Tampilkan postingan dengan label grasindo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label grasindo. Tampilkan semua postingan

Maret 24, 2024

Resensi Novel Dublin - Yuli Pritania

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Dublin

Penulis: Yuli Pritania

Editor: Cicilia Prima

Sampul: Teguh

Penerbit: PT Grasindo

Terbit: Agustus 2016, cetakan pertama

Tebal: 232 hlm.

ISBN: 9786023756520


Novel Dublin ini adalah bagian dari series A Love Story punya Penerbit Grasindo. Total series ini ada enam novel dengan memakai judul yang diambil dari nama kota. Dan saya sudah membaca dua novel lainnya sebelum ini; Roma (Pia Devina) dan San Francisco (Ziggi Z.)

Novel Dublin ini menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Cinta Wihelmia Baratha atau Mia yang sebentar lagi bakal menikah dengan tunangannya; Aditya, sedang galau sebab skenario film yang harus dibuatnya belum juga mendapatkan ide yang jelas. Adiknya bernama Alana menyarankan Mia agar melakukan perjalanan ke Irlandia pada momen Satu Hari Berani sebagai perayaan ulang tahun, sekaligus agar Mia mendapatkan ide menarik untuk karyanya.

Tawaran yang membingungkan karena Mia ini tipikal gadis yang terencana dan introvert. Namun pada akhirnya ia tetap berangkat ke Irlandia dan akan tinggal di sebuah hotel di Dublin sesuai rekomendasi Patrick, orang tua yang ditemuinya di pesawat.

Mia tidak menyangka jika perjalanannya kali ini mempertemukannya dengan Ragga, sahabatnya di SMA yang sempat mengusik hatinya, namun mereka keburu harus berpisah. Kisah romansa mereka mulai merekah kembali selama di Dublin. Tapi Mia tahu jika hatinya harus dijaga karena ada seseorang yang menunggunya di Indonesia dengan rencana pernikahan yang sebentar lagi digelar.

***


Ide ceritanya sungguh menarik sekali. Di awal saya sudah dibikin penasaran kira-kira keputusan apa yang akan dipilih Mia menyakut tunangannya dan cinta pertamanya. Karena tentu saja posisi Mia sudah sulit, memutuskan pertunangan itu lebih berat dilakukan ketimbang memutuskan pacaran. Terlebih karena hubungan mereka sudah terikat juga dengan keluarga masing-masing, bukan lagi soal antara pasangan Mia dan Aditya saja.

Sisi romansa di novel ini memang kental sekali tetapi tidak bikin mengernyitkan dahi. Saya suka dengan kadar romansanya, hal-hal romantis yang ada di novel ini sejalan dengan usia tokoh-tokohnya. Saya lebih suka menyebutnya Romansa Kedewasaan; romansa yang enggak melulu cinta-cintaan bucin tetapi romansanya dibarengi dengan sikap tanggung jawab, melindungi, memahami, bahkan penuh pengertian.

Rasa drama yang intens bakal dirasakan pas menjelang akhir buku ketika Alana terus-terusan meyakinkan Mia soal pernikahannya. Bahkan Mamanya pun turun tangan untuk menjernihkan pikiran Mia agar tidak keliru mengambil keputusan.


"Apa semua korban yang diselamatkan harus nikah ama pahlawannya? Kalau iya, semua penduduk Gotham City harus nikah sama Batman! Setiap personel pemadam kebakaran bakal punya seenggaknya lima istri! Jangan konyol, Mbak Mia!" (hal. 211)


Dublin sebagai kota yang dijadikan setting cerita sangat tergali dengan baik. Saya seperti sedang diajak tour sepanjang jalan di kota tersebut, yang ternyata mempunyai banyak museum. Ciri mencolok lainnya dari kota Dublin adalah adanya The Spire Dublin dan banyak patung tokoh-tokoh penting. 

Di novel ini kita akan dilimpahi banyak informasi soal apa saja yang menarik di kota Dublin dan Negara Irlandia. Dan menurut saya akan lebih baik jika informasi tersebut disisipi dengan ilustrasi. Misal, melampirkan peta jalan Kota Dublin, sebab pada saat Mia dan Ragga jalan-jalan, penulis begitu ahli menarasikan setiap rutenya. Ada momen saya kebingungan saat mereka jalan-jalan antar museum, apakah antar museum itu memang sedekat itu ya makanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Dan fungsi peta jalan ini untuk membantu saya atau pembaca lain membayangkan setiap lokasinya.

Akan menarik juga jika bangunan-bangunan penting tadi, seperti museum dan perpustakaan, dibuat ilustrasinya juga. Biar pembaca makin hafal dengan bangunan-bangunan ikonik tadi.

Di sini juga banyak kosakata yang menggunakan Bahasa Irlandia/Irish. Termasuk nama orang dan nama masakan khas sana. Saya sempet kaget karena pelafalannya rumit juga ya dan beda banget dengan tulisannya.

Untuk tokoh Mia digambarkan sebagai sosok introvert, orang yang terencana, enggak enakkan, dan kurang ekspresif. Secara keseluruhan bisa dibilang sosok yang tenang. Karakter dia ini sangat relate dengan saya, sama-sama pemalu, jarang mau memulai dalam berkomunikasi, dan lebih senang berada di lingkungan yang tenang dan sudah akrab. Kekurangan orang seperti Mia dan saya ini adalah gampang terjebak lingkungan/situasi zona nyaman. Untuk bisa menghadapi hal baru kami butuh ekstra keberanian. Bukan takut menghadapinya ya, tapi lebih ke kurang percaya diri bakal bisa mengendalikan situasi baru tadi.

Sedangkan tokoh Ragga sama tipenya seperti Mia. Yang berkembang dari karakter Ragga versi dewasa adalah dia bisa memutuskan lebih bijaksana seharusnya lelaki dewasa. Egonya lebih banyak diturunkan. Dia bisa memilih prioritas sesuai keadaan di depan mata. Makanya Ragga ini sempat mengesampingkan urusan hatinya dan memilih menstabilkan dulu kondisi keluarganya setelah Papanya meninggal.

Aditya sebagai tunangan Mia memerankan poin penting dalam jalan cerita. Tapi memang penulis kurang menggali lebih dalam soal latar belakangnya. Yang saya kenal dari Aditya ini adalah dia lelaki yang mencari pasangan penurut, berkebalikan dengan karakter ibunya. Dia juga lelaki yang tahu kapan harus berjuang dan tahu kapan harus merelakan. Tergambarkan jelas ketika dia berusaha mendapatkan Mia di awal pacaran, dan ketika dia harus membuat keputusan menahan atau melepaskan Mia saat dia mulai mengetahui perasaan masa lalu tunangannya.

Dari novel Dublin ini saya belajar kalau untuk urusan hati dan memilih pasangan jangan pernah didasari rasa kasihan. Apa yang akan kita jalani dengan pasangan itu bisa seumur hidup lho, masa mau pura-pura terus soal perasaan. Kata orang, rasa suka dan cinta itu bisa dipelajari sambil jalan. Dan menurut saya pesan tadi belum tentu cocok dengan semua orang. Saya tidak akan berjudi soal keberlangsungan hubungan dengan pasangan. Lebih baik dari awal kita memilih pasangan yang bisa kita sayangi dan cintai dengan baik, begitupun sebaliknya. Hati kita harus jujur soal pasangan.

Saya merekomendasikan novel Dublin karya Yuli Pritania ini karena cerita romansanya menarik dan dewasa. Dan dan latar Kota Dublinnya cukup bisa membawa kita tour ke sana.

Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Februari 21, 2024

Resensi Novel Festival Hujan - Nurunala


Judul:
Festival Hujan

Penulis: Nurunala

Editor: Trian Lesmana

Sampul: Withly

Penerbit: Grasindo

Terbit: Desember 2023

Tebal: 200 hlm.

ISBN: 9786020530482


Setelah dua tahun berpacaran, Tahta memutuskan hubungan dengan Rania tanpa penjelasan yang tuntas. Di tengah Rania meratapi nasibnya, kemunculan pemuda yang mengontrak ruko di depan rumahnya menjadi momen untuk move on

Tama, pemuda tadi, membuka Tokko Bukku dan berkatnya Rania mulai suka membaca novel. Tama juga pendengar yang baik, dan kedekatan mereka memunculkan harapan baru yang perlahan memupus kesedihan sebelumnya. Tetapi, selama ini hanya Rania yang lebih banyak bercerita, dan ia pun sadar tidak mengenal Tama sebaik yang seharusnya.

***

Nurunala menjadi nama penulis yang cukup berkesan buat saya setelah membaca novel sebelumnya berjudul Seribu Wajah Ayah. Mau tak mau ekspektasi itu melekat juga waktu saya membaca novel ini.

Novel ini memiliki tema percintaan yang membahas soal konflik patah hati dan proses move on. Ceritanya akan sangat relate dengan anak muda yang masih kuliah. Penulis menggambarkan fase-fase yang terjadi selama seminggu setelah putus. Dan kalau menilik apa yang dialami Rania, saran yang menyebutkan kalau mau melupakan mantan harus punya pacar baru, ada benarnya juga. 

Inti sebenarnya dari saran tadi adalah bagaimana cara kita mengalihkan pikiran dari mengingat mantan. Dan jalannya yaitu dengan melakukan banyak aktifitas agar kita tidak terjebak di momen melamun. Keberadaan sahabat di saat patah hati juga bisa sangat membantu proses move on. Kalau tidak ada yang memaksa untuk bangkit, orang yang patah hati akan lebih senang meratapi nasibnya di kamar dan tangan sahabat bisa berperan untuk itu.



Di sini juga kita akan mendapatkan konflik keluarga terutama soal perceraian orang tua dan apa efeknya bagi anak. Alasan yang bikin orang tua Rania pisah itu umum banget, tak lain soal ekonomi. Makanya di tengah masyarakat sudah bukan rahasia lagi kalau soal ekonomi jadi penyebab utama kenapa pasangan bisa memutuskan cerai. 

Yang kadang luput dari keputusan cerai adalah efek yang timbul bagi anak. Meski seorang anak kelihatan bisa menerima keputusan cerai orang tuanya, bukan berarti ia tidak terluka. Bahkan ketika sudah agak dewasaan, si anak akan mencari sendiri siapa yang salah hingga orang tuanya pisah. Karena itu, ketika melakukan perceraian, orang tua harus bisa menyampaikan dengan bijak alasan yang membuat mereka pisah agar si anak tidak membatin.

Pemilihan judul mengandung kata 'hujan' membuat kita akan menduga kalau kisah di novel ini bakal sendu banget. Dan saya setuju dengan dugaan itu, konflik di novel ini berpotensi menguras air mata. Tetapi, saya tidak mendapatkan rasa sedih itu seperti ketika membaca novel Seribu Wajah Ayah. Dugaan saya karena penulis memilih menggali emosi lebih banyak di konflik putus cinta dan bukan menggali emosi soal apa yang dirasakan orang tua ketika anaknya putus cinta. Inti cerita begini sudah banyak dipakai penulis lain jadi kita sudah hafal kalau alurnya ya soal berjuang agar bisa move on. Dan untuk pembaca itu bukan sesuatu yang mengesankan lagi.

Soal pandemi pun tidak digambarkan sebagai sesuatu yang mencekam padahal ini bisa jadi penambah kesenduan bagi Rania. Dan saya merasa kalau situasi pandemi ini hanya sisipan semata, bukan situasi yang bisa diolah terutama soal kesuntukan masyarakat menghadapi ketidakpastian dengan musibah.

Sedikit menyenangkan saya ketika unsur literasi dipakai pada ceritanya. Selain ada toko buku, penulis juga menyebutkan beberapa judul novel dan kata-kata bagus di dalamnya. Disayangkan karena penulis memilih novel yang sudah terkenal seperti novel Haruki Murakami, Dee dan Tere Liye, dan bagi saya yang sudah membacanya tidak cukup terkesan dengan yang ditemukan Tama dan Rania. 

Akan lebih menarik kalau penulis memilih novel yang tidak begitu terkenal tapi bisa dilihat sisi bagusnya sesuai penilaian Tama. Pasti akan membuat pembaca novel ini berburu novel yang disebutkan, sebagai pembuktian apa iya novelnya sebagus itu.

Untuk karakter di sini, saya tidak bisa memilih yang paling disukai. Tadinya saya mau memilih Rania dan Biah, tapi setelah membaca bagian mereka bertengkar gara-gara Tama, saya memutuskan tidak mau. Momen itu aneh sih, saya merasanya pertengkaran mereka terjadi dengan tiba-tiba dan diselesaikan dengan cepat pula. 

Karakter Tama pun yang awalnya baik sekali harus dihancurkan dengan kenyataan yang ia sembunyikan. Bahkan cara dia berpikir soal hubungannya dengan Rania, tak lain seperti bajingan karena tidak tegas dan tidak mau rugi.

Secara keseluruhan, novel Festival Hujan ini bisa jadi bacaan yang bagus pas hujan sedang turun. Dan mungkin bakal cukup mengaduk-aduk emosi untuk pembaca yang belum baca novel Seribu Wajah Ayah. 

Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Januari 05, 2017

[Buku] Hari Tak Selamanya Malam, Suryawan W. P.

Judul: Hari Tak Selamanya Malam
Penulis: Suryawan W. P.
Editor: Septi Ws
Desainer sampul: Teguh
Penata isi: Tim Desain Broccoli
Penerbit: PT Grasindo
Tebit: Juli 2016, cetakan pertama
Tebal buku: xi + 242 halaman
ISBN: 9786023755943
Harga: Rp 65.000 

Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan prilaku sehingga penderita kesulitan membedakan kenyataan dan pikiran sendiri. Belum diketahui penyebab skizofrenia secara pasti. Diduga terbentuk kombinasi faktor psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan.

Cuplikan pengetahuan mengenai Skizofrenia di atas berkaitan erat dengan isi novel Hari Tak Selamanya Malam. Kalyana sudah pacaran dengan Radite selama 2 tahun. Radite tetap menyadari ada dunia Kalyana yang tidak bisa ditembus. Kalyana tidak pernah terbuka soal ia memiliki kakak, Kartina, yang sakit jiwa atau gila. Kalyana takut Radite tidak terima dengan kenyataan itu dan akan meninggalkannya.

Tuhan, mengapa aku harus dilahirkan sebagai adik dari perempuan gila? Kenapa harus ada Kartina dalam hidupku? Seandainya saja aku bukan adik dari seorang Kartina. [hal. 38]

Lalu pada suatu hari ia memaksakan diri pulang ke Semarang sesuai permintaan ayahnya. Pulang yang tidak menyenangkan sebab di rumah itu terlalu banyak kenangan buruk menjadi adik dari kakak yang gila. Kalyana mengalami banyak hinaan dari teman-temannya sejak kecil, Kalyana juga direpotkan mengurusi kebutuhan kakaknya. Ia kerap menginginkan Kartina untuk mati saja. Alasan itu yang membuat ia menunda-nunda untuk pulang.

Pada kepulangan itu, ayahnya mengungkapkan kejujuran yang selama ini ditutupi. Sejak itulah kehidupan Kalyana bertambah suram.

Dari garis besar ceritanya di atas, sudah bisa dirasakan novel ini bernuansa kelam. Penulis mengaduk-aduk perasaan pembaca melalui kisah Kalyana yang menurut saya karakternya sudah rusak. Akhirnya ketika selesai membaca buku ini, jika ingat nama Kalyana, yang terlintas adalah kesedihan gara-gara punya kakak yang gila. Begitu melekat citra itu.

Bisa dikatakan novel ini lebih banyak bermain pada permainan psikologis.  Psikologis Kalyana jelas sangat suram. Kemudian ada psikologis orang tua Kalyana yang kok tega membiarkan Kalyana ikut mengurusi Kartina. Ini jadi pertanyaan. Kemudian ada psikologis Radite sebagai kekasih Kalyana yang terus merasakan dan bertanya-tanya  tentang sesuatu yang disembunyikan Kalyana itu apa. Cerita makin luas dan muncul karakter baru seperti dokter Saka dan Delano. Hadir juga psikologis dokter Saka yang merasa aneh untuk kehadiran Kalyana yang tiba-tiba, setelah 5 tahun Kartina dirawat di rumah sakit jiwa. Ada juga psikologis Delano, pasien rumah sakit jiwa yang bersinggungan dengan kehadiran Kalyana.

Selain konflik keluarga, muncul efek lainnya yaitu konflik asmara. Kalyana terus-terusan ragu untuk mengatakan kejujuran soal Kartina yang gila. Ia sadar betul keluarga Radite bakal susah menerima kondisinya. Dan kehadiran dokter Saka dan Delano, cerita asmara di novel ini makin seru. Menariknya, cerita asmara Kalyana itu mengalami tarik ulur. Satu waktu Radite meninggalkannya, lain waktu datang lagi ingin memperjuangkan, lain waktu lagi giliran Kalyana yang ragu setelah ditelepon mamanya Radite, dan terus saja ada kejutan-kejutan lain. Untuk menebak siapayang dipilih Kalyana, lebih baik segera baca bukunya.

Saya juga sependapat dengan yang diungkapkan Guntur Alam jika Suryawan berhasil menghidupkan sosok Kalyana menjadi manusiawi. Kadang dia marah, kadang dia senang, kadang dia geram, kadang dia pesimis, semua yang diceritakan tepat dengan keadaan Kalyana yang berubah-ubah.

Ada yang justru lebih menarik disoroti pada novel ini ialah latar tempat. Penulis memberikan rasa lokal yang kental untuk menjadi panggung cerita. Beberapa lokasi menarik dibawa ke cerita dan itu sukses membuat saya ingin piknik ke sana. Misalnya Curug Silawe dan Pantai Goa Cemara.


Selain itu novel ini juga membahas sejarah beberapa tempat. Misalnya, pendirian Mercusuar Anyer dan asal mula kata Magelang. Sehingga novel ini jadi informatif.


Novel Hari Tak Selamanya Malam diceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama - ‘Aku’. Pilihan yang menjadikan pembaca disulap menjadi sosok Kalyana. Dan bersiaplah untuk ikut merasakan kesuraman, rasa marah, rasa senang dan jenis rasa lainnya. Saya hanya menyarankan untuk segera mencari hal menyenangkan setelah selesai membaca novel ini. Nuansa muramnya lekat diingat.

Kemudian untuk karakter yang paling menonjol tentu saja Kalyana. Gadis 24 tahun yang rusak hatinya dan psikologisnya oleh masa lalu. Dan itu membentuk Kalyana jadi sosok yang suka berubah-ubah sifatnya. Bisa gampang sensitif, bisa gampang menangis, bisa jadi konyol ketika senang. Baik Radite dan dokter Saka, mereka pria yang baik. Radite yang sempat meninggalkan Kalyana bukan karena ia pecundang. Dia hanya kaget dengan kejujuran Kalyana. Sedangkan dokter Saka itu pria yang lembut, pembawaannya bijak dan mengayomi. Penulis juga membuka bagian alasan kenapa Saka bisa menjadi dokter dan bekerja di rumah sakit jiwa. Berkaitan juga dengan masa lalu lho.

Menyelesaikan membaca novel Hari Tak Selamanya Malam, saya mendapatkan banyak pelajaran. Pertama, pentingnya memaafkan sepahit-pahitnya masa lalu untuk bisa bahagia di masa depan. Kalyana menjadi contoh manusia yang pilu dan menyedihkan akibat menyangkal dan menghindari masa lalu. Kedua, jangan pernah berprasangka terhadap sesuatu yang belum terjadi. Kalyana tidak pernah berani mengambl langkah pertama untuk memeluk masa lalu. Namun saat ia bisa melakukannya, bayangan buruk yang ada di benaknya tidak pernah terjadi.


Pelajaran ketiga, tidak ada kebohongan yang bisa menyelsaikan masalah. Hubungan Kalyana dan Radite menjadi cermin pertaruhan dengan dasar kebohongan itu. Keempat, ibu tetaplah seorang ibu, seburuk apa pun beliau. Adegan mengharukan ketika Kalyana untuk pertama kalinya melihat ibunya dengan tatapan dan perasaan berbeda. Rasa yang ditimbulkan ternyata sangat dasyat.

Selain typo yang saya tulis di bawah, cara penulis berpindah-pindah antara masa kini dan masa lalu terlalu samar. Sehingga saya merasa pada beberapa bagian sering tersendat membaca untuk memastikan si Aku ini sedang bercerita masa kini atau masa lalu. Lebih elok jika memang ada pemisahan saja, entah dengan tiga bintang (***) atau pindah bab untuk memisahkan masa lalu dan masa kini.

Jadi, kalau kamu ingin membaca novel yang berat konfliknya dan suram, Hari Tak Selamanya Malam saya sodorkan. Dan novel ini juga pas untuk kamu yang mau tau dunia di sekitar keberadaan orang gila. Karena kadang kita luput memahami ada orang-orang waras di sekitar orang gila yang punya kisahnya sendiri-sendiri.

Rating Hari Tak Selamanya Malam dari saya: 3,5/5


Catatan:
Terkadang pertanyaan itu hanya perlu untuk dijawab sekenanya karena seseorang tidak begitu peduli dengan isi jawabannya. [hal. 7]
Bagaimana mungkin aku bisa membuat pacarku nyaman kalau aku tidak nyaman dengan diriku sendiri? Bagaimana mungkin aku bisa membuat pacarku bahagia kalau aku tidak bahagia dengan keadaanku sendiri? [hal. 11]
Ada hal-hal yang sebenarnya lebih menyenangkan untuk dikerjakan atau dibagi bersama seseorang. [hal. 11]
Sayangnya waktu sering menjadi terasa singkat saat kita dalam keadaan bahagia, dan berjalan amat lambat saat hati sedang nelangsa. [hal. 45]
Terkadang seseorang perlu waktu bukan untuk memantapkan diri agar tetap tinggal, tapi meyakinkan diri untuk benar-benar pergi. [hal. 156]
Kita lebih sering iba melhat kucing atau anjing yang kelaparan di jalan daripada melihat orang gila yang jelas-jelas manusia sama seperti kita. [hal. 216]

Typo
Terlau = terlalu [hal. 77]
Memberlambat = memperlambat [hal. 116]
Radite tampak tralis dengan keadaan ini = saya bingung maksudnya apa [hal. 154]
Saah = salah [hal. 222]

*******
[Oya, resensi ini belum mencakup cerita setengah bukunya. Sebab ada poin penting yang saya sama sekali tidak sentuh karena akan jadi spolier. Dijamin bikin kalian geleng-geleng kepala tidak percaya. Kalian temukan sendiri di bukunya ya]

gambar Curug Silawe : https://tempatwisataindonesia.id/curug-silawe/
gambar Mercusuar Anyer: http://jelajahin.com/tempat-wisata-di-anyer/

November 13, 2016

[Buku] Deep Down Inside by Pia Devina

Judul: Deep Down Inside
Penulis: Pia Devina
Desainer kover: Dyndha Hanjani P.
Penata isi: Phiy
Penerbit: Penerbit Grasindo
Terbit: Agustus 2014
Tebal: vi + 194 halaman
ISBN: 9786022516538
Harga: Rp40.000 

Novel Deep Down Inside ini bercerita mengenai perempuan 27 tahun bernama Audrey Vanissa yang mengalami patah hati oleh dua sebab. Pertama, ia tidak sangka kalau Galang, pacarnya selama dua tahun ini akan bertunangan dengan perempuan lain. Buruknya, kabar itu disampaikan oleh Faya, sahabat baik Audrey. Kedua, kenyataan Faya yang mengatakan jika selama ini dirinya mencintai Galang. Pengakuan ini membuat Audrey memikirkan ulang rasa percaya kepada sahabatnya itu.

Selama masa patah hati itu, muncul teman pria sewaktu SMA, sekaligus rekan kerja Galang, bernama Panji. Dua kali Panji mengaku suka kepada Audrey, dua kali juga ia ditolak Audrey. Pengakuan pertama saat mereka masih SMA dan pada saat itu konteks Panji hanya untuk memenuhi taruhan. Pengakuan kedua dilakukan Panji ketika ia bertemu kembali pertama kali di kantornya. Sayang sekali, waktu itu Audrey sudah berpacaran dengan Galang.

Panji yang kemudian berada di sisi Audrey selama masa menata hati untuk melepaskan Galang. Dan siapa yang bisa menebak kalau kedekatan mereka itu menghadirkan takdir baru, sekaligus membuka tabir-tabir yang selama ini tertutup.

Secara kasar menyebut, novel ini akan terkesan dipenuhi cerita yang mendayu-dayu dan sedih sebab berbicara soal patah hati. Jangan terkecoh, nyatanya novel ini punya diagram plot yang naik-turun, kadang menarik simpati dan kadang memunculkan senyum. Pengamatan saya, penulis seperti menjiwai penulisan kisah Audrey ini. Penulis membuat tikungan cerita yang tidak biasa dengan mengemas patah hati menjadi bukan kisah kelam. Dan saya paling suka adegan ketika Panji menghibur Audrey. Bagi saya, hubungan mereka pada saat itu sangat manis dan menghibur.

Ide besarnya, novel Deep Down Inside ini membahas proses penyembuhan patah hati, bukan proses meratapi patah hati. Sehingga kamu akan menemukan banyak sisi positif bagaimana menerima takdir yang tidak sesuai harapan kamu. Untuk klimaks cerita, saya tidak menemukan yang benar-benar menghantam dan membuat saya merasa ‘wow’. Semua puncak konflik ter-setting hanya di tengah ketinggian saja. Misalkan, pertemuan Galang dengan Audrey untuk menjelaskan kabar pertunangan dibuat narasi saja oleh penulis. Padahal, seharusnya kejadian itu akan seru jika diceritakan prosesnya. Perasaan hati yang hancur akan lebih mengena ke pembaca jika diceritakan dengan rinci.

Eksekusi cerita dibuat manis dengan ending cerita yang adil, meski lagi-lagi penulis menghapus bagian serunya. Misal, proses pertemuan Galang, Saskia, Deira, dan Audrey tidak dibuat rinci (hal. 185-187). Saya kehilangan adegan pembicaraan mereka dalam rangka menyelesaikan konflik. Justru bagian ini yang ingin saya pahami untuk mengetahui apa yang ada di benak keempat orang tadi. Apa yang dilakukan penulis terkesan terburu-buru mengakhiri ceritanya.

Profesi yang muncul di karakter dalam novel ini berpotensi memikat pembaca. Arsitek adalah profesi Panji dan Galang, Staff Regulatory Affairs adalah profesi Audrey. Namun, job desk mereka hanya dijelaskan sepintas sehingga dunia kerja mereka tidak cukup menempel pada karakternya. Oke, soal ini hanya selera saya, dan juga novel ini bukan novel yang mengedepankan cerita profesi.

Penulis menuturkan cerita dengan gaya bahasa yang lugas dan mengalir. Membantu sekali cara saya membaca dan dibuktikan hanya butuh waktu beberapa jam untuk menyelesaikan buku ini tanpa ada penundaan. Yang mengganggu adalah cara penulis membuat kalimat yang bertumpuk dengan menandai oleh tanda setrip (-). Contohnya, ‘Karena mungkin – tebaknya- mamanya Galang menyuruh anaknya itu pulang ke Jakarta karena rindu’ (hal. 13). Banyak sekali contoh kalimat yang demikian.

Tokoh utama novel ini adalah Audrey Vanissa, Galang Winanta, dan Panji Raihandra. Audrey Vanissa itu perempuan kuat yang bisa mengendalikan emosi buruknya untuk tidak melakukan hal bodoh pascapatah hati, bijaksana ketika ia menyadari kekeliruan kisah kakaknya dan membuat ia mendendam, dan pemikir sebab butuh waktu untuk menyadari dan mengakui apa yang ia rasakan terhadap Panji. Galang Winanta itu pria yang penurut pada orang tua meski akhirnya keputusan yang ia ambil menyakiti Audrey, tidak bisa komitmen karena setelah pernikahan ia masih membiarkan perasaannya untuk Audrey bercokol di hatinya, dan pesaing yang sombong dan suka meremehkan ketika ia dan Panji berkompetisi untuk mendapatkan Audrey dan tender. Panji Raihandra itu pria yang humoris dan konyol sehingga ia bisa membuat Audrey perlahan melupakan Galang, pekerja keras yang dibuktikan dengan usahanya untuk mendapatkan tender, dan penimbun benci terutama untuk mamanya atas masa lalu kelam yang ia harus lewati.


Kover yang memilih warna pink dan ungu sebagai latarnya menjadikan novel ini terlihat kalem, lembut, dan feminin. Kali ini saya tidak protes mengenai sisi feminin yang ditampilkan kovernya sebab tokoh yang ada di cerita adalah sosok perempuan dan penulis buku ini juga perempuan, sehingga perpaduannya sudah pas. Sedangkan siluet putih perempuan yang berpose seolah tenggelam, mewakili kondisi Audrey yang gamang sebab patah hati. Untuk judul novelnya, sampai saya menulis artikel ini belum tahu artinya apa, hehehe.

Pesan besar dari novel ini yang saya pahami adalah kita tidak boleh menghadapi hal atau kejadian buruk dengan berpikir negatif. Cara tanggap yang buruk akan melahirkan keburukan lainnya. Akhir yang akan dituai hanya penyesalan. Sebab itu, menjadi bijaklah dengan berpikir positif, dan jika ada masalah sebaiknya diceritakan kepada orang terpercaya untuk mencari opini yang netral. Sehingga keputusan yang dibuat akan lebih steril dari emosi.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  • “Bukan waktu yang bakal nyembuhin lo. Tapi gimana lo berusaha buat nyembuhin diri lo sendiri.” [hal. 82]
  • “Cara yang ampuh untuk membalas luka hati lo adalah dengan nunjukin bahwa lo bahagia dengan hidup lo, tanpa hadirnya si berengsek yang bikin lo sakit hati...” [hal. 86]
  • “... Bukannya sebenci-bencinya gue sama seseorang, gue harus tetep menangin logika gue?...” [hal. 97]
  • “Bukannya cewek emang memprioritaskan perasaan dibandingkan logika?” [hal. 111]

Typo:
  • Membuayarkan = Membuyarkan [hal. 44]
  • Sibuk-sibut = Sibuk-sibuk [hal. 165]
  • Daritadi = Dari tadi [hal. 174]