Tampilkan postingan dengan label pia devina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pia devina. Tampilkan semua postingan

November 13, 2016

[Buku] Deep Down Inside by Pia Devina

Judul: Deep Down Inside
Penulis: Pia Devina
Desainer kover: Dyndha Hanjani P.
Penata isi: Phiy
Penerbit: Penerbit Grasindo
Terbit: Agustus 2014
Tebal: vi + 194 halaman
ISBN: 9786022516538
Harga: Rp40.000 

Novel Deep Down Inside ini bercerita mengenai perempuan 27 tahun bernama Audrey Vanissa yang mengalami patah hati oleh dua sebab. Pertama, ia tidak sangka kalau Galang, pacarnya selama dua tahun ini akan bertunangan dengan perempuan lain. Buruknya, kabar itu disampaikan oleh Faya, sahabat baik Audrey. Kedua, kenyataan Faya yang mengatakan jika selama ini dirinya mencintai Galang. Pengakuan ini membuat Audrey memikirkan ulang rasa percaya kepada sahabatnya itu.

Selama masa patah hati itu, muncul teman pria sewaktu SMA, sekaligus rekan kerja Galang, bernama Panji. Dua kali Panji mengaku suka kepada Audrey, dua kali juga ia ditolak Audrey. Pengakuan pertama saat mereka masih SMA dan pada saat itu konteks Panji hanya untuk memenuhi taruhan. Pengakuan kedua dilakukan Panji ketika ia bertemu kembali pertama kali di kantornya. Sayang sekali, waktu itu Audrey sudah berpacaran dengan Galang.

Panji yang kemudian berada di sisi Audrey selama masa menata hati untuk melepaskan Galang. Dan siapa yang bisa menebak kalau kedekatan mereka itu menghadirkan takdir baru, sekaligus membuka tabir-tabir yang selama ini tertutup.

Secara kasar menyebut, novel ini akan terkesan dipenuhi cerita yang mendayu-dayu dan sedih sebab berbicara soal patah hati. Jangan terkecoh, nyatanya novel ini punya diagram plot yang naik-turun, kadang menarik simpati dan kadang memunculkan senyum. Pengamatan saya, penulis seperti menjiwai penulisan kisah Audrey ini. Penulis membuat tikungan cerita yang tidak biasa dengan mengemas patah hati menjadi bukan kisah kelam. Dan saya paling suka adegan ketika Panji menghibur Audrey. Bagi saya, hubungan mereka pada saat itu sangat manis dan menghibur.

Ide besarnya, novel Deep Down Inside ini membahas proses penyembuhan patah hati, bukan proses meratapi patah hati. Sehingga kamu akan menemukan banyak sisi positif bagaimana menerima takdir yang tidak sesuai harapan kamu. Untuk klimaks cerita, saya tidak menemukan yang benar-benar menghantam dan membuat saya merasa ‘wow’. Semua puncak konflik ter-setting hanya di tengah ketinggian saja. Misalkan, pertemuan Galang dengan Audrey untuk menjelaskan kabar pertunangan dibuat narasi saja oleh penulis. Padahal, seharusnya kejadian itu akan seru jika diceritakan prosesnya. Perasaan hati yang hancur akan lebih mengena ke pembaca jika diceritakan dengan rinci.

Eksekusi cerita dibuat manis dengan ending cerita yang adil, meski lagi-lagi penulis menghapus bagian serunya. Misal, proses pertemuan Galang, Saskia, Deira, dan Audrey tidak dibuat rinci (hal. 185-187). Saya kehilangan adegan pembicaraan mereka dalam rangka menyelesaikan konflik. Justru bagian ini yang ingin saya pahami untuk mengetahui apa yang ada di benak keempat orang tadi. Apa yang dilakukan penulis terkesan terburu-buru mengakhiri ceritanya.

Profesi yang muncul di karakter dalam novel ini berpotensi memikat pembaca. Arsitek adalah profesi Panji dan Galang, Staff Regulatory Affairs adalah profesi Audrey. Namun, job desk mereka hanya dijelaskan sepintas sehingga dunia kerja mereka tidak cukup menempel pada karakternya. Oke, soal ini hanya selera saya, dan juga novel ini bukan novel yang mengedepankan cerita profesi.

Penulis menuturkan cerita dengan gaya bahasa yang lugas dan mengalir. Membantu sekali cara saya membaca dan dibuktikan hanya butuh waktu beberapa jam untuk menyelesaikan buku ini tanpa ada penundaan. Yang mengganggu adalah cara penulis membuat kalimat yang bertumpuk dengan menandai oleh tanda setrip (-). Contohnya, ‘Karena mungkin – tebaknya- mamanya Galang menyuruh anaknya itu pulang ke Jakarta karena rindu’ (hal. 13). Banyak sekali contoh kalimat yang demikian.

Tokoh utama novel ini adalah Audrey Vanissa, Galang Winanta, dan Panji Raihandra. Audrey Vanissa itu perempuan kuat yang bisa mengendalikan emosi buruknya untuk tidak melakukan hal bodoh pascapatah hati, bijaksana ketika ia menyadari kekeliruan kisah kakaknya dan membuat ia mendendam, dan pemikir sebab butuh waktu untuk menyadari dan mengakui apa yang ia rasakan terhadap Panji. Galang Winanta itu pria yang penurut pada orang tua meski akhirnya keputusan yang ia ambil menyakiti Audrey, tidak bisa komitmen karena setelah pernikahan ia masih membiarkan perasaannya untuk Audrey bercokol di hatinya, dan pesaing yang sombong dan suka meremehkan ketika ia dan Panji berkompetisi untuk mendapatkan Audrey dan tender. Panji Raihandra itu pria yang humoris dan konyol sehingga ia bisa membuat Audrey perlahan melupakan Galang, pekerja keras yang dibuktikan dengan usahanya untuk mendapatkan tender, dan penimbun benci terutama untuk mamanya atas masa lalu kelam yang ia harus lewati.


Kover yang memilih warna pink dan ungu sebagai latarnya menjadikan novel ini terlihat kalem, lembut, dan feminin. Kali ini saya tidak protes mengenai sisi feminin yang ditampilkan kovernya sebab tokoh yang ada di cerita adalah sosok perempuan dan penulis buku ini juga perempuan, sehingga perpaduannya sudah pas. Sedangkan siluet putih perempuan yang berpose seolah tenggelam, mewakili kondisi Audrey yang gamang sebab patah hati. Untuk judul novelnya, sampai saya menulis artikel ini belum tahu artinya apa, hehehe.

Pesan besar dari novel ini yang saya pahami adalah kita tidak boleh menghadapi hal atau kejadian buruk dengan berpikir negatif. Cara tanggap yang buruk akan melahirkan keburukan lainnya. Akhir yang akan dituai hanya penyesalan. Sebab itu, menjadi bijaklah dengan berpikir positif, dan jika ada masalah sebaiknya diceritakan kepada orang terpercaya untuk mencari opini yang netral. Sehingga keputusan yang dibuat akan lebih steril dari emosi.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  • “Bukan waktu yang bakal nyembuhin lo. Tapi gimana lo berusaha buat nyembuhin diri lo sendiri.” [hal. 82]
  • “Cara yang ampuh untuk membalas luka hati lo adalah dengan nunjukin bahwa lo bahagia dengan hidup lo, tanpa hadirnya si berengsek yang bikin lo sakit hati...” [hal. 86]
  • “... Bukannya sebenci-bencinya gue sama seseorang, gue harus tetep menangin logika gue?...” [hal. 97]
  • “Bukannya cewek emang memprioritaskan perasaan dibandingkan logika?” [hal. 111]

Typo:
  • Membuayarkan = Membuyarkan [hal. 44]
  • Sibuk-sibut = Sibuk-sibuk [hal. 165]
  • Daritadi = Dari tadi [hal. 174]

September 29, 2016

[Resensi] Roma - Pia Devina

Jujur, novel ini tidak meninggalkan kesan yang mendalam untuk saya. Proses membaca terbilang lancar, kalau pun sempat terhenti itu karena saya mengantuk. Tapi saya mendapatkan pelajaran untuk selalu membahagiakan seorang Ibu atas perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukannya. Meskipun sebagai anak kita tidak bisa melunasi jasa Ibu.

Judul: Roma (seri A Love Story City)
Penulis: Pia Devina
Editor: Cicilia Prima
Desiner kover: Teguh
Penata isi: Putri Widia Novita
Penerbit: PT Grasindo
Terbit: Agustus 2016
Tebal buku: vi + 194 halaman
ISBN: 9786023756537
Harga: Rp55.000 

Setelah tidak bertemu hampir dua minggu karena kesibukan workshop kepenulisan, Chalinda ‘Chal’ Neomi bertemu mamanya di salah satu restoran di Bandung. Tapi mama datang tidak sendiri, ia membawa sosok pria eropa yang kemudian diketahui bernama Terenzio Lambardi. Pria ini, kata mama, akan menjadi suami ketiga mama. Kabar ini jelas menjadi badai bagi Chal. Ia masih ingat memori buruk pernikahan kedua mamanya dengan guru fisika di SMP-nya dulu. Pernikahan yang bertahan hanya tiga tahun, rusak karena suami mama melakukan KDRT.

Rencana pernikahan akan dilakukan di Roma. Itu sesuai permintaan keluarga besar Terenzio. Sedangkan syukuran kecil-kecilan akan dilakukan di Indonesia. Dan lima bulan setelah pertemuan di restoran, Chal menginjakkan kaki di kota Roma. Di bandara Fiumicino, pertama kalinya Chal bertemu Maurizio Folliero, pemuda yang menjemput. Pada hari pertama itu, Chal dan Maurizio mendengar pembicaraan dua saudara Terenzio yang mencurigakan mengenai pernikahan mamanya dan Terenzio. Chal takut sesuatu yang buruk terjadi pada mamanya. Maurizio yang pada awalnya ingin tidak peduli, akhirnya ikut membantu mencari tahu.

Berhasilkah Chal dan Maurizio mengungkap di balik maksud kedua paman Terenzio? Lalu bagaimanakah kelanjutan rencana pernikahan mamanya Chal?

*****
Saya memilih novel Roma ini karena blurb yang mengundang rasa penasaran, terutama pada bagian usaha Chal mengijinkan pernikahan mamanya untuk ketiga kali. Saya membayangkan akan saya temukan cerita yang membuat hati merasa hangat oleh konflik hubungan ibu anak, di sini diperankan Chal dan mamanya; Ermina Darra. Hasilnya, saya menemukan konflik yang saya maksud namun tidak sampai membuat saya merasakan kesan hangat tadi. Alasannya, plot yang bagus dicurangi oleh penulis dalam memaparkan setting Roma yang terlalu banyak (menurut saya).

Saya juga menyayangkan konflik percintaan Chal, yang seharusnya cinta segitiga, yang tidak tergali dengan maksimal. Karakter Ryan Watkins seharusnya diperkuat untuk menjadi saingan Maurizio dalam menaklukan hati Chal. Di buku ini, Ryan Watkins hanya muncul –kalau tidak salah- hanya dua kali. Pertama, ketika ia mengobati kaki Chal yang terkilir, yang merupakan pertemuan pertama Chal dengan Ryan. Kedua, ketika Chal pergi kembali ke BlueLeaves, kafe Ryan, untuk menghibur diri setelah berhasil mengungkapkan rasa tidak percayanya pada Terenzio dan membuat mamanya membatalkan pernikahan. Rasa persaingan itu tidak muncul dengan kuat.

Pemberian nama pada ‘hampir’ semua tokoh yang muncul di dalam cerita juga sangat mengganggu. Penulis bahkan memberikan nama pada pelayan di kafe Ryan yang muncul hanya sekali, juga pada asisten rumah tangga di rumah keluarga besar Terenzio. Pendapat saya, setiap nama tokoh yang diberikan, ada kewajiban penulis untuk menggali karakternya. Gara-gara ini saya sering terkecoh oleh nama-nama baru yang porsi kehadirannya tidak seberapa. Ditambah nama-nama Eropa yang susah saya ingat.

Lalu apa yang unggul dari novel Roma ini?

Saya suka konfliknya yang ringan. Percintaan yang digarap penulis lewat Chal dan Maurizio sangat manis. Awalnya tidak suka, kemudian suka akibat kebersamaan dan hukum mutualisme. Proses penulis mendekatkan dua karakter ini patut diacungi jempol. Apalagi saat keduanya mengelak dari perasaan aneh yang perlahan-lahan timbul.

Juga, cara penulis bercerita saya bilang mengalir. Saya tidak tersendat-sendat ketika membaca oleh kalimat-kalimat yang ambigu. Pemilihan diksi yang tepat membuat novel ini aman dilahap. Berikut penokohan yang kuat untuk karakter utamanya; Chal dan Maurizio, sudah sangat baik. Chal yang manja dan gampang panik. Maurizio yang cuek campur simpati. Perpaduan yang kemudian membuat keduanya rada alot untuk saling memahami.

Kovernya sendiri sangat memikat dalam sekali lihat. Warna merah yang dominan menjadikan Roma kelihatan menonjol, apalagi pemilihan warna putih untuk tulisan lainnya, membuat kover terlihat bersih dan kontras.

Menurut saya novel ini pas untuk pembaca yang suka dengan tema romantis berlatar kota yang romantis, salah satunya kota Roma.

Rating dari saya: 2/5



Typo:

  • Mulus-mulut = Mulus-mulus [Hal. 21]
  • Membuaku = Membuatku [Hal. 164]

Agustus 07, 2016

[EBook] Kata dalam Kotak Kaca - Pia Devina


Judul buku: Kata dalam Kotak Kaca
Penulis: Pia Devina
Desain sampul: Orkha Creative
Editor: Irna Permanasari
Terbit: Agustus 2015
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 184 halaman
ISBN: 9786020318684
Harga: Rp 45.000
Format: Ebook IJakarta
# $ #

Halo,
Saya sudah menyelesaikan Ebook novel kedua yang saya baca melalui aplikasi Ijakarta, judulnya Kata dalam Kotak Kaca karya Mbak Pia Devina. Saya mulai familiar dengan nama Pia Devina sejak terbitnya novel yang berjudul Love Lock. Love Lock sudah saya baca dan sudah saya review di blog buku yang lama. Ketika membuka Ijak dan nemu karya lain dari Pia Devina, saya langsung mencomotnya.

Kata dalam Kotak Kaca ini bercerita mengenai tokoh perempuan bernama Rinjana Adinia yang memendam perasaan suka pada Pandu, sahabatnya sejak SMP sekaligus tetangga rumah. Begitu mendengar Pandu menyukai Tiara dan hubungan mereka serius, Rinjana tidak bisa menghentikan rasa sakit di hatinya. Ia memutuskan bekerja di Thailand.

Karena kondisi jantung papa Jana yang ngedrop, Jana harus pulang ke Indonesia. Saat itu pernikahan Pandu dan Tiara sudah menghitung beberapa hari lagi. Jana bimbang mengendalikan perasaannya ketika harus bertemu Pandu lagi. Biar pun kemudian hadir mantan sewaktu kuliah, Angga, ternyata tidak merubah perasaan Jana terhadap Pandu.

Berbicara ending, saya sangat salut dengan eksekusi yang hebat dari penulisnya. Tidak ada kesan diburu-buru. Justru menjelang akhir itu, saya dibuat emosi, sedih, bahagia, simpati, pilu, sepanjang mengikuti kisah Jana.

Selain kisah cinta, saya juga menangkap sisi keluarga yang manis di keluarga Jana. Pap dan Mam Jana memberikan keleluasaan bagi Jana untuk memutuskan kehidupan Jana sendiri. Kalau pun ada hal yang perlu diingatkan, mereka menggunakan cara yang santun tanpa memaksa. Kak Dinda yang sempat gaggal dalam pernikahannya, tidak memandang pengalaman buruk itu sebagai standar untuk Jana. Ia justru mengajarkan hal sebaliknya. Memberikan pesan untuk tidak terlalu larut pada patah hati. Dan pesan paling besar yang saya tangkap, jangan takut mengungkapkan kata hati sebelum keadaan semakin kacau.

Untuk karakter yang muncul, tokoh Jana ini yang paling kuat. Terkadang menjadi perempuan ceria, terkadang menjadi perempuan nelangsa, terkadang menjadi teman yang menyenangkan. Perubahan mood tokoh Jana tidak terasa berlebihan. Menurut saya pas sesuai kondisi bagian cerita. Sedangkan untuk tokoh lainnya; Pandu, Angga, Kak Dinda, hanya sebatas membantu keutuhan cerita. Saya mengatakan begini bukan berarti peran mereka kecil. Jujur, ketiga tokoh tadi tidak secara utuh terceritakan karena keterbatasan porsi cerita. Akan sangat manis jika novel ini dibuat sekuelnya dengan ketiga tokoh tadi sebagai tokoh utama.

Sampul buku novel ini sangat sederhana. Di pandangan saya, tidak menemukan relevansi dengan isi cerita. Berbeda dengan judulnya, seperti pribahasa untuk orang yang suka memendam perasaan sehingga pengakuan itu terus berada di ujung lidah.

Yang masih malu-malu buat bilang cinta dan sayang kepada seseorang, luangkan untuk membaca novel ini dan dapatkan suntikan alasan kenapa harus segera diutarakan. Akhirnya saya memberikan rating 4 bintang dari 5 bintang.