Januari 29, 2017

[Buku] Sajak Rindu, S. Gegge Mappangewa

Judul: Sajak Rindu
Penulis: S. Gegge Mappangewa
Penyunting bahasa: Muridatun Ni'mah
Desain isi: Rudy Setiawan
Desain sampul: Andhi Rasydan
Ilustrator: Naafi Nur Rohma
Penerbit: Penerbit Indiva
Terbit: Desember 2016, cetakan pertama
Tebal buku: 296 halaman
ISBN: 9786026334084
Harga: Rp58.000 


Blurb.
Vito namanya. Ia tinggal di Pakka Salo bersama mama dan kakeknya. Di usianya yang menjelang ketiga belas tahun, rasa rindu itu membuncah meminta dituntaskan. Kerinduan pada ayah dan Vino, adik kembarnya. Ada banyak sekali pertanyaan tentang keluarganya. Dan selama ini mama dan kakek memilih menyimpan kenyataan itu. Sebenarnya ada masa lalu apa hingga Vito dan Vino dipisahkan?

Ide cerita.
Gegge mencoba menghadirkan rasa buku cerita yang saya baca ketika SD dan SMP. Cerita anak usia menjelang balig dengan banyak kisah dan petualangan. Gegge menggabungkan nilai lokal masyarakat Bugis, kebudayaannya, dan ajaran agama islam. Sehingga novel ini mengajak saya untuk piknik ke daerah Pakka Salo.

Pakka Salo merupakan tempat yang berada di Sulawesi. Digambarkan sebagai lokasi yang masih tertinggal dan alami. Latar tempat sebuah desa membentuk satu gambaran kesederhanaan. Jujur, saya banyak bernostalgia dengan kegiatan yang dilakukan murid-murid di cerita ini, dan itu membuat saya merasa hangat sepanjang membacanya. Soalnya, saya juga besar di sebuah desa yang masih sering berkabut.

Pemilihan tokoh kembar yang dipakai Gegge untuk ceritanya, tidak mengikuti arus yang sudah dipakai penulis. Bukan persaingan atau kekompakan. Melainkan hubungan saudara yang dipisahkan dan akhirnya mereka menyimpan kerinduan. Lalu apakah kerinduan itu akan tuntas dibayar? Baca saja bukunya. Saya hanya bisa mengatakan, konflik yang dipilih Gegge sangat sederhana, sangat mengharukan, sangat menyedihkan, tapi itulah yang disebut kehidupan.

POV. Plot. Karakter. Opini.
Gegge menggunakan teknik Sudut Pandang Ketiga dengan menjalankan alur cerita campuran. Alur maju lebih fokus pada perjalanan Vito dalam kesehariannya dan perjuangannya menuntaskan rasa rindu. Sedangkan alur mundur akan membawa pembaca pada kisah roman Mamanya Vito, Halimah. Dan saya beri bocoran sedikit ya, romannya sangat kompleks. Sebab menyentuh kisah cinta beda agama juga.

Karakter utama buku Sajak Rindu ini adalah Vito. Ia anak tiga belas tahun yang masih SMP. Pandai bercerita, jago memanjat pohon, bertanggung jawab, dan sedikit nakal. Nakalnya itu mungkin akibat sangat kreatifnya. Bayangkan saja, demi tidak masuk sekolah ia mengarang alasan kakeknya meninggal. Dan gara-gara alasan ini ia harus didiamkan oleh Pak Amin, salah satu gurunya di sekolah.

Ada Kakeknya Vito yang selalu siap membela Vito dari Mamanya yang kerap memukul sebab kenakalan yang diperbuatnya. Ia kakek yang penyayang. Sempat dijelaskan sedikit, rasa sayang itu muncul sebagai penyembuh akibat rasa sakit yang sempat ia terima pada masa lalu. Lalu, ada Mamanya Vito. Ia ibu yang bijak. Soal rasa sayang, ibu mana yang tidak sayang sama anaknya. Apalagi setelah Mamanya Vito dipisahkan dari anaknya yang lain, Vino.

Yang paling mencolok dari tokoh sampingan ada dua. Pak Amin, guru di SMP yang wawasannya luas, bijaksana, ilmu agamanya cukup mumpuni, dan tentu saja memahami psikologis murid-muridnya. Saya kira untuk pembaca buku yang profesinya guru, perlu membaca buku ini dan mengambil jalan pikiran Pak Amin ini untuk proses mengajar dan mendidik murid. Ada Irfan, temannya Vito. Dia mendapatkan posisi yang mencolok akibat satu peristiwa yang kemudian membuatnya punya penilaian berbeda tentang cita-cita.

Tokoh sampingan lainnya masih banyak, ada teman-teman sekolah Vito, ada Ibu guru Maulindah, Pak Saleng, dan masih banyak lainnya.

Setelah membaca kisah Vito ini, yang akhirnya menemukan perjumpaan yang ia inginkan, saya berharap ada buku lagi yang mengambil sudut pandang Vino. Sebab, saya yakin Vino memiliki jalan cerita yang sama bagusnya, yang sama mengharukannya. Sebab Vito dan Vino bisa dikatakan korban dari orang tua yang berpisah. Dan kehadiran kisah Vino akan melengkapi kisah hidup si kembar.

Adegan favorit.
Ada di bab 6; Diam Itu Emas (hal.48 – 56). Setelah kebohongan yang dilakukan Vito dengan membawa kabar jika kakeknya meninggal dan membuat perkemahan menjadi kacau, Pak Amin mendiamkannya. Vito merasa bersalah. Tapi, dia bingung bagaimana cara untuk meminta maaf kepada Pak Amin. Satu kejadian membuat Vito menghukum dirinya sendiri. Ia lari mengelilingi lapangan, ia memanjat tembok setinggi tiga meter dan melempari kelapa di pohon. Adegannya sangat dramatikal dan menyentuh. Saya disadarkan pentingnya menyadari kesalahan untuk melapangkan hidup dan mendamaikan hati.

“Biarin! Saya akan tetap melempar sampai Pak Amin menganggap ini adalah hukuman atletik yang setimpal untukku,” ucap Vito di antara nafasnya yang tersengal sambil terus melempar. (Hal.53)
Petik-petik.
Buku ini memiliki banyak sekali pesan, utamanya untuk anak remaja. Saya akan coba menjabarkan sebagian saja. Lengkapnya, sebaiknya silakan baca bukunya saja.

  • Sebagai umat islam, pnting menghindari banyak syirik yang bentuknya sudah sangat samar. Seperti kebudayaan yang ada di masyarakat, terkadang sudah dicampur dengan kegiatan syirik tersebut.
  • Beranilah untuk bermimpi dan mulailah untuk berjuang. Pada kisah ini diceritakan melalui tokoh Ibu Maulindah yang merupakan satu-satunya perempuan sarjana di Pakka Salo. Ibu Maulindah juga akhirnya terbang ke Jepang untuk meneruskan S2-nya.
  • Berusahalah menjadi orang yang jujur. Sebab kejujuran akan membawa kemujuran.

Petikan.
  • Aku berpesan kepada tiga golongan: kepada raja, hakim, dan pelayan masyarakat. Jangan sekali-kali engkau meremehkan kejujuran itu. Berlaku jujurlah serta peliharalah tutur katamu, engkau harus tegas. Sebab kejujuran dan tutur kata yang baik itu memanjangkan usia. Oleh karena takkan mati kejujuran itu, takkan runtuh yang datar, takkan putus yang kendur, takkan patah yang lentur. (Hal. 88)
  • Orang yang paling kerdil adalah orang yang tak punya cita-cita. (hal. 116)
  • Orang yang pesimis tak akan pernah bisa berhasil. Sementara orang yang optimis, meskipun itu optimis dengan mimpi yang semua orang menganggapnya aneh, suatu saat akan berhasil. Kalaupun gagal, apa salahnya? Daripada tak pernah mencoba? (Hal. 116)
  • Hati-hati dengan syirik! Allah adalah sebaik-baik tempat meminta pertolongan. (Hal. 129)
  • Manusia hanya dianggap manusia jika dia menepati kata-kata yang telah diucapkannya. (Hal. 153)

Final. Rating.
Buku ini menyimpan banyak kenangan bagi pembaca yang tumbuh di pedesaan. Dan akan menghadirkan pengalaman piknik ke pedesaan bagi pembaca yang berasal dari perkotaan. Nilai-nilai yang dikandungnya sangat pas diajarkan kepada anak remaja sebagai pelajaran pembentuk karakter.
Akhirnya, buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa saya berikan rating 4/5.


Lain-lain.
Kovernya yang begitu gelap dengan menghadirkan sosok anak laki-laki yang menghadap ke arah bulan, tidak begitu memikat. Saya kira sebaiknya dipilihkan warna yang lebih dinamis, mengingat karakter utamanya adalah anak remaja. Perlu menunjukkan sisi remaja yang masih bergejolak baik dari warna maupun objek untuk kovernya.

Saya juga menemukan typo. Tapi, jumlahnya yang tidak banyak, buat saya tidak mempengaruhi proses membaca. Misalnya, Pusekesmas = Puskesmas (hal. 63).

Buku Sajak Rindu juga menyisipkan banyak sekali kebudayaan masyarakat Bugis. Misalnya, upacara pernikahan, cerita-cerita mistik, cerita sejarah masa lalu, dan pengetahuan. Misalnya, di halaman 141 diuraikan mengenai jenis hama Kepik Hitam.

*******
[ Untuk kalian yang ingin membaca buku ini juga, jangan lupa ikutan giveawaynya ya. Ada 1 eksemplar buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa yang akan saya kirimkan buat kamu yang menang. ]

Januari 25, 2017

[Wishful Wednesday] Conceited Heart's Cry, Ayuko


Yuri cantik dan angkuh. Baginya, tak ada cowok ideal yang sesuai untuk dirinya. Sampai dia bertemu Ayakura, cowok anggota klub kendo yang berwajah tampan, berotak encer, dan jago beladiri. Tapi di luar dugaam, Yuri malah mendapat perlakuan dingin dari Ayakura...

Inilah perjalanan cinta sang gadis cantik tetapi angkuh, yang penuh drama.


Yuri yang akhirnya menyadari bahwa dirinya benar-benar menyukai Ayakura, memtuskan untuk serius mendekati Ayakura. Tapi, Ayakura sepertinya lebih memihak dan memperhatikan Aoi, teman kecilnya...! apakah yuri akan berhasil menarik hati Ayakura?

Inilah kisah cinta sang gadis cantik yang angkuh jilid terakhir!

Judul: Conceited Heart's Cry 
Penulis: Ayuko
Penerbit: Elex Media Komputindo
Terbit: Januari 2017
Tebal buku: 184 halaman 
ISBN: 9786020299334 (1) - 9786020299341 (2)
Harga: Rp22.500 (sebelum diskon, via gramedia.com)

*******
Untuk memperluas jenis bacaan, saya memang lebih suka memilih komik. Selain ketebalannya yang tipis, mengikuti cerita komik tidak diperlukan konsentrasi yang berat. Dan keberadaan komik di daftar bacaan saya, semacam jeda saja.

Conceited Heart's Cry memiliki cerita roman yang manis. Kisah gadis angkuh yang mengejar pemuda idamannya. Namun, biasanya cerita akan lebih berat ketika kita membaca keseluruhan. Roman yang tampak di cuplikan cerita tidak mewakili apa pun.

Yang menarik minat saya, kover komik bagian satu dengan bagian dua menampilkan mimik muka yang berbeda. Di kover bagian satu, saya melihat mimik sedih dan getir. Mungkin, ini mungkin ya, Yuri menanggung beban berat dengan perasaannya terhadap Ayakura. Sebab kecantikan yang dimiliki tidak serta merta menarik perhatian pemuda itu.

Lalu, pada komik bagian dua, terlihat mimik tersenyum. Mungkin, sekali lagi mungkin ya, Yuri mendapatkan ending yang baik untuk perjuangannya mendapatkan perhatian Ayakura. Entah ada drama-drama apa di komik ini. Tapi saya sangat penasaran sekali dengan ceritanya. Mungkin akan saya cadangkan dana untuk beli komik ini di bulan Februari nanti.

Buku apa yang ingin kalian punya minggu ini?

Untuk membuat pos serupa, silakan ikuti aturan mainnya dengan mengintip blog PerpusKecil.

 

Januari 22, 2017

[Buku] Puya Ke Puya, Faisal Oddang

Judul: Puya Ke Puya
Penulis: Faisal Oddang
Penyunting: Christina M. Udiani
Ilustrasi: Pramoe Aga
Perancang sampul: Teguh Erdyan
Penata letak: Dadang Kusmana
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia 
Terbit: 2015
Tebal buku: xii + 218 halaman
ISBN: 9789799109507
Harga: Rp50.000 

Penilaian bagus terhadap novel Puya Ke Puya ini, sudah saya tahu dari lama. Selain membawa rasa lokal, masyarakat Toraja, novel ini menggali banyak sisi kehidupan. Berangkat dari kematian Rante Ralla yang mengharuskan anak sulungnya, Allu Ralla, menggelar upacara kematian, cerita digiring ke berbagai lini. Puya sendiri maknanya alam tempat menemui Tuhan (hal.3).

Upacara kematian atau yang disebut Rambu Solo, bisa menelan ratusan juta untuk melaksanakannya. Allu Ralla yang seorang mahasiswa, mempunyai pikiran yang lebih terbuka. Apakah adat harus membebani? Pertanyaan ini yang akhirnya memutuskan Allu untuk tidak menggelar perayaan rambu solo.

Pikirannya itu ditentang oleh pamannya. Kegigihan melawan adat yang membebani kalah oleh cinta pertama. Allu yang didesak menikahi Malena, menelan semua idealismenya. Ia menjual tanah warisan, ia mencuri jasad bayi, dan ia menjadi pemuda yang berbeda. Selain konflik yang disulut upcara rambu solo, Puya Ke Puya menambahkan konflik besar tentang penambangan nikel yang dilakukan di Toraja.

Saya sangat puas dengan eksekusi cerita yang dilakukan penulis. Ia membuat semua ketegangan yang disusun pada awal cerita, luruh di akhir. Proses menebarkan banyak masalah yang dikuliti di awal cerita, membuat saya sendiri sangat penasaran akan ada kejadian apa lagi. Misalnya, kasus pembunuhan Rante Ralla. Awalnya saya sangat penasaran dengan pelaku dan motifnya. Penyelesaian yang dilakukan Faisal sungguh menjawab. Tapi tidak sampai disitu saja. Berikutnya, bagaimana perasaan keluarga Rante Ralla, Allu Ralla dan Tina Ralla? Ini jadi klimaks tersendiri dan itu mendebarkan. Masih banyak konflik lainnya yang lebih seru.

Puya Ke Puya menggunakan sudut pandang yang berbeda. Faisal mengombinasikan sudut pandang roh leluhur, Rante Ralla, Allu Ralla, dan Maria Ralla. Yang patut diapresiasi adalah ide membuat perpindahan sudut pandang yang tidak ribet. Penulis mengakali dengan tanda bintang yang konsisten menunjukkan itu jatah sudut pandang siapa. Tanda bintang satu (*) untuk Rante Ralla, tanda bintang dua (**) untuk Allu Ralla, dan tanda bintang tiga (***) untuk Maria Ralla.

Untuk plot sendiri, Puya Ke Puya memakai plot campuran. Dominan masa lalu, berupa kilas balik masing-masing tokoh. Keuntungannya, pembaca dibuat penasaran dengan awal cerita, dan diberikan jawaban sepanjang perjalanan membaca hingga akhir.

Penokohan sendiri sangat kuat. Sebagai pemilik sudut pandang (Rante Ralla, Allu Ralla, Maria Ralla) sudah dikemas apik. Rante Ralla sebagai sosok ayah, diperlihatkan jalan pikirannya yang bijak, meski pun beberapa sisi ada bagian yang kolot. Allu Ralla sebagai pemuda berpendidikan dan masih muda mengalami banyak gejolak. Bisa dikatakan ia sosok yang labil dan itu dimaklumi karena dipengaruhi banyak faktor di sisi luar. Maria Ralla sebagai adik Allu yang meninggal semasa belum tumbuh gigi, pikirannya sangat sederhana. Walau di cerita dikatakan adanya pertumbuhan yang dialami Maria, sampai usia 17 tahun, Maria masih jadi sosok yang tidak mengenal tulisan dan berpikir sebatas pengetahuan yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan.

Karena banyak sisi kehidupan yang digali penulis, Puya Ke Puya memiliki pesan yang banyak sesuai konflik yang diperlihatkan. Namun, secara umum, Puya Ke Puya mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu dengan cara yang baik agar hasilnya baik.

Sepanjang novel ini akan ditemukan banyak istilah lokal masyarakat Toraja. Penulis menggandengkannya dengan penjelasan bahasa indonesia sehingga tidak perlu catatan kaki. Membuat fokus pembaca tidak melebar kemana-kemana.

Catatan saya justru pada kovernya yang terlalu sederhana. Jika diperhatikan, gambar siluet orang yang sedang menaiki tangga, sangat memiliki kaitan dengan cerita. Ibarat orang yang sedang melakukan perjalanan menuju Puya.


Rating dari saya: 4/5



Januari 11, 2017

[Wishful Wednesday] Hening, Shusaku Endo

Judul asli: Silence
Judul: Hening
Penulis: Shusaku Endo
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2017
Tebal buku: 304 halaman
ISBN: 9786020337173
Harga: Rp 68.000

Berlatar belakang Jepang abad ke-17, periode Edo, Silence mengisahkan perjalanan nasib Sebastian Rodrigues, Yesuit Portugis yang dikirim ke Jepang untuk membantu Gereja setempat dan untuk mencari tahu keadaan mantan gurunya, Ferreira, yang dikabarkan telah murtad karena tidak tahan menanggung siksaan. Pada zaman ketika Kristianitas dilarang keras di Jepang, dan para penganutnya dikejar-kejar, dipaksa menjadi murtad, dan dibunuh, bukan hal mudah bagi Rodrigues untuk bertahan hidup, apalagi Tuhan yang selama ini dianggapnya sumber kasih seolah bungkam dan hening, tidak berbuat apa-apa. 

Pada akhirnya, pertanyaan yang utama adalah: sanggupkah manusia mempertahankan keyakinannya di tengah masa-masa penuh penganiayaan? Dan benarkah Tuhan hanya diam berpangku tangan melihat penderitaan?

*******

Saya menduga buku ini memaparkan usaha seorang manusia meyakinkan keyakinannya kembali. Dengan konflik yang begitu berat, usaha memurtadkan, rasanya akan ditemukan banyak pelajaran dalam menghadapi kondisi demikian. Walau pun buku ini bukan membahas keyakinan yang sama dengan saya, bukan berarti saya harus anti dengan keyakinan yang ada di buku. Saya sebagai pembaca hanya akan menikmati kisahnya saja, bukan inti keyakinannya. 

Dan entah sejak kapan mulainya, saya sekarang ini lebih bisa menikmati buku terjemahan penulis luar negeri. Kalau perlu beralasan, bobot kisah yang ditawarkan novel terjemahan lebih bervariasi. Dan bagaimana mereka merangkai alur cerita, kadang membuat saya lebih terkejut.
*******

Buku apa yang kalian ingin punya minggu ini?

Untuk membuat pos serupa, silakan ikuti aturan mainnya dengan mengintip blog PerpusKecil


Januari 10, 2017

[Buku] 17 Years of Love Song, Orizuka

Judul: 17 Years of Love Song
Penulis: Orizuka
Penyunting: Koeh & Septi R.
Perancang sampul: Zariyal
Penata letak: Heru Tri Handoko
Penerbit: Puspa Populer
Terbit: 2015, cetakan kedua
Tebal buku: iv + 268 halaman
ISBN: 9786022140078
Harga: Rp--

17 Years of Love Song berkisah tentang Leo bersama Ibunya yang pindah dari Jakarta ke Purwakarta. Pasca pengkhianatan suaminya, ibu Leo memutuskan kembali ke kampung meneruskan cita-citanya menjadi dokter di desa. Leo yang paling keberatan dengan kepindahan ini. Alasannya, ia harus meninggalkan teman-temannya dan olah raga baseball.

Di sekolah yang baru, Leo bertemu Nana, gadis yang lumpuh akibat jatuh dari pohon. Mereka menjadi dekat sejak pertemuan di belakang sekolah. Hubungan Leo dan Nana makin dekat. Hingga pada hari ulang tahun Nana, Leo membawa kabur Nana ke pantai dan itu jadi awal mula hubungan keduanya menjadi renggang karena orang tua masing-masing tidak setuju dengan pertemanan mereka. Setelah lulus SMA, Leo harus meninggalkan kampung. Yang paling berat adalah berpisah dengan Nana. Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?

Novel ini dibuka dengan prolog masa depan. Ingatan Leo kemudian mengembara ke pertemuan ia dengan Nana. Penulis juga memilih menggunakan gaya bahasa yang sederhana. Ini menjadikan kalimat-kalimatnya berisi dan tepat menunjukkan apa yang dimaksud. Sehingga ide cerita tentang ‘perpisahan untuk bertemu’ tersampaikan dengan emosi yang menyentuh hati.

Kekuatan novel ini terletak dari gaya bahasa. Sebab jika diperhatikan jalan ceritanya, tidak saya temukan hal baru. Bahkan sudah umum dipakai novel-novel lain. Dua murid yang saling suka kemudian berpisah, lalu bertemu kembali, itu saja. Namun saya tidak tahu, pada tahun 2015 novel remaja lebih banyak didominasi objek cerita yang seperti apa. Namun di novel ini penulis mengangkat olah raga baseball.

Novel ini menjadi mengharukan karena perkembangan karakternya yang terlalu lebar. Dari murid SMA hingga menjadi menikah. Bumbu yang ditebar penulis per bagiannya sangat mendukung. Ketika karakter masih SMA, konflik dibuat khas remaja. Lalu ketika karakter kuliah, konflik lebih serius. Ketika karakter sudah menikah, konflik benar-benar serius dan saya paling suka konflik kehidupan rumah tangganya. Yang mengganggu adalah pembentukkan karakternya. Permainan penulis mengembangkan cerita hingga terlalu lebar, membuat saya tidak bisa membedakan karakter mereka ketika masih SMA dan karakter mereka ketika sudah menikah. Sedikit sekali perubahannya sehingga di benak saya mereka seperti berumah tangga di usia SMA.

Berkat struktur kalimat yang sederhana dan tepat sasaran, emosi di novel ini melimpah. Terutama pada penggarapan bagian yang menyedihkan, penulis berhasil menggambarkan situasi tersebut dengan alami.

Pesan yang saya terima dari novel ini tidak pada sisi percintaannya. Sebab jika melihat sisi itu, rasanya percintaan yang disajikan dengan konflik-konfliknya lebih tepat sebatas dinikmati. Saya justru menerima pelajaran adalah menjadi anak yang berbakti, menjadi teman yang bisa diandalkan, dan menjadi pribadi yang hangat sehingga mudah disukai lingkungan. Menyinggung pribadi yang hangat, saya jadi ingat pertanyaan besar untuk tokoh Nana. Ia digambarkan menjadi orang yang dikenal di kampungnya. Sehebat apa kepribadian Nana hingga ia bisa menjadi pusat perhatian sekampung. Kondisi Nana yang lumpuh justru digambarkan bukan alasannya. Saya kira sekampung akan tahu seseorang yang seperti Nana pasti karena kecacatannya itu. Tapi di novel ini kelumpuhan Nana tidak memengaruhi. Jadi, apa jawabannya?

Buku ini sangat tepat dibaca untuk memberi variasi bacaan ringan, utamanya novel remaja. Dan saya boleh bilang novel remaja lain perlu berkiblat pada novel ini untuk referensi gaya bercerita. Atau ada novel remaja yang lebih bagus dalam hal gaya berceritanya?

Rating dari saya: 3/5


Januari 07, 2017

[Giveaway] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang


Halo!

Jadi kapan kalian terkahir kali membaca buku dongeng?

Kesempatan kali ini saya bersama Mbak Nisa kebagian jatah untuk mengadakan giveaway. Ada 1 eksemplar buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang yang akan dibagikan untuk 1 pemenang. 

Sebelum memberi tahu aturan giveaway-nya, saya ingin kalian mampir sebentar ke resensi buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang (silakan diklik) yang saya buat. Dan dengan senang hati kalian juga boleh mampir ke resensi di blog Mbak Nisa.

Untuk giveaway kali ini saya masih memasang aturan yang mudah kok. Perhatikan berikut ini:

  • Follow twitter @adindilla, @niesya_bilqis, @msginagabrielle@ICCPublisher
  • Share informasi giveaway ini di twitter dengan mention akun di atas dan pakai #GadisPenenunMimpi
  • Follow blog saya via GFC
  • Tuliskan di kolom komentar dengan format : akun twitter kamu, kota tinggal, link share.
  • Periode giveaway dari tanggal 7  - 13 Januari 2017. Pengumuman pemenang tanggal 14 Januari 2016 (semoga tidak ada halangan ya1).

Perlu diketahui peserta yang masuk di giveaway saya akan diakumulasi nomor urutnya dengan peserta yang di giveaway Mbak Nisa. Kemudian akan kami pilih pemenangnya secara random. Supaya kesempatan menang kalian jadi besar, ikutan juga di giveaway di blog Mbak Nisa; [Giveaway + Blogtour] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang.

Demikian aturan giveaway Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang. Jika ada yang kurang jelas, silakan tanyakan lewat DM twitter atau email saya hapudincreative(at)gmail(dot)com.

Semoga beruntung ya!



[ Update Pemenang ]

Pada hari ini tanggal 14 Januari 2017, saya sudah merekap peserta yang ikut giveaway #GadisPenenunMimpi. Jumlah peserta yang masuk di blog saya ini ada 47 peserta. Jumlah peserta yang untuk ukuran blog saya yang kecil ini, bisa terbilang banyak. Saya ucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah menjadi peserta.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Gina Gabrielle dan penerbit yang sudah memberikan kesempatan saya untuk berkenalan dengan Kol. Ibri, Kura-Kura Pengelana, Putri Boneka, Pangeran Landak dan Gadis Penenun Mimpi. Apa yang kalian berikan kepada saya bukan sekadar cerita, melainkan pelajaran hidup.

Terima kasih pula kepada Mbak Nisa yang sudah mau sabar nge-host bareng saya yang suka ngilang-ngilang. Selama penyelenggaraan giveaway ini banyak sekali teknis di luar kendali saya yang membuat saya serba terlambat mengetahui informasi. Dan semoga Mbak Nisa masih belum kapok seandainya dipasangkan dengan saya di kesempatan lainnya.

Untuk menentukan pemenang, kami (saya dan Mbak Nisa) sepakat menggunakan dua kali pengundian. Pertama, masing-masing blog menyerahkan nama pemenang. Kedua, setelah didapat dua nama pemenang, kita undi kembali menjadi satu pemenang.

Dan pemenangnya adalah...

Jeng!

Jeng!

Jeng!



[ Aenun Nasyifa Z. A.  /  @AenunNasyifaZA ]


Kepada pemenang silakan mengirim data diri via DM twitter atau email ke hapudincreative(at)gmail(dot)com. Formatnya: Nama - Alamat Kirim - No. Telepon

Dengan sudah diumumkannya nama pemenang, maka berakhirlah giveaway #GadisPenenunMimpi di blog saya dan blog Mbak Nisa. Selanjutnya giveaway pindah rumah ke: 

blog Red Blue Story dan,