November 13, 2016

[Buku] Deep Down Inside by Pia Devina

Judul: Deep Down Inside
Penulis: Pia Devina
Desainer kover: Dyndha Hanjani P.
Penata isi: Phiy
Penerbit: Penerbit Grasindo
Terbit: Agustus 2014
Tebal: vi + 194 halaman
ISBN: 9786022516538
Harga: Rp40.000 

Novel Deep Down Inside ini bercerita mengenai perempuan 27 tahun bernama Audrey Vanissa yang mengalami patah hati oleh dua sebab. Pertama, ia tidak sangka kalau Galang, pacarnya selama dua tahun ini akan bertunangan dengan perempuan lain. Buruknya, kabar itu disampaikan oleh Faya, sahabat baik Audrey. Kedua, kenyataan Faya yang mengatakan jika selama ini dirinya mencintai Galang. Pengakuan ini membuat Audrey memikirkan ulang rasa percaya kepada sahabatnya itu.

Selama masa patah hati itu, muncul teman pria sewaktu SMA, sekaligus rekan kerja Galang, bernama Panji. Dua kali Panji mengaku suka kepada Audrey, dua kali juga ia ditolak Audrey. Pengakuan pertama saat mereka masih SMA dan pada saat itu konteks Panji hanya untuk memenuhi taruhan. Pengakuan kedua dilakukan Panji ketika ia bertemu kembali pertama kali di kantornya. Sayang sekali, waktu itu Audrey sudah berpacaran dengan Galang.

Panji yang kemudian berada di sisi Audrey selama masa menata hati untuk melepaskan Galang. Dan siapa yang bisa menebak kalau kedekatan mereka itu menghadirkan takdir baru, sekaligus membuka tabir-tabir yang selama ini tertutup.

Secara kasar menyebut, novel ini akan terkesan dipenuhi cerita yang mendayu-dayu dan sedih sebab berbicara soal patah hati. Jangan terkecoh, nyatanya novel ini punya diagram plot yang naik-turun, kadang menarik simpati dan kadang memunculkan senyum. Pengamatan saya, penulis seperti menjiwai penulisan kisah Audrey ini. Penulis membuat tikungan cerita yang tidak biasa dengan mengemas patah hati menjadi bukan kisah kelam. Dan saya paling suka adegan ketika Panji menghibur Audrey. Bagi saya, hubungan mereka pada saat itu sangat manis dan menghibur.

Ide besarnya, novel Deep Down Inside ini membahas proses penyembuhan patah hati, bukan proses meratapi patah hati. Sehingga kamu akan menemukan banyak sisi positif bagaimana menerima takdir yang tidak sesuai harapan kamu. Untuk klimaks cerita, saya tidak menemukan yang benar-benar menghantam dan membuat saya merasa ‘wow’. Semua puncak konflik ter-setting hanya di tengah ketinggian saja. Misalkan, pertemuan Galang dengan Audrey untuk menjelaskan kabar pertunangan dibuat narasi saja oleh penulis. Padahal, seharusnya kejadian itu akan seru jika diceritakan prosesnya. Perasaan hati yang hancur akan lebih mengena ke pembaca jika diceritakan dengan rinci.

Eksekusi cerita dibuat manis dengan ending cerita yang adil, meski lagi-lagi penulis menghapus bagian serunya. Misal, proses pertemuan Galang, Saskia, Deira, dan Audrey tidak dibuat rinci (hal. 185-187). Saya kehilangan adegan pembicaraan mereka dalam rangka menyelesaikan konflik. Justru bagian ini yang ingin saya pahami untuk mengetahui apa yang ada di benak keempat orang tadi. Apa yang dilakukan penulis terkesan terburu-buru mengakhiri ceritanya.

Profesi yang muncul di karakter dalam novel ini berpotensi memikat pembaca. Arsitek adalah profesi Panji dan Galang, Staff Regulatory Affairs adalah profesi Audrey. Namun, job desk mereka hanya dijelaskan sepintas sehingga dunia kerja mereka tidak cukup menempel pada karakternya. Oke, soal ini hanya selera saya, dan juga novel ini bukan novel yang mengedepankan cerita profesi.

Penulis menuturkan cerita dengan gaya bahasa yang lugas dan mengalir. Membantu sekali cara saya membaca dan dibuktikan hanya butuh waktu beberapa jam untuk menyelesaikan buku ini tanpa ada penundaan. Yang mengganggu adalah cara penulis membuat kalimat yang bertumpuk dengan menandai oleh tanda setrip (-). Contohnya, ‘Karena mungkin – tebaknya- mamanya Galang menyuruh anaknya itu pulang ke Jakarta karena rindu’ (hal. 13). Banyak sekali contoh kalimat yang demikian.

Tokoh utama novel ini adalah Audrey Vanissa, Galang Winanta, dan Panji Raihandra. Audrey Vanissa itu perempuan kuat yang bisa mengendalikan emosi buruknya untuk tidak melakukan hal bodoh pascapatah hati, bijaksana ketika ia menyadari kekeliruan kisah kakaknya dan membuat ia mendendam, dan pemikir sebab butuh waktu untuk menyadari dan mengakui apa yang ia rasakan terhadap Panji. Galang Winanta itu pria yang penurut pada orang tua meski akhirnya keputusan yang ia ambil menyakiti Audrey, tidak bisa komitmen karena setelah pernikahan ia masih membiarkan perasaannya untuk Audrey bercokol di hatinya, dan pesaing yang sombong dan suka meremehkan ketika ia dan Panji berkompetisi untuk mendapatkan Audrey dan tender. Panji Raihandra itu pria yang humoris dan konyol sehingga ia bisa membuat Audrey perlahan melupakan Galang, pekerja keras yang dibuktikan dengan usahanya untuk mendapatkan tender, dan penimbun benci terutama untuk mamanya atas masa lalu kelam yang ia harus lewati.


Kover yang memilih warna pink dan ungu sebagai latarnya menjadikan novel ini terlihat kalem, lembut, dan feminin. Kali ini saya tidak protes mengenai sisi feminin yang ditampilkan kovernya sebab tokoh yang ada di cerita adalah sosok perempuan dan penulis buku ini juga perempuan, sehingga perpaduannya sudah pas. Sedangkan siluet putih perempuan yang berpose seolah tenggelam, mewakili kondisi Audrey yang gamang sebab patah hati. Untuk judul novelnya, sampai saya menulis artikel ini belum tahu artinya apa, hehehe.

Pesan besar dari novel ini yang saya pahami adalah kita tidak boleh menghadapi hal atau kejadian buruk dengan berpikir negatif. Cara tanggap yang buruk akan melahirkan keburukan lainnya. Akhir yang akan dituai hanya penyesalan. Sebab itu, menjadi bijaklah dengan berpikir positif, dan jika ada masalah sebaiknya diceritakan kepada orang terpercaya untuk mencari opini yang netral. Sehingga keputusan yang dibuat akan lebih steril dari emosi.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  • “Bukan waktu yang bakal nyembuhin lo. Tapi gimana lo berusaha buat nyembuhin diri lo sendiri.” [hal. 82]
  • “Cara yang ampuh untuk membalas luka hati lo adalah dengan nunjukin bahwa lo bahagia dengan hidup lo, tanpa hadirnya si berengsek yang bikin lo sakit hati...” [hal. 86]
  • “... Bukannya sebenci-bencinya gue sama seseorang, gue harus tetep menangin logika gue?...” [hal. 97]
  • “Bukannya cewek emang memprioritaskan perasaan dibandingkan logika?” [hal. 111]

Typo:
  • Membuayarkan = Membuyarkan [hal. 44]
  • Sibuk-sibut = Sibuk-sibuk [hal. 165]
  • Daritadi = Dari tadi [hal. 174]

November 09, 2016

Wishful Wednesday: Rumah Kertas


Selamat Hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Seperti biasa, setiap hari Rabu saya akan memberi bocoran buku apa yang sedang memikat saya serta alasannya. Buku-buku yang saya sebutkan di program wishful wednesday ini kebanyakan buku yang pada minggu itu sedang ramai diperbincangkan, bahkan di-review oleh banyak blogger buku. Sebagai orang yang mudah dipengaruhi, saya ikut penasaran juga.

Buku apakah yang saya taksir minggu ini?

Rumah Kertas karya Carlos Maria Dominguez


Seorang profesor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, tewas ditabrak mobil saat sedang membaca buku. Rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim dengan cap pos Uruguay. Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya (dan membawa pembaca) memasuki semesta para pecinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya!

Katanya, buku ini membahas dunia buku dan orang-orang yang mencintai buku. Ada juga sisi perjalanan yang mengantarkan tokoh utama kepada tokoh-tokoh unik lainnya. Sehingga buku ini sangat memikat saya ingin segera punya.

Bagi kalian yang mau ikutan membuat postingan wishful wednesday seperti ini, silakan cek ke Perpuskecil untuk melihat aturan mainnya.

November 07, 2016

[Buku] Seriously, I'm In Love by Armadi S. Pambudi

Judul: Seriously, I’m In Love
Penulis: Armadi S. Pambudi
Penyunting: Rahmatika Sari
Proofreader: Ratri P. Ayu
Desain sampul: Ryan W. Januardi
Tata letak: Ukhti Winar
Penerbit: Penerbit Ratisa Media
Cetakan: Pertama, November 2015
Tebal buku: vi + 194 halaman
ISBN: 9786021087848
Harga: Rp40.000

Saya beli buku Seriously, I’m In Love ini karena berharap menemukan cerita seru hasil karya penulis pria. Sampai saat ini, saya masih menaruh ekspektasi tinggi untuk cerita yang lebih berbeda jika ditulis oleh penulis pria. Tetapi, harapan itu tidak terjawab di buku ini.

Seriously, I’m In Love bercerita tentang gadis bernama Riana Mentari yang berumur 16 tahun. Ia tinggal di Kota Jakarta bersama ayahnya, ibu tiri, dan saudari tiri bernama Rasya. Hubungan Riana dengan keluarga tiri tidak terlalu baik, terutama hubungannya dengan Rasya. Tidak dijelaskan kenapa hubungan Riana dan Rasya buruk. Saya menduga karena hubungan tiri itu. 10 tahun di Jakarta membuat Riana ingin pergi ke Solo. Di awal, ayahnya menolak keinginan Riana. Lama kelamaan, ijin itu pun turun. Selain ingin menenangkan diri, Riana juga ingin berkunjung ke makam ibunya dan tentu saja misi kecilnya mencari anak laki-laki yang ia temui sewaktu masih kanak-kanak bernama Tio.

Di Solo ia berjumpa dengan Anandha Ardhi Pambudi, biasa dipanggil Pampam. Pemuda inilah yang menjemputnya di stasiun . Cerita bergulir manis khas anak SMA dan akan membuat kamu bernostalgia dengan kemeriahan abege.

Saya kira tema keluarga akan terasa kental di novel ini, namun yang terjadi justru sisi romance yang lebih pekat memenuhi hampir seluruh buku. Keluarga tiri yang tidak akur memancing konflik yang menarik seandainya digarap penulis. Seperti ada kegalauan membawa arah cerita, akhirnya penulis mengisi konflik dengan hubungan percintaan dan persahabatan yang dialami tokoh-tokoh usia SMA ini. Bagaimana penulis mengemas premis ‘cinta sebaiknya diungkapkan dengan jujur’ memang menarik perhatian. Dengan membuat banyak tikungan cerita, ending kisah yang sebenarnya mudah ditebak pun menjadi yang ditunggu. Hubungan Riana dan Pampam sudah jelas memberi kode akan berakhir dimana, ketika mereka bertemu pertama kali. Penulis dengan berani membuat tokoh Pampam mengalami banyak kebodohan dan kesalahan dengan menerima kisah cinta yang lain sehingga ending cerita menjadi tidak mudah berakhir.

Selain sisi romance, kita akan menemukan bagian positif dari persahabatan Riana dengan Cantya, Sari, dan Riris. Persahabatan yang digambarkan penulis memang kerap ditemukan di lingkungan SMA. Mendukung ketika salah satu mengejar sesuatu, mengingatkan ketika salah satu ragu, dan menjadi andalan ketika salah satu butuh sandaran.

Yang mengganggu di novel ini terletak pada gaya bercerita penulis yang menggunakan POV pertama dari sisi Riana dan Pampam. Kebanyakan narasi dibuat seperti tulisan curhatan seseorang. Banyak kalimat yang strukturnya tidak nyaman dibaca. Paling parah di novel ini, ditemukannya banyak typo. Banyak sekali jumlah typo-nya sampai saya bingung untuk menandai. Selain typo penulisan kata, kesalahan penggunaan tanda baca pun berserakan. Saya gemas sekali ingin memperbaiki penulisan novel ini karena ceritanya memang sudah menarik. Dan tentu saja ini jadi pekerjaan rumah penyunting penerbit Ratisa Media.

Menilai kovernya, pemilihan warna biru telur asin dan gambar gadis memakai jaket bertudung sudah sangat pas. Satu bagian yang harus diperbaiki, gambar bayangan bunga-bunga sebaiknya dihilangkan. Bagian tadi mengesankan feminim sedangkan penulis novel ini adalah penulis pria. Ah, ini soal selera saja, saya lebih menyukai kover buku yang unisex, yang aman dibawa oleh pembaca pria juga.

Ada juga selipan menarik mengenai perbedaan tari dan Sendratari.
“... kalo tari itu kita hanya main olah tubuh. Nah, meski sama-sama ada pesan yang disampaikan, tapi yang ditonjolkan adalah pengemasannya, bagaimana seni olah tubuh itu tampak menarik dan tak membosankan. Kalo Sendratari itu menggabungkan seni tari dengan seni treatrikal, jadi yang lebih ditonjolkan adalah isi ceritanya dengan kemasan yang tak kalah menarik juga....” [hal. 122]
Seriously, I’m In Love mengajarkan kita untuk selalu jujur mengungkapkan perasaan. Jangan memundurkan kesempatan. Bukan tidak mungkin, dengan mengelak sekali, sekali itu juga kita akan menyakiti yang lain. Percayalah kejujuran sebenarnya selalu membawa pada banyak kebaikan.

Rating dari saya: 2/5


Catatan:
  • Sahabat memang harus saling mendukung, meski itu sakit sekali pun. [hal. 34]
  • “Intinya, kalau kamu punya masalah utarakan saja, jangan terus dipendam sendiri. Kamu gak hidup seorang diri. Bagaimana orang lain bisa mengerti dirimu jika kamu tidak berusaha menunjukkannya? Belajarlah untuk saling mengerti dan mengungkapkan sesuatu.” [hal. 67]
  • “Tidak semua hal di dunia ini bisa kita mengerti, Riana.” [hal. 71]
  • Mengawali sesuatu yang baru itu bukanlah perkara mudah. [hal. 83]
  • “Riana, kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana. Kamu tak perlu khawatir, sedih, atau pun takut. Percayalah, jika cintamu itu tulus, maka akan indah pada waktunya.” [hal. 125]

November 06, 2016

[Buku] Holy Mother by Akiyoshi Rikako

Judul: Holy Mother
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Arumdyah Tyasayu
Proofreader: Titish A. K.
Design Cover: Pola
Penerbit: Penerbit Haru
Cetakan: Pertama, Agustus 2016
Tebal buku: 284 halaman
ISBN: 9786027742963
Harga: Rp69.000 

Saya beli novel Holy Mother ini karena pengaruh booktube MaggieChen. Reaksi dia sangat heboh sampai melempar-lempar dua buku Akiyoshi Rikako sebelumnya; Girl in The Dark & The Dead Return. Karena tipe orang yang mudah dipengaruhi, saya segera berburu buku ini.

Buku Holy Mother bercerita mengenai pengorbanan seorang Ibu demi anaknya. Ia rela melakukan apa pun agar anaknya bahagia dan aman.  Cerita diawali dengan berita penemuan mayat anak laki-laki di pinggiran Sungai Aiide, dalam kondisi telanjang dan kelamin yang terpotong. Pembunuh dengan cerdas menghapus semua petunjuk. Sakaguchi dan Tanizaki, dua detektif yang ikut mengusust kasus ini bingung mengkerucutkan temuannya kepada tersangka. Belum kelar penyelidikan, korban kedua ditemukan di kompleks rumah sakit yang direnovasi. Para detektif dibuat geram. Dugaan tersangka yang tadinya mengarah kepada ayah dari korban pertama, dengan ditemukannya korban kedua, dugaan tadi patah.

Buku Holy Mother masuk kategori buku thriller. Adegan pembunuhan dan misteri memang kental di buku ini. Dua jempol saya kasih untuk penulis yang mengemas dua hal tadi dengan apik dan tidak terbaca. Saya sepakat dengan pembaca yang lain, jika misteri sebenarnya di novel ini hanya bisa dijawab di bab terakhir. Bukan soal pembunuhnya. Di awal buku, penulis sudah menunjuk siapa pembunuhnya. Yang kemudian akan kamu ikuti dalam buku ini soal bagaimana pembunuhan itu dilakukan dan apa motifnya.

Ada bagian yang menghangatkan hati pas baca buku ini. Honami adalah seorang ibu beranak satu. Penulis menceritakan secara detail mengenai kesulitan Honami untuk mendapatkan anak. Banyak program kehamilan yang diikuti demi tujuan itu dan hasilnya selalu gagal. Proses yang sakit dan menekan batin dilalui Honami dengan sabar. Pada akhirnya Tuhan memberikan anak padanya, ia pun bertekad akan menjaga anaknya tetap bahagia dan aman. Membaca bagian ini, kita sepatutnya menghormati ibu dengan segenap jiwa. 

Seorang ibu yang melindungi anaknya akan mengerahkan seluruh kekuatannya (hal. 18).

Makoto, siswa SMA yang jago kendo dan cerdas di bidang biologi, mempunyai porsi cerita yang banyak di buku ini. Sosok misterius yang akan membuat kamu bergidik sebab ada yang salah dengan psikologinya. Kamu pun akan dikejutkan dengan kenyataan masa lalu yang membuat Makoto menjadi monster. Kecerdasan yang ia miliki digunakan untuk memuluskan menuntaskan hasrat hati. 

Ketenangan yang ia cari usai melakukan ‘itu’, ternyata hanya sementara. Dalam rentang waktu yang tidak lama, hasrat itu muncul menuntut dituntaskan kembali. Pada awalnya saya menduga Makoto ini seorang psikopat, tapi ternyata bukan. Makoto hanya gadis yang trauma oleh masa lalu yang kelam. Memulai hidup dengan suasana baru tidak cukup menghapus bayangan kejadian dahulu.

Rincian pembunuhan yang diceritakan dalam novel ini belum membuat saya merasa muak. Tidak ditemukan pembunuhan yang membuat mual, berdarah-darah atau kesadisan lainnya. Kamu pernah nonton film The Wrong Turn? Pembunuhan sadis semacam di film itu yang membuat saya benci darah dan luka-luka. Oleh karena itu, Holy Mother belum mengesankan saya.

Berkaitan dengan gaya bercerita, Holy Mother tergolong lambat. Sebabnya, banyak flash back cerita yang diungkap, membuat progres cerita serasa tersendat-sendat. Dan jujur saja, begitu mencapai bab terakhir yang menjadi kunci cerita, rasanya saya harus kembali ke awal untuk membuktikan pada kejutan tadi. Karena permainan sudut pandang yang digunakan penulis sangat berhasil mengecoh saya dalam mengenali tokoh-tokoh yang muncul, terutama mengenali Honami dan Makoto.

Pemilihan kover oleh penerbit Haru terbilang tepat. Backround hitam mewakili kesan seram yang diungkap di cerita. Bagian yang lebih menyeramkan terletak pada gambar mata wanita yang memeluk anak perempuan, begitu tajam, dingin, dan mengintimidasi.

Terlepas dari kesan yang kurang mengena versinya saya, buku Holy Mother ini masih tepat direkomendasikan kepada kamu yang menyukai cerita thriller.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  • Menurut pendapat saya, lebih baik kita memeluk perbedaan itu dan saling melengkapi. [hal. 68]
  • Pemerkosaan membunuh jiwa. [hal. 78]

Typo:

  • Berusa = Berusia [hal. 138]

November 02, 2016

Wishful Wednesday: Pembaruan Dongeng Perempuan Bertudung Merah

Selamat Hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Ketemu lagi di posting-an yang sedang saya usahakan untuk rutin saya buat. Alasannya, saya menyukai harapan. Apalagi jika harapan tersebut menjadi nyata. Rasa senangnya seperti membuncah di dada. :)

Ada yang pernah dengar kisah Perempuan Bertudung Merah? Ini sebenarnya dongeng klasik Prancis yang diciptakan oleh Charles Perrault. Saya akan sedikit mendongeng dan semoga ini mengingatkan kisahnya.

Nama perempuan itu si Tudung Merah karena ia selalu memakai jubah bertudung yang warnanya merah. Suatu hari ia dan anjing kecilnya hendak mengunjungi si nenek di suatu rumah dan harus melewati hutan. Ada seekor serigala yang memperhatikan si Tudung Merah dan ingin memakannya. Si Serigala mendekatinya di tengah hutan dan merayu untuk memilih bunga-bunga warna-warni yang bisa diberikan kepada si nenek.

Sementara si Tudung Merah memetik bunga, si Serigala bergegas mendahului ke rumah si nenek. Ia kemudian memakan si nenek. Belum puas dengan tujuannya memakan si Tudung Merah, si serigala berpura-pura menjadi si nenek dengan mengenakan pakaian lengkap. Ia duduk di kursi goyang sambil berpura-pura merajut.


Begitu tiba di rumah si nenek, si Tudung Merah merasa ada keanehan pada si nenek.


"Telinga Nenek besar sekali?" tanya si Tudung Merah.


"Iya. Agar saya bisa mendengar kedatanganmu sejak dari jauh," jawab si Nenek palsu.


"Mata Nenek besar sekali?"


"Iya, agar aku bisa melihatmu datang sejak dari jauh," jawab si Nenek palsu lagi.


Tanpa ba-bi-bu si Nenek palsu langsung menerkam si Tudung Merah dan memakannya. Kemudian seorang penebang pohon menolong si Tudung Merah dan si Nenek, mengeluarkannya dari perut si Serigala. Perut yang kosong itu diganti dengan batu. Ketika si Serigala ingin melarikan diri, ia keberatan dengan keberadaan batu tadi.


Sekian...

Bagaimana dengan dongengnya, menarik bukan? Dongeng tadi saya ambil dari Wikipedia.

Jadi, buku apa yang saya taksir minggu ini?

Scarlet karya Marissa Meyer


Judul: Scarlet
Penulis: Marissa Meyer
Penerbit: Penerbit Spring

Nenek Scarlet Benoit, Michelle Benoit, menghilang tanpa jejak. Bahkan kepolisian berhenti mencarinya dan menganggap wanita itu melarikan diri atau bunuh diri.

Marah dengan keputusan dari pihak kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang hilangnya nenek Scarlet.

Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan Michelle Benoit sampai dia harus menghilang?

Di belahan bumi lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan di seluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana?

Buku ini merupakan seri kedua dari seri The Lunar Chronicles. Penulis mengusung cerita si Tudung Merah dengan kemasan yang berbeda dan lebih segar. Tentu saja cerita Si Tudung Merah dan Scarlet tidak bisa dibandingkan. Keduanya memiliki pesan mulia dan patut diteladani. Jadi, saya memang ingin sekali mengikuti seri ini.

Nah, sekian wishful wednesday minggu ini. Doakan ya semoga saya berjodoh dengan buku ini dan buku-buku sebelumnya.

Untuk kalian yang tertarik membuat posting-an wishful wednesday, silakan berkunjung ke PerpusKecil untuk melihat ketentuannya.

November 01, 2016

Rekapan Buku Oktober 2016


Alhamdulillah, bulan Oktober 2016 sudah dilalui dengan sangat lancar. Momen selama bulan Oktober kemarin, yang paling berkesan sebagai blogger buku adalah saya dipercaya menjadi host blogtour dan giveaway buku The Girl On Paper karya Guillaume Musso dari Penerbit Spring. Acara menurut saya berjalan sukses. Sebab, ini merupakan pengalaman pertama, dan peserta yang ikut ada 78 peserta.

Impak menjadi host kemarin itu, membawa keberuntungan berikutnya. Saya kembali terpilih untuk menjadi host blog tour buku terbaru penulis Tere Liye, penerbit Republika. Saya juga mendapatkan konfirmasi pendaftaran host buku lain, yang mohon didoakan agar terpilih juga. Jadi, di bulan November 2016, akan menjadi bulan yang penuh kejutan dan kebahagiaan. Tidak lupa, saya juga ingin membagi kebahagian itu dengan membuat giveaway yang hadiahnya saya siapkan sendiri. Insya Allah saya akan siapkan.

Inilah buku-buku yang saya baca selama Oktober 2016:



  1. The Summer I Turned Pretty karya Jenny Han
  2. San Francisco karya Ziggy Zezsyazeoviennazabri
  3. The Girl On Paper karya Guillaume Musso
  4. Kabut Di Bulan Madu karya Zainul DK
  5. Renjana karya Anjar
  6. Kastil Es Dan Air Mancur Yang Berdansa karya Prisca Primasari
  7. Rooftoppers karya Katherine Rundell
  8. The Adventures Of Pinocchio karya Carlo Collodi
  9. Wonder Fall karya Elektra Queen

Inilah buku-buku tambahan koleksi saya selama bulan Oktober 2016:



  1. Emerald Star karya Jacqueline Wilson (beli)
  2. Autums In Paris karya Ilana Tan (beli)
  3. Bekisar Merah karya Ahmad Tohari (beli)
  4. Surga Sungsang karya Triyanto Triwikromo (beli)
  5. It Had To Be You karya Susan Elizabeth Phillips (beli)
  6. The Adventures Of Pinocchio karya Carlo Collodi (beli)
  7. Renjana karya Anjar (beli)
  8. Rooftoppers karya Katherine Rundell (beli)
  9. San Francisco karya Ziggy Zezsyazeoviennazabri (beli)
  10. Kastil Es Dan Air Mancur Yang Berdansa karya Prisca Primasari (beli)
  11. The Summer I Turned Pretty karya Jenny Han (beli)
  12. Kabut Di Bulan Madu karya Zainul DK (tawaran ulasan dari Mas Dion)
  13. Wedding Debt karya RatinatiF (hadiah giveaway)
  14. Wonder Fall karya Elektra Queen (hadiah giveaway)

Itulah buku-buku yang mengisi hari-hari saya selama di bulan Oktober 2016. Saya tetap berharap di bulan November ini saya mendapatkan banyak berkah buku sehingga bisa terus memberikan referensi buku-buku bagus dan yang paling penting saya ingin berbagi kebahagiaan juga dengan mengadakan giveaway.

Bocoran nih, saya sedang mempersiapkan giveaway yang hadiahnya saya siapkan sendiri. Semoga saja banyak peserta yang masih mau ikutan.

Jadi buku apa saja yang kalian baca dan kalian dapatkan di bulan Oktober 2016?