas. Berbeda dengan novel yang punya kelengkapan cerita. Perbedaan di kumpulan cerita buku ini adalah pembaca sudah dibuat lena dengan gaya bercerita dan akhirnya memilih menikmati cerita tanpa pusing berpikir kenapa dan bagaimana atas ceritanya.

Tidak ada yang begitu mengganjal selama mencerna alur cerita. Kalau pun ada bagian yang terlalu fantasi, diabaikan dahulu dan keputusan itu tidak membuat cerita jadi cacat.

Dari kedua belas cerita pendek, aku pilih cerita paling menarik versi aku. Pertama adalah Makan Malam. Kisah seorang anak perempuan dan Ibunya yang hidup berdua. Kesibukan membuat keduanya menjadikan makan malam sebagai waktu ketika keduanya bisa bersinggungan. Selain waktu malam malam, rasanya keduanya susah bertemu. Percakapan suatu hari dengan sang ibu menyinggung sosok ayah. 

Bagi si anak sosok ayah adalah impian. Ia memang tidak pernah tahu siapa ayahnya. Ada lelaki dewasa yang pernah ia lihat di rumah tetapi itu adalah 'pekerjaan' ibunya. Pekerjaan seperti apakah yang kumaksud? Silakan baca sendiri bagian itu.

Kata ibunya, ayahnya akan datang ke rumah. Benar saja, ayahnya datang. Mereka makan malam bertiga seperti keluarga utuh. Tetapi malam itu juga si ayah kembali pergi. Si ayah datang ke rumah itu untuk minta maaf kepada si anak dan si ibu. Sebab di kota lain si ayah sudah punya kehidupan yang lain.

Penulis mengangkat korban pria yang meninggalkan keluarga. Apalagi jika sampai si pria memulai kehidupan di tempat lain. Salah satu harus dipilih. Memilih keduanya bukan solusi yang pas. Dan kegetiran hidup sebagai korban berusaha dikenalkan penulis.

Cerita kedua adalah Balada Hari Hujan. Mengetengahkan kisah seorang waria yang menjalin asmara dengan pria paruh baya. Si waria sepertinya merasa tertipu oleh si pria paruh baya atas kisah hidupnya yang mematikan istrinya dalam penjelasannya. Ia patah hati. Tapi menyadari pria tetaplah pria. Cerita ini membuka pembaca pada bentuk roman yang berbeda. Dan aku ingatkan, jangan menghakimi apa pun ceritanya. Cukup dinikmati saja.

Selain kedua belas cerita pendek, di akhir buku terdapat esai atau resensi yang dibuat oleh Cep Subhan KM atas buku ini, selaku dirinya sebagai editor juga.

Cerita dalam buku Kuda Terbang Maria Pinto memiliki latar yang beragam. Ada keluarga, perang, asmara, seks, keabnormalan, dan banyak sisi lainnya yang panjang jika dikategorikan secara mendetail. Dan bukan pekerjaanku sebab aku masih menempatkan diri sebagai pembaca bukan penganalisis.

Buku ini penting dibaca. Aku sarankan sebagai referensi jika kalian ingin belajar membuat cerita pendek. Pelajari gaya bercerita dan cara menyajikan cerita pada Linda Christanty. Kelak kalian pun akan punya karya cerita pendek yang memikat seperti cerita-cerita di buku ini.