Tampilkan postingan dengan label sayaka murata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sayaka murata. Tampilkan semua postingan

April 07, 2025

Resensi Novel Makhluk Bumi - Sayaka Murata

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Makhluk Bumi

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Pegy Permatasari

Editor: Kartika E.

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2025

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9786020681900

Tag: psikologi, pelecehan seksual, drama, jepang


Sinopsis

Waktu usianya 5 tahun, Sasamoto Natsuki mengaku dirinya penyihir sejak bertemu boneka landak yang dinamai Pyut, polisi sihir dari Planet Pohapipinpobopia. Khayalannya itu justru didukung oleh sepupunya, Yuu. Yuu merasa dirinya juga adalah alien. Natsuki dan Yuu memutuskan berpacaran dan itu jadi motivasi menyenangkan untuk kunjungan rutin tiap tahun ke rumah nenek, Rumah Akishina, di atas pegunungan. Sampai akhirnya sebuah kejadian membuat orang-orang sekitarnya memisahkan mereka.

Natsuki dewasa dinikahi Tomomi dengan konsep pernikahan aneh, tanpa sentuhan dan pengalihan dari tuntutan masyarakat. Setelah menikah, kali ini dituntut untuk memiliki anak. Natsuki merasa cocok dengan Tomomi karena cara berpikir yang sama. Tomomi juga merasa dirinya berasal dari Planet Pohapipinpobopia. 

Ide untuk kembali mengunjungi Rumah Akishina membuka wawasan baru dan liar tentang peran mereka di Bumi. Natsuki, Tomomi, dan Yuu bertualang lebih hebat dan mengerikan demi tidak terjebak sebagai makhluk bumi. Mereka yakin mereka bukan makhluk bumi.


Resensi

Saya kenal karya Sayaka Murata dari novel Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket. Novel yang mendalami sisi kejiwaan wanita dewasa dengan menggabungkan isu-isu perempuan yang umum ditemui di masyarakat. Buku kumpulan cerpen karya penulis yang judulnya Upacara Kehidupan juga sudah sempat dibaca tapi belum selesai karena temanya yang lumayan berat. Dan begitu novel ini diumumkan saya sudah mengantisipasi penerbitannya karena penasaran kali ini akan membahas isu apa lagi.


Dunia Anak Dan Kerentanannya

Dua bab pertama menceritakan tentang Natsuki dan Yuu waktu masih kecil, usia sekitar 5 tahunan. Saya sudah menduga di awal kalau pengakuan Natsuki sebagai penyihir dan pertemanannya dengan Pyut hanya khayalan saja. Saya maklum sebab anak-anak kadang punya teman khayalan dan imajinasi mereka tidak terbatas. Saya cukup terhibur dengan dunia yang diciptakan Natsuki dan Yuu tentang Planet Pohapipinpobopia. 

Sayangnya, beberapa orang tua meremehkan imajinasi anak-anak dan justru tegas menolak kebiasaan mereka. Cap anak tidak berguna dan suka ngomong sembarangan membuat mental anak tertekan. Ini kesalahan besar orang tua, harusnya mereka mencoba memahami perkembangan otak anak dan membantu menanamkan pendidikan karakter karena usia anak-anak adalah usia emas.

Kecolongan bahaya besar dicontohkan oleh orang tua Natsuki dalam novel ini. Natsuki mengalami pelecehan oleh guru lesnya: suka meraba tubuhnya, memintanya mempraktikan mengganti pembalut di depannya, dan sampai mengajarkannya cara mengulum. Natsuki sadar kalau gurunya aneh dan dia pun mengadukan itu kepada ibunya. Yang bikin saya marah karena respon ibunya begini, "Apanya yang aneh? Bukannya kau hanya dimarahi karena tidak becus?" (hal. 57). Saya kesal sekali pas baca bagian ini.

Saya jadi paham, bahaya terbesar buat anak-anak adalah memiliki orang tua yang tidak peka dan tidak mau memahami anak. Usia anak-anak begitu rentan dirusak oleh orang dewasa. Harusnya orang tua berperan sebagai tameng pelindung. Jika peran itu tidak jalan, anak-anak akan jadi korban, mental mereka dirusak dan traumanya akan dibawa sampai dewasa. Cara asuh salah bisa jadi lingkaran setan yang tidak ada putusnya untuk keturunan mereka selanjutnya.

Contoh cara asuh salah pada anak bisa kita jumpai di sekitar kita. Misalnya keputusan orang tua memberi ponsel untuk anak yang rewel, mengerdilkan usaha anak saat gagal, memberi cap jelek pada anak dan jarang mengajak anak untuk berbincang dengan alasan sibuk.


Tuntutan Orang Dewasa Yang Makin Menuntut

Dalam novel ini juga disinggung tentang ribetnya jadi orang dewasa. Awalnya ditanya mana pacarnya. Setelah sering melihat berduaan, ditanya lagi kapan mau nikah. Nikah sudah, ditanya kapan punya anak. Anak pertama udah gedean dikit, giliran ditanya kapan punya adik buat si kakak. Belum lagi ditanya soal kekayaan seperti rumahnya mana dan mobilnya apa.

Natsuki pun mengalami pertanyaan soal kapan punya anak. Untuk menjawabnya memang membingungkan karena pernikahan Natsuki dan Tomomi bisa dibilang rekayasa agar keduanya selamat melewati pertanyaan kapan menikah. Pernikahan mereka sudah disepakati tidak ada seksual, bahkan kamar mereka pun masing-masing padahal tinggal seatap. Jadi jangan harap bakal ada anak kalau mereka tidak pernah sekali pun melakukan intim.


Cerita Psikologi Yang Mengejutkan

Semakin ke belakang, cerita di novel ini makin seru walaupun tipikal cerita yang absurd. Mungkin dari ilmu psikologi ada istilah untuk orang dewasa yang masih percaya dengan kayalan waktu kecilnya. Natsuki, Tomomi, dan Yuu semakin tidak terkendali dengan hidupnya setelah mereka kembali ke rumah Akishina. Dan karena mereka merasa bukan makhluk bumi melainkan makhluk dari Planet Pohapipinpobopia, mereka mempraktikan hidup ala-ala survival. 

Hubungan dengan dunia luar diputus, untuk makan mereka mencuri dari kebun dan rumah di sekitar, tidur di tumpukan futon, beraktifitas dalam kondisi telanjang, bergerak dengan merangkak, dan mereka menyangkal soal pentingnya memenuhi hasrat seksual yang muncul. Yang lebih mengerikan, mereka menganggap kalau makhluk bumi adalah lawan. Ada kejadian mereka membunuh orang dan jasadnya mereka santap karena sedang kekurangan bahan makanan. Lebih gila lagi, ada percakapan jika persediaan daging manusia sudah habis, mereka saling menyerahkan diri untuk disantap. Untuk tahu mana yang lebih enak, mereka saling mencicipi dengan menggigit secara bergiliran.


Simpulan

Dibandingkan dengan novel Gadis Minimarket, novel ini punya cerita yang lebih suram. Sisi psikologi manusia digali lebih dalam dan liar karena membahas kenormalan manusia di masyarakat. Walau begitu, ceritanya tidak akan memberi pengaruh ke psikologi pembaca. Paling poin pelecehan seksual dengan korban anak-anak akan membuat pembaca mengumpat kesal ke pelaku. 

Sekian ulasan untuk novel Makhluk Bumi. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Mei 31, 2023

Resensi Novel Convenience Store Woman (Gadis Minimarket) - Sayaka Murata


Judul:
Convenience Store Woman (Gadis Minimarket)

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Ninuk Sulistyawati

Editor: Karina Anjani

Ilustrasi kover: Orkha

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2022, cetakan ketujuh

Tebal: 160 hlm.

ISBN: 9786020644394


Dunia menuntut Keiko untuk jadi normal, walau ia tidak tahu 'normal' itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai 'pegawai minimarket'. Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintainya selama ini..



Novel Gadis Minimarket ini menceritakan tentang perempuan bernama Keiko. Usianya sudah 36 tahun tetapi masih bekerja paruh waktu di minimarket dan dia belum menikah. 

Sudah 18 tahun dia menikmati pekerjaannya. Jiwa raga sudah menyatu dengan kehidupan minimarket.

Suatu hari dia memutuskan menampung lelaki bernama Shiraha. Shiraha adalah mantan pegawai minimarket di tempat Keiko kerja. Berkat kesepakatan berdua, keputusan tinggal sekamar dianggap menguntungkan kedua pihak. 

Karena Shiraha, Keiko harus berhenti bekerja di minimarket. keputusan paling besar dalam hidupnya karena minimarket sudah menjadi surga baginya. 

Apakah Keiko sanggup melanjutkan hidup setelah berhenti kerja?




Walau tipis tapi novel ini berbobot. Soalnya banyak hal yang dibahas dan bikin pembaca jadi tambah wawasan. 

Pertama, soal psikologi. Keiko dan Shiraha memiliki karakter yang aneh. Keiko sudah aneh sejak kecil. Saat TK, dia menyarankan ibunya untuk memasak burung yang mati. Saat SD, dia memukul dua teman lelaki yang berkelahi dengan sekop. Tujuannya agar mereka cepat berhenti berkelahi. Pernah juga Keiko menurunkan rok gurunya supaya gurunya berhenti histeris, berteriak-teriak, dan memukul-mukul meja dengan buku di depan kelas. Keiko kepikiran cara ini berkat tayangan TV.

Walau sudah dewasa pun, Keiko tetap aneh. Dia suka meniru gestur dan nada ucapan pegawai lain. Bahkan dia menganggap keponakannya seperti binatang. Yang menurutnya untuk menghentikan tangisan si bayi dapat dilakukan dengan pisau. Keiko sadar kalau dia bermasalah tapi dia tidak tahu apa masalahnya. Kadang pikiran dia bisa kita terima, tapi lebih banyaknya di luar nalar.

Sedangkan Shiraha digambarkan sebagai lelaki dewasa yang suka meremehkan, pemalas, banyak omong, suka berhutang, dan tidak bertanggung jawab. Kasarnya, Shiraha itu parasit untuk siapa pun. Gara-gara omongannya yang besar, Keiko mau-maunya membuat kesepakatan dengannya untuk tinggal sekamar.

Kedua, soal budaya masyarakat. Novel ini blak-blakan menunjukkan bagaimana masyarakat melihat dan memperlakukan orang yang secara usia sudah matang tapi belum punya pencapaian. Pencapaian yang jadi standar masyarakat seperti pekerjaan yang baik dan pernikahan. Di kehidupan nyata pun banyak orang yang memandang sebelah mata kepada orang lain yang belum mencapai standar masyarakat.

Kalau ditelaah lebih dalam, Keiko dan Shiraha belum mencapai standar masyarakat karena pilihan hidup yang mereka ambil selalu tidak tepat. Sikap dan karakter keduanya yang membuat mereka tertinggal. Bukan karena takdir ya. 


Ketiga, soal pekerjaan. Nilai seseorang ditentukan dari pekerjaannya. Beruntung bagi kita yang punya pekerjaan sebab pengangguran itu tidak berharga. Novel ini menyinggung sikap profesional yang harus dimiliki pekerja. Salah satu yang paling vocal disinggung adalah harus mematuhi peraturan pekerjaan. 

Shiraha menjadi contoh buruk sikap pekerja. Dia meremehkan pekerjaannya, menggunakan ponsel di jam kerja, suka terlambat, memakan stock makanan yang hampir kadaluarsa, dan paling parah dia menguntit pelanggan minimarket. Hasilnya, dia harus dipecat. Buruknya sifat Shiraha, pemecatannya dianggap ketidakadilan.

Keempat, soal keluarga. Saya salut dengan adik dan orang tua Keiko yang tidak lepas tangan menghadapi keanehan Keiko. Selain support, mereka juga memperhatikan kehidupannya. Ini yang mematahkan dugaan keanehan Keiko diakibatkan keluarga yang tidak harmonis. Nyatanya keluarga Keiko baik-baik saja tapi Keiko tetap aneh.

Kelima, soal mencari jati diri. Setelah Keiko berhenti kerja, hidupnya jadi kacau, tidak tentu arah sebab tidak ada panduan. Ada satu kejadian, Keiko masuk ke minimarket dan reflek dia mengerjakan pekerjaan pegawai. Momen ini jadi titik balik Keiko sadar siapa dia dan apa yang ia sukai.


Novel ini tidak punya puncak konflik yang seru. Tipikal alur cerita yang datar tapi tidak sampai bikin bosan. Alurnya campuran, sesekali mundur untuk menjelaskan latar belakang yang membuat Keiko seperti sekarang.

Dengan sudut pandang orang pertama, pembaca diajak menyelami karakter Keiko lebih dalam. Dan karena saking memahami cara dia berpikir dan bertindak, saya tidak bersimpati dengan yang dialaminya. Bukan lingkungan yang salah, bukan pola didik orang tua yang salah, tetapi memang karakternya yang keliru. Ditambah Keiko tidak berjuang keluar dari zonanya selama ini, yang akhirnya sampai dia seusia segitu pun karakternya tetap tertutup.

Gaya bahasanya enak dan mudah dipahami. Ini juga berkat penerjemahan yang bagus. Ditambah kovernya yang mencolok berwarna kuning dengan ilustrasi Keiko yang minimalis, membuat novel ini gampang menarik pembaca.


Setelah membaca novel Gadis Minimarket ini saya semakin diyakinkan untuk menjadi orang yang lebih baik. Saya ingin membentuk nilai diri lebih positif seperti ramah, bertutur dengan bahasa santun, pekerja keras, gemar menebar tindakan baik, gampang menolong, dan masih banyak lagi sikap-sikap terpuji lainnya. Sebab, jika diri kita baik, masyarakat pun akan menilai baik. Dan jadi orang baik tidak akan rugi.

Untuk pengalaman membaca kisak Keiko dan minimarketnya, saya memberikan nilai 3/5 bintang. Tetap enak diikuti dan layak direnungkan.

Nah, sekian ulasan atau resensi novel dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.