Oktober 01, 2021

Rekap Bookmail September 2021

Halo! Apa kabar? 

Teman-teman, mungkin ke depannya akan ada postingan terbaru di blog saya ini, yaitu "Rekapan Bookmail". Di artikel ini akan saya ceritakan secara singkat buku apa saja yang saya dapatkan -baik hasil beli, hadiah, atau hibahan- dan alasan kenapa saya tertarik memilikinya.

Tujuannya agar saya bisa berterima kasih kepada diri sendiri, kepada mereka yang menjodohkan saya dengan buku, dan kepada kesempatan yang saya dapatkan untuk menikmati pengalaman memiliki buku.

1. Cinta Terakhir Baba Dunja -  Alina Bronsky

Alhamdulillah, ini gratis, hehe

Buku ini saya dapat sebagai hadiah penanya terbaik dari Gramedia pas ikutan talkshow Sahabat Baca Novel via zoom dengan tema Bocoran Editor pada hari Jumat, 27 Agustus 2021. Di acara itu hadir empat editor yang mewakili penerbit di bawah naungan Gramedia: Gramedia Pustaka Utama, Kepustakaan Populer Gramedia, Grasindo, dan Bhuana Ilmu Populer.

Dan atas hadiah ini, saya ingin berterima kasih kepada Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

***


2. Creative Writing - A. S. Laksana

Harganya 79.200,-

Buku Creative Wraiting ini saya beli di akun shopee Dema Buku dengan menimbang saya perlu ilmu menulis untuk bekal saya menjadi blogger buku. Saya berharap buku ini bisa ngasih pandangan menjadi penulis yang lebih apik daripada yang sudah saya jalani sekarang.

***


3. Storm Sister #1: The Sinking World - Mintie Das

4. Storm Sister #2: The Frozen Seas - Mintie Das

1 paket ini seharga 40.000,-

Saya beli kedua novel preloved ini pas lagi menjelajah akun Literary Base. Dulu saya pernah baca buku pertamanya, yang kover merah, dan suka. Sayangnya saya lupa buku itu kemana, diberikan atau dijual. Beberapa kali sempat maju-mundur untuk punya kembali buku dan ternyata kemarin itu momen beruntung saya bisa beli buku ini lagi dengan harga yang murah. Beruntung banget karena pas bukunya sampe, kualitasnya masih sangat-sangat-sangat bagus. Alhamdulillah...

***


5. Saha Mansion - Cho Nam-Joo

6. Merakit Kapal - Shion Miura

1 paket ini seharga 110.000,-

Kedua buku ini juga preloved yang saya temukan di base yang sama. Saya tertarik beli ini karena kondisi buku yang kelihatannya bagus dan dihargai murah. Dan benar aja, pas bukunya datang, kondisi buku masih sangat bagus. Makanya saya merasa senang banget karena meskipun beli buku preloved, buku-buku yang saya pilih kondisinya kayak baru, hanya lepas segel aja.

***


7. Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino

8. Funiculi Funicula - Toshikazu Kawaguchi

1 paket ini seharga 124.200,-

Karena merasa terus beruntung dapat buku preloved bagus, saya akhirnya makin sering mantengin base itu. Dan secara nggak sengaja ketemu lagi dengan buku preloved kedua buku ini. Begitu bukunya sampai, saya langsung cek kondisinya, dan alhamdulillah masih bagus banget. Pokoknya sampai hari ini saya sangat puas dengan buku-buku preloved yang sudah saya beli.

***


9. Dragon Pearl - Yoon Ha Lee

10. Orang-Orang Bloomington - Budi Darma

1 paket ini seharga 99.000,-

Kedua buku ini saya beli pas akun Mizan Official di shopee mengadakan promo "pilih 2 bayat 99K". Setelah menimbang buku mana yang mau dibeli, akhirnya saya membayar kedua buku ini. Saya penasaran sama karya almarhum Budi Darma. Lalu alasan lainnya, saya pengen baca fiksi yang petualangan begitu.

***


11. Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan - Riyana Rizki

seharga 57.800,-

Kalau buku ini saya beli lantaran pengen ikutan lomba meresensi buku. Syarat salah satunya adalah memilih buku ini untuk diulas. Sebenarnya ada satu judul lagi, tapi kalo nonfiksi saya menyerah dulu, belum paham gimana menyajikan ulasan yang menarik ala-ala saya.

***


12. Potret Keluarga - Reda Gaudiamo

13. Perang - Rama Wirawan

Perang seharga 52.000,- & Potret Keluarga seharga 55.000,-

Saya tertarik membeli buku Potret Keluarga karena menurut info promosinya, buku ini sarat cerita soal keluarga. Saya yang menyukai cerita drama keluarga, nggak akan melewatkan untuk menikmati kisahnya.

***

14. Miss Peregrine's Home for Peculiar Children - Ransom Riggs

seharga 56.000,- (include ongkir 11.000,-)

Karena saya keingetan sama enaknya diksi terjemahan di buku ini, jadi saya memutuskan untuk kembali mengkoleksi seriesnya. Dan saya kebetulan ketemu buku ini saat memburu preloved dengan harga murah dan kualitas buku yang sangat baik.

***


15. Walden - Henry David Thoreau

seharga 70.000,-

Beli buku ini karena rame di twitter - base buku. Terus beberapa orang memperlihatkan isinya, dan menurut saya menarik, sebab ini kumpulan memoar yang membahas banyak hal. 

***


16. Hollow City (Miss Peregrine's Peculiar Children #2) - Ransom Riggs

seharga 44.000,-

Begitu ketemu akun yang jual buku series kedua dari Miss Peregrine, saya langsung chat dan beli bukunya. Ini juga preloved, kondisi barang masih bagus. Harga juga murah.

***


17. Dollagoot: Toko Penjual Mimpi - Lee Mi Ye

hadiah GA

Kalau buku ini saya dapatkan untuk hadiah GA dari akun Kak Khansaa di twitter. Waktu itu syaratnya mengisi survey kebiasaan membaca. Saya bersyukur sekali bisa menjadi salah satu pemenangnya sehingga bisa punya buku yang sedang hype ini.

Saya ingin berterima kasih kepada Kak Khansaa karena sudah memilih saya sebagai satu dari tiga pemenang :)

***


18. Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan

seharga 98.000,-

Buku ini saya beli lantaran sepanjang pengalaman saya membaca buku, belum pernah mencicipi buku tebal Eka Kurniawan, padahal buku beliau dipuja-puji bagus. Rasanya tertinggal banget karena belum membaca buku-buku bagus dari beliau.

***


19. The Magic Library - Jostein Gaarder

20. Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh - Dee Lestari

paket seharga 72.600,-

Saya membeli kedua buku ini sebenarnya mengincar buku Supernova #1 -nya karena ada niatan mau mengoleksi karya Dee Lestari, utamanya yang fiksi. Tetapi karena sistem budlling, jadi saya beli saja sekalian, padahal buku Jostein Gaarder-nya sudah punya.

***


Nah, teman-teman segitu posting-an bookmail untuk bulan September ini. Total ada 20 buku. Jumlah yang banyak. Dan saya lumayan kaget dengan uang saya keluarkan. Mungkin bulan depan saya akan puasa dulu beli buku, atau jika mau beli buku pun, harus ketat sesuai budget. Semoga bisa, hehe.

Oke, sekian dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!


September 28, 2021

Lebih Manfaat Mana: Membaca Buku Fiksi atau Non-Fiksi?


Bukan pertanyaan baru soal lebih bermanfaat mana antara membaca buku fiksi dan non-fiksi. Ini menjadi momen yang mengesalkan ketika masyarakat suka membandingkan dua hal ini. Saya sendiri mengalami hal serupa ketika sering membagi link resensi buku di blog ini, di status whatsapp.

Sekelas atasan kerja pun sempet menyinggung hal ini ketika beliau menelepon saya. “Kamu jangan kebanyakan membaca novel,” ucapnya dengan intonasi meremehkan. Sejak itu saya membatasi untuk membagikan link di WA. Saya jadi lebih sering membagikannya di twitter. Jengah, iya, tapi nggak begitu menyakiti hati. Pembenaran lainnya, “Mungkin banyak yang terganggu dengan status WA saya, jadi alangkah baiknya dihindari saja.”

Oke, saya akui bacaan saya lebih banyak di golongan fiksi, sehingga jika sebulan saya bisa menyelesaikan 3 sampai 4 novel dan 1 buku pengembangan diri. Atau mungkin tidak berhasil membaca buku non-fiksi satu pun. Lalu, apa jeleknya membaca novel

Menurut saya yang jelek itu mereka yang nggak pernah baca buku tapi doyan nyinyir ke orang yang suka baca buku.

Pola pikir masyarakat menilai novel sebagai bacaan yang imajinatif dan halu. Sehingga bagi mereka isi novel ini tak lain dan tak bukan hanya cerita kosong karangan orang yang disebut penulis. Bukan sesuatu yang nyata, dan karena bukan kenyataan dianggapnya sepele dan nggak berguna.

Berbeda dengan buku non-fiksi, bagi masyarakat buku jenis ini lebih berbobot dan untuk beberapa buku bisa meningkatkan kemampuan pembacanya. Saya akui soal meningkatkan kemampuan seseorang itu memang benar. Tapi bukan berarti buku fiksi tidak berbobot juga.

Saya jadi gemas pengen menjelaskan apa manfaat saya membaca novel.


  1. Membaca novel justru mengasah empati. Novel yang saya baca (dan semua novel umumnya) selalu memuat nilai-nilai kehidupan manusia sehingga novel sebenarnya memotret dinamika kehidupan manusia yang punya masalah kompeks. Dari tokoh-tokoh di dalam novel kita bisa belajar banyak nilai kehidupan yang belum tentu kita alami. Dengan membaca banyak novel, makin kaya juga kita memahami pelajaran hidup tanpa harus mengalaminya. Kita akan lebih peka dan empati menghadapi masalah hidup yang mungkin ke depannya akan menimpa kita.
  2. Membaca novel membuat sisi logis otak makin tajam. Perpaduan membaca, memahami, bahkan menghayati isi novel membuat pembaca lebih cerdas baik secara otak dan hati. Saya merasakan betul manfaat ini ketika saya menghadapi pekerjaan kantor yang berhubungan dengan sistem komputerisasi akuntansi dan logika jurnal keuangan, padahal saya karyawan yang kuliahnya nggak selesai. Nilai plus pembaca buku adalah mereka suka inovasi, mereka bisa menyederhanakan pekerjaan sehingga selesai cepat dan tepat, dan mereka lebih teliti. Ini karena kebiasaan membaca mengharuskan teliti, mengikuti alur cerita, dan menguasai lebih banyak isi novelnya.
  3. Membaca novel bukan kegiatan yang merugikan orang lain. Ini yang perlu dipahami oleh orang-orang yang nyinyir soal manfaat membaca fiksi, jika membaca bukan kegiatan yang akan mengganggu, apalagi merugikan orang lain. Jadi selama kalian tidak terganggu, stop, sudah jangan mengomentari soal lebih baik yang mana.


Kesimpulannya, membaca itu punya manfaat. Bukan soal fiksi atau non-fiksi. Membaca komik pun itu masih lebih baik dibandingkan dengan tidak membaca apa pun. Justru kegiatan membaca membuat kita sadar kalau ternyata selera orang itu berbeda-beda. Kita justru belajar hal lain, soal menghargai kesukaan orang lain, dan tidak dibenarkan menilai orang lain berdasarkan buku yang dibacanya.

Nah, sekian artikel sekaligus uneg-uneg dari saya. Jika ada yang mau menambahkan, silakan tulis di kolom komentar ya!

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



September 26, 2021

[Resensi] Funiculi Funicula - Toshikazu Kawaguchi


Judul: Funiculi Funicula

Penulis: Toshikazu Kawaguchi

Penerjemah: Dania Sakti

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2021, cetakan kedua

Tebal: 224 hlm.

ISBN: 9786020651927

***

Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Keajaiban kafe itu menarik seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anaknya yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Namun ada banyak peraturan yang harus diingat. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan masa kini. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin.

Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?

***

Satu hari Fumiko Kiyokawa dan Goro Katada janjian ketemu di satu tempat makan, tapi tutup. Lalu mereka mencari tempat lain, sayangnya mereka hanya menemukan kafe Funiculi Funicula. Pertemuan itu diharapkan menjadi lamaran Goro. Namun ternyata justru jadi perpisahan Goro karena harus ke Amerika mengejar impian pekerjaannya.

Setelah kejadian itu, setelah melihat informasi di televisi, Fumiko baru sadar kalau kafe kemarin adalah kafe yang legendaris sebab rumornya bisa membawa pengunjung pergi ke masa lalu. Fumiko kembali datang ke kafe dan meminta tolong kepada Kazu Tokito, pekerja kafe, untuk membantunya pergi ke masa lalu. Di kafe Funiculi Funicula, Fumiko mengenal Yaeko Hirai, Kumi HiraiKotake, Fusagi, Kei Tokita (istri sepupu Kazu), dan Nagare Tokita (sepupu Kazu).

Ada lima peraturan rumit yang harus diketahui oleh pengunjung ketika ingin pergi ke masa lalu. Gara-gara peraturan ini, kebanyakan pengunjung mengurungkan niat mereka.


Walau dengan lima aturan sulit ini, Fumiko bisa kembali ke masa lalu. Disusul oleh yang lainnya. 

Lalu, masa lalu seperti apa yang mereka kunjungi? Jawaban apa yang mereka cari?

Masa Lalu Tetaplah Masa Lalu

Kebanyakan alasan seseorang ingin kembali ke masa lalu karena ingin memperbaiki sesuatu yang sudah berlalu, yang dianggap sebagai kesalahan. Dengan harapan bisa merubah keadaan sekarang. Namun, di novel ini kita akan diberikan kebalikannya.

Konsep masa lalu yang tidak dapat diubah merupakan aturan bijaksana. Sebab jika masa lalu bisa dirubah, masa depan ikut berubah. Dan cerita tipe itu pasti membingungkan kita, sebab teori paradoks akan berlaku. Misalnya Grandfather - Paradox: Jika kamu kembali ke masa lalu dan membunuh kakekmu, maka keberadaan kamu dipertanyakan. Sebab jika kakekmu meninggal, orang tuamu tidak ada, dan kamu pun tidak ada. Lalu kamu yang membunuh pun tidak ada.

Rumit, kan?

Dengan aturan yang ketat soal masa lalu yang tidak dapat berubah, tokoh yang pergi ke masa lalu hanya akan menemukan jawaban dari yang selama ini belum mereka ketahui atas suatu kejadian atau peristiwa.

Ada empat bab di novel ini, yang setiap bab-nya menceritakan kunjungan para tokoh melintasi waktu. Bab pertama, Kekasih, menceritakan Fumiko yang ingin mengungkapkan keinginannya menahan Goro supaya jangan pergi. Bab kedua, Suami-Istri, menceritakan rasa penasaran Kotake dengan surat yang dipegang suaminya, Fusagi, yang mengidap Alzhemier. Bab ketiga, Kakak-Adik, menceritakan Hirai yang menyesal karena kehilangan adiknya. Bab keempat, Ibu-Anak, menceritakan perjalanan Kei ke masa depan untuk melihat putrinya.

Dominan Tema Keluarga

Karena ada empat kisah menjelajah waktu, dan semuanya membahas soal hubungan, saya bisa menyebut tema novel ini didominasi tema keluarga. Tema yang selalu bikin hati saya menghangat ketika membacanya, dan terkadang justru bikin mata berkaca-kaca. 

Tema keluarga lebih banyak menggali konflik yang biasa muncul di tengah rumah tangga, lalu dibandingkan dengan kondisi ideal. Misal, hubungan suami-istri itu harusnya mesra dan romantis, tapi jika kenyataan salah satu pasangan ditimpa sakit, keadaan mesra dan romantis tadi menguap. Yang ada justru usaha keras untuk membuat kondisi tetap stabil. Pencapaian ini paling minimal yang diupayakan.

Contoh lainnya, Ibu-Anak harusnya akrab dan harmonis. Tetapi jika anak itu ditinggal mati ibunya sejak bayi, apakah akrab dan harmonis akan berlaku? Yang ada adalah bagaimana si anak melanjutkan hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.

Kondisi-kondisi seperti inilah yang paling gampang mengaduk emosi pembaca sebab tema ini relate dengan hati pembaca kebanyakan.

Heartwarming

Saya sempat membaca salah satu twett yang menanyakan, "Apakah 'Heartwarming' termasuk salah satu genre buku?" Tentu saja bukan. Heartwarming atau menghangatkan hati merupakan salah satu kesan yang timbul setelah membaca novel. Biasanya kesan ini muncul untuk novel-novel yang bergenre roman dan keluarga.

Novel Funiculi Funicula ini termasuk salah satu novel yang meninggalkan kesan heartwarming tadi. Menurut saya hal itu terjadi karena emosi yang dimainkan penulis tidak sampai meledak (marah-marah, kesal, menggerutu, atau emosi negatif lainnya). Pembaca justru diajak untuk bersikap positif thinking, ikhlas, sabar, dan berlapang dada dengan kenyataan yang tidak dapat diubah semau kita.


Apakah novel Funiculi Funicula ini menarik?

Bagi saya novel ini meninggalkan kesan adem. Saya belajar banyak nilai hidup dari berbagai bentuk hubungan. Pesan yang dikandung novel ini mengajak pembaca untuk lebih menyayangi keluarga atau orang terdekat. Sebab ketika kita kehilangan waktu indah bersama mereka, yang tersisa tinggal penyesalan. Di novel ini para tokoh bisa menemukan jawaban dengan menjelajah waktu. Sedangkan di kenyataan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang untuk kafe sederhana dan dingin, kafe Funiculi Funicula.

Terakhir dari saya, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

September 25, 2021

[Resensi] Dollagoot: Toko Penjual Mimpi - Lee Mi Ye



Judul: Dollagoot: Toko Penjual Mimpi

Penulis: Lee Mi Ye

Penerjemah: Dwita Rizki

Penyunting: Jia Effendi

Penerbit: Penerbit Baca

Terbit: Juli 2021, cetakan pertama

Tebal: vi + 294 hlm.

ISBN: 9786026486608

***

Ada sebuah desa yang hanya bisa kamu kunjungi dalam tidurmu. Tempat paling populer di desa ini adalah Dollagoot: Toko Penjual Mimpi yang mengumpulkan dan menjual segala macam mimpi. Toko ini selalu ramai oleh manusia dan hewan yang ingin tidur panjang atau tidur siang. Setiap lantainya dilengkapi dengan mimpi-mimpi dari berbagai macam genre istimewa, termasuk mimpi tentang masa kecil, perjalanan menyenangkan, melahap makanan lezat, hingga mimpi buruk dan mimpi misterius.

Di toko ini ada Dollagoot, si pemilik toko; Penny, karyawan baru yang ceroboh dan penuh rasa ingin tahu; Aganef Coco. produser legendaris; dan Vigo Myers, manajer lantai dua.

Penny ditugaskan untuk bekerja di lantai satu dengan karyawan veteran, Bibi Weather. Namun, pada hari pertama dia bekerja, mimpi yang paling mahal dicuri....

Kisah menawan ini akan meninggalkan gaung yang lama. Tidak hanya menyenangkan bagi pembaca remaja, tetapi juga memberikan kehangatan dan penghiburan bagi pembaca dewasa yang lelah dengan kenyataan hidup.

***

Sejauh ini saya baru membaca 2 buku yang diterbitkan oleh Penerbit BACA: The Hen Who Dreamed She Could Fly karya Hwang Sun-mi dan Vegetarian karya Han Kang. Kesan saya, buku mereka kebanyakan berasal dari asia sehingga tempo dan tema cerita terasa lembut, dingin, sesekali diliputi misteri.

Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi langsung memikat saya ketika mulai dibuka PO-nya. Tetapi saya yang sedang berusaha mengatur budget beli buku -walau gagal- belum memasukan buku ini ke keranjang. Jodoh memang nggak kemana, saya bisa mendapatkan buku ini dihadiahi oleh Kak Khansaa di twitter karena terpilih sebagai pemenang beruntung pengisi survey mengenai kebiasaan membaca buku.

Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi menceritakan tentang Penny yang akhirnya bisa bekerja di toko penjual mimpi yang dikelola oleh Dollagot. Dia kemudian mengenal manajer setiap lantai toko yang memiliki karakter berbeda-beda. 

Bibi Weather, manajer lantai satu, sosok yang keibuan. Dalam bayangan saya, badannya gemuk. Dia murah senyum dan ramah. Vigo Myers, manajer lantai dua, memiliki kesan kaku, sangat suka kerapihan dan kebersihan. Tipe yang perfeksionis. 

Mogberry, manajer lantai tiga, sosok perempuan yang bebas dan ceria sehingga lantai tiga terasa lebih berwarna dan bising. Speedo, manajer lantai empat, tipe yang aktif, nyentrik, dan bawel sebab dia memegang lantai yang menjual mimpi bagi manusia dan hewan. Dan Motale, bukan manajer lantai lima, merupakan teman Penny waktu SMA yang dikenal bersikap gaduh, suka tampil, dan bersemangat.

Selama bekerja di Dollagoot, Penny mendapatkan banyak nilai hidup, baik dari Dollagoot, manajer setiap lantai, maupun dari pelanggan. Dia merasa beruntung bisa bekerja di tempat yang tepat.

Pondasi cerita yang kuat

Kontradiksi sebenarnya ketika saya menyatakan pondasi cerita yang kuat dalam novel ini, padahal di awal saya kebingungan membayangkan latar tempat, waktu, dan alur ceritanya. Kotanya tidak jelas, mahluk Noctiluca itu apa, sirop penenang itu minuman apa. Dan dengan mengabaikan sementara, saya akhirnya bisa memahami dunia mimpi yang diciptakan penulis.

Yang terlintas di otak saya ketika membayangkan masyarakat di kota mimpi ini tertuju ke film animasi Soul dan Inside Out, dimana karakter pada kedua film ini adalah jiwa dan emosi. Orang-orang yang ada di kota terbagi menjadi dua golongan. Pertama, penduduk asli kota mimpi yang menjalankan industri mimpi. Kedua, pelanggan yang jadi tamu di kota adalah jiwa dari orang sungguhan yang sedang berada di fase setengah tidur.

Sejarah toko Dollagoot diulas lengkap dalam buku mungil berjudul Kisah Dewa Waktu dan Ketiga Murid. Buku yang diberikan Assam kepada Penny yang secara tidak langsung memuluskan dia untuk diterima bekerja di toko Dollagoot. Pengetahuan soal ini akan memudahkan pembaca memahami siapa Dollagoot dan bagaimana cerita toko ini menjadi penting dan terkenal di kota.

Pesan moral yang mengena ke hati

Saya menyebut jika alur cerita dalam novel Dollagoot ini tidak biasa. Umumnya, urutan alur cerita begini: perkenalan, konflik, titik puncak konflik, lalu penyelesaian, yang berfokus kepada tokoh utama. Tapi Dollagoot ini punya alur begini: perkenalan, konflik, perkenalan, konflik, perkenalan, dan konflik. Karena memang tipe cerita Dollagoot ini lebih ke menjelaskan apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu di kota Mimpi.

Misal, ketika perayaan natal, perayaan tahun baru, pagelaran Grand Prix, keseharian Bibi Weather pagi hari sebelum berdinas, kegiatan Dollagoot melayani pesanan mimpi untuk orang lain, dan lain-lain. Semua berupa potongan kegiatan yang dilakukan para tokoh pekerja di Dollagoot, termasuk pelanggan yang bersinggungan dengan Penny dkk.

Konflik besarnya tidak tampak. Tapi tenang saja, jalan ceritanya tetap bisa dinikmati karena muatan pesan moral yang relate dengan kondisi kita masa sekarang.

Saya setuju dengan pernyataan di atas. Selain menambah pengetahuan, kebiasaan membaca dapat melatih otak untuk lebih mengerti suatu masalah. Ini terbukti ketika kita mempelajari rumus excel. Banyak orang yang tidak memahami rumus fungsi IF, padahal bagi orang yang suka membaca, rumus ini sebenarnya berupa kalimat. Jadi ketika rumus-rumus excel dikombinasikan antara satu rumus dengan rumus lain, kita akan lebih paham maksudnya karena rumus tersebut membentuk kalimat.

Pada halaman 106 dibahas mengenai arti masa depan dan tujuan hidup. Kurang lebih menyatakan, "Hidup akan terasa sempurna kalau bisa melewati prosesnya, bukan sekadar tau ujung akhirnya." Penulis menyentil kita semua untuk menikmati proses hidup, jangan terpaku kepada hasil. Jika terpaku kepada hasil, kita bisa berhenti di tengah proses karena melihat hasil yang ingin dicapai tidak sesuai ekspektasi.

Tidur merupakan wahana untuk menghidupkan mimpi. Dan arti penting tidur dibahas di halaman 172-173. Penulis mengingatkan orang-orang yang rela begadang demi main gim, mengutak-atik smartphone, dan menelepon pacar. Padahal, esok harinya mereka harus beraktifitas. Bagi industri mimpi ini kerugian sebab penjualan mimpi menurun drastis karena orang-orang memilih tidur nyenyak dibanding tidur bermimpi.

Pesan lebih mendalam disampaikan penulis lewat pertanyaan yang langsung menohok.

"Sampai kapan aku harus hidup begini?" (hal. 73) menyoroti keputusasaan seorang perempuan muda berusia 28 tahun, yang merasa kehidupannya tidak menarik. Relate banget dengan saya pribadi, yang sejak mendapatkan jabatan baru, kehidupan saya tersedot hampir seluruhnya untuk menyelesaikan pekerjaan. Sehingga keseharian saya tidak menarik dan terasa membosankan sekali.

"Kapan kalian merasa tidak bebas?" (hal. 207) memaksa kita merenungkan keresahan-keresahan apa yang tengah kita rasakan dan itu membuat kita merasa tidak bebas. Salah satu cara untuk bebas adalah dengan menerima kehidupan apa adanya dan paham kalau kehidupan bebas itu memang tidak ada.

Industri Mimpi bagian dari bisnis

Mimpi dalam novel Gollagoot ini menjadi salah satu industri bisnis. Dalam setiap mimpi yang dialami kita, ada produser di belakangnya. Setiap produser memiliki sentuhan dan spesifikasi tertentu pada karyanya. Begitu membaca soal seluk-beluk mimpi, saya membayangkan industri mimpi ini mirip industri film. 

Mimpi dan film sama-sama diputar untuk disaksikan. Keduanya sama-sama dijual-beli. Sampai pada puncaknya, industri mimpi di Dollagoot pun ada malah anugerahnya. Semacam piala penghargaan. Dan dijelaskan malam penghargaan ini merupakan tontonan yang menarik banyak orang dan meriah.



Apakah novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi ini menarik?

Menurut saya buku ini sangat menarik. Bagi saya, novel yang membahas dinamika manusia, selalu punya nilai tersendiri. Saya seperti sedang belajar memahami nilai kebijaksanaan dari cerita-cerita beragam manusia. Dan itu akan membuat kita semua sadar, tidak ada manusia yang sempurna.

Jika saya harus memberi nilai pada novel ini, saya akan menganugerahkan 4 bintang dari 5 bintang.

Nah, sekian ulasan dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!


September 20, 2021

4 Tips Berburu Buku Preloved


Faktanya, pembaca buku lebih banyak membeli daripada membaca. Nggak heran kalau timbunan buku-buku mereka bisa seabreg. Eit, ini juga berlaku buat saya. Jumlah buku yang ada di kosan meningkat drastis dibandingkan jumlah buku yang dibaca.

Kapan buku-bukunya akan dibabat habis?

Nanti lah. Lagian saya nggak berhenti baca buku kok. Cuma bacanya memang pelan-pelan karena mesti memahami isi bukunya. Apalagi saya merasa punya kewajiban nggak tertulis untuk mempublikasikan ulasannya di blog ini. Jadi, harap maklum ya, hehe.

Buku yang kita beli sebenarnya ada dua kondisi, buku baru dan buku preloved

Buku baru adalah buku yang masih fresh terbungkus yang memang disiapkan untuk dijual dalam kondisi prima. Secara kualitas jangan ditanya, mendekati paripurna. Lalu, kalau pun ada cacat cetak, biasanya penerbit atau toko buku membuka lebar-lebar pintu buat banding dan retur. Garansinya berlaku lho.

Dari segi harga pun masih harga pasaran. Beruntung saja jika penerbit atau toko buku mengadakan diskon, sehingga harga bisa turun sedikit.

Sedangkan buku preloved, atau buku bekas pakai, biasanya punya kondisi lepas segel, ada sedikit lipatan, bahkan mungkin kertasnya sudah sedikit menguning. Intinya, kondisi buku ada jejak-jejak pernah dibaca. Sehingga harga buku pun turun sekitar 30%, 50%, bahkan sampai 80%. Suka-suka yang jual aja.

Kali ini saya mau bahas soal pengalaman pribadi ketika memburu buku preloved. Alasan utamanya, biar budget masuk, tapi jumlah buku bisa dapat lebih banyak.

Saya biasanya mencari di akun twitter untuk base buku. Di situ biasanya banyak yang share info menjual atau bahkan mau beli buku preloved. Saya akan membaca semua komentarnya, demi memilah dan mencari, siapa tau ada buku preloved yang murah dan kondisi bagus.

Sejauh ini saya bersyukur pernah membeli buku preloved yang sesuai kriteria, murah dan bagus. Jadi belum pernah kecewa, dan jangan sampai kecewa ya.

Ada beberapa tips nih biar aman beli buku preloved. Cek yuk!

1. Cek gambar buku dan harga. Ini langkah pertama yang saya perhatikan ketika melirik informasi buku preloved. Saya memang kurang suka dengan buku preloved yang kertasnya sudah menguning. Makanya saya akan memilih kondisi buku yang masih seger. Karena saya termasuk golongan penimbun, sehingga buku yang dibeli belum tentu dibaca segera. Kalo sudah menguning kertasnya, pas mau baca nggak bisa dibayangkan kondisinya sudah separah apa.

Rewelnya saya soal kondisi buku, biasanya saya akan minta penjual buku untuk memfotokan sisi bukunya.

Lalu, berikutnya saya akan mempertimbangkan soal harga. Caranya, saya akan mencari tahu harga aslinya, lalu saya cari harga pasar yang berlaku karena biasanya ada harga pasar plus diskon yang sedang berlaku. Kalau harga sudah lebih murah dari dua pertimbangan tadi, langsung memutuskan beli.

2. Cek lokasi pengiriman penjual. Ini juga patut diperhatikan karena menyangkut ongkos kirim dan lama waktu buku akan diterima.

Baru-baru ini saya membeli buku preloved yang saya incar dari lama. Harga sudah masuk. Saya langsung komunikasi dengan penjual dan melakukan transaksi via e-commerce. Lalu hari berikutnya saya pantau pengiriman, tapi kok status nggak berubah ya. Besoknya lagi saya pantau, sudah berubah, tapi kok MAKASAR. Wow, saya alpa memperhatikan penjual ini asalnya dari mana. Bayangkan, buku murah, dikirim dari Makasar ke Cirebon. Jelas memakan waktu. Tapi saya tidak kecewa karena ini salah saya. Beruntungnya pada transaksi ini saya tidak dibebankan ongkos kirim alias gratis.

3. Cek keaslian buku. Penting-penting-penting banget untuk memeriksa informasi dari buku yang dijual, apalagi yang preloved, soal keaslian bukunya. Saya hampir terkecoh antara buku murah yang bajakan dengan buku preloved. Harga biasanya beda tipis alias beti. Begitu dibaca ulang informasinya ada tulisan 'dicetak dengan kertas bla..bla..bla..' atau 'non-ori'.

4. Pilih buku wishlist. Sebab karena harga yang murah, kita bisa terperosok ke pemborosan. Jadi tetap pegang teguh yang namanya budget beli buku. Bulan September ini saya termasuk korban pemborosan sebab membeli buku banyak banget, baik preloved maupun yang baru. Padahal sudah dicadangkan berapa duit khusus beli buku, tapi masih saja pakai pembenaran, "Mumpung murah jeh!"

Nah, itu tadi tips dari saya soal gimana pertimbangan ketika mau membeli buku preloved. Semoga bisa bermanfaat buat kalian yo!

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



September 18, 2021

[Resensi] Cinta Terakhir Baba Dunja - Alina Bronsky



Judul: Cinta Terakhir Baba Dunja

Penulis: Alina Bronsky

Penerjemah: Harisa Permatasari

Editor: Bayu Anangga

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2020

Tebal: 160 hlm.

ISBN: 9786020648224

***

Baba Dunja tidak peduli dengan peringatan pemerintah mengenai tingkat radiasi di kampung halamannya (yang terletak jauh dari Chernobyl), ia bertekad untuk pulang! Dan beberapa tetangga mengikutinya kesana. Bermodal kebun sayur-sayuran dan buah-buahan, penduduk kota itu bisa dibilang memiliki segalanya yang mereka butuhkan.

Petrov yang sakit parah melewatkan waktu dengan membaca puisi cinta di halaman; Marja menjalin cinta dengan Sidorow yang nyaris berusia seratus tahun; dan Baba Dunja mengisi hari dengan menulis surat untuk putrinya. Hidup terasa sempurna. Hingga suatu hari orang asing datang dan mengusik ketenangan kota itu.

***

Untuk bisa menambah daftar bacaan atau koleksi buku, selain beli langsung, kita bisa mencari lewat jalur lain, yaitu ikutan talkshow soal buku atau berburu giveaway. Kalau beruntung, kita bisa nambah buku tanpa keluar dana, alias gratis.

Senengkan kalo gitu? Harusnya sih nggak melirik buku bajakan ya!



Baru-baru ini saya melakukan poin pertama, ikutan talkshow soal buku. Acara yang diselenggarakan oleh Gramedia dengan tagline "Sahabat Baca Novel" dilakukan via zoom pada tanggal 27 Agustus 2021, dengan tema "Bocoran Editor".  Hadir empat editor yang mewakili lini penerbit Gramedia: Kak Hetih Rusli (Gramedia Pustaka Utama), Kak Aninda Nurrahmi (Kepustakaan Populer Gramedia), Kak Pramonoadi (Grasindo) dan Kak Noni Mira (Bhuana Ilmu Populer). 

Dengan dimoderatori oleh Kak Hestia, keempat nara sumber membeberkan cerita mereka dalam menangani naskah-naskah yang masuk, utamanya untuk menerjemahkan buku luar negeri. Banyak cerita dan pengalaman seru yang dibagikan mengingat keempat penerbit ini sama-sama bisa menerbitkan buku terjemahan. Ada satu momen hak cipta terjemahan sebuah buku diperebutkan untuk diterjemahkan. Siapa yang ngalah, siapa yang dapat, prosesnya seru sekali.

Lalu pada akhir acara, Kak Hestia menyebutkan penanya beruntung yang akan mendapatkan hadiah. Dan beruntungnya saya termasuk salah satunya. Pada acara itu saya sempat menanyakan beberapa pertanyaan, salah satunya mengenai kemungkinan-kemungkinan para editor melirik buku yang tidak hype tapi bagus, istilahnya "mutiara dalam lumpur" gitu. 

Selain itu, saya juga menanyakan perihal ada kemungkinan nggak menerbitkan terjemahan buku luar negeri misalnya dari Polandia atau negara lainnya yang selama ini belum pernah diterjemahkan oleh penerbit mana pun di Indonesia.

Dan buku yang jadi hadiahnya adalah ini, Cinta Terakhir Baba Dunja karya Alina Bronsky. Salah satu buku terjemahan yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

***


Novel Cinta Terakhir Baba Dunja menceritakan kehidupan seorang nenek yang tinggal di Desa Tschernowo, desa yang diklaim sebagai desa kematian pasca tragedi reaktor pada tahun 1986. Pemerintah menyatakan jika segala yang di desa itu mengeluarkan radiasi yang berbahaya. Semua penduduk dievakuasi ke desa sebelah, Desa Malyschi. Baba Dunja yang dipaksa anak perempuannya , Irina, untuk ikut tinggal Jerman, menolak dengan banyak alasan. Namun, pada satu waktu Baba Dunja memilih kembali ke desa Tschernowo, disusul oleh orang tua lainnya.

Selain Baba Dunja, ada juga tetangga lainnya yang tinggal di desa itu: Marja, pasangan Mr. dan Mrs. Gavrilow, Lenotschka, Petrow, dan Sidorow

Setengah buku pertama, penulis mengulas karakter dan kehidupan sehari-hari setiap tokoh yang ada di desa tersebut. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari kehidupan para orang tua itu, sebab pada dasarnya desa itu adalah desa mati. Keseharian mereka dilalui dengan banyak keterbatasan. Keberadaan mereka di desa itu seolah mereka tengah menikmati hidup dengan apa adanya sambil menunggu ajal tiba.

Ini persis ketika wabah covid melanda, dan ada penduduk di blok tertentu terpapar, maka blok itu ditutup. Orang luar tidak bisa masuk; dilarang masuk atau takut masuk. Ini juga terjadi di Desa Tschernowo, orang luar hanya berani berkunjung di perbatasan, tidak ada yang berani masuk. Bahkan tenaga medis dan peneliti akan memakai APD lengkap ketika datang berkunjung. 

Masalah datang ketika muncul orang baru di desa itu, seorang ayah dan anak kecil. Dan pada petang itu terjadi satu kejadian yang akan membuat Baba Dunja harus mendekam di penjara.

Menjadi Tua Menjadi Payah

Ketika membaca novel ini, saya memikirkan beratnya menjadi tua. Penyakitan, gampang lelah, dan kemampuan indera berkurang. Terlebih jika kita tua nanti tidak ada anak atau orang lain yang mengurus kita, akan sangat menyedihkan. Kehidupan Baba Dunja dan yang lainnya cukup mengingatkan kita pentingnya mempersiapkan masa tua yang gemilang bak emas. Dan itu hanya bisa dipersiapkan sejak kita masih muda dan mampu. Misalnya menjaga pola hidup sehat, menyiapkan tabungan, dan membangun hubungan baik dengan orang lain.

Yang paling membuat hati terenyuh adalah mereka yang kesepian. Baba Dunja merasakan itu, kedua anaknya dan cucunya jauh di tempat lain. Sebenarnya banyak cara membunuh rasa sepi, tapi jujur, rasa sepi tetaplah rasa sepi. Diingkari segimana pun, hati kita mengakuinya, dan itu menyedihkan. Baba Dunja memilih membaca buku bekas. Marja bahkan sampai memelihara kambing di dalam rumah agar merasakan ada mahluk hidup di sekitarnya.

Semoga kita semua kelak tidak mengalami kepayahan dan kesepian ketika menjadi tua. Amin!

Melihat Makna Keluarga

Yang mengejutkan saya menjelang akhir buku, penulis memaparkan makna keluarga yang membuat hati menghangat. Hubungan Baba Dunja dan Irina yang terpisah membuat ikatan keluarga jadi dingin dan rawan. Jarang bertemu, jarang menelepon. Kabar soal Irina hanya didapatkan lewat surat yang dikirimkan bersama paket kebutuhan sehari-hari. Bahkan Baba Dunja belum pernah bertemu dengan Laura, cucu perempuannya. Sehingga dia menciptakan bayangan Laura sebagai cucu perempuannya yang cantik dan manis. Walau pada akhirnya Irina menjelaskan keadaan sebenarnya.

Laura bayangan Baba Dunja memiliki rambut pirang, bermata sedih dan berwajah cantik dengan senyumnya yang manis. Tetapi versi Irina berlawanan, Laura menggunduli rambutnya, mencuri uang orang tuanya, pernah mengalami keracunan alkohol, dan dikeluarkan sekolah dua kali.

"Aku melakukan banyak kesalahan, Ibu."

"Tidak," ujarku. "Aku yang melakukan banyak kesalahan..." (hal. 147)

Ini jelas menohok kita semua, kita harus menciptakan keluarga yang harmonis dan solid. Membangun sekuat-kuatnya pondasi keluarga agar segala masalah yang timbul di luaran, bisa dihadapi karena kita yakin ada keluarga yang menguatkan di belakang, baik lewat bantuan mereka atau doa-doa mereka.

Dan sebagai anak, kita perlu sensitif terhadap perasaan orang tua. Ketika kita ada masalah, percaya saya, yang paling merasa sedih dan bersalah adalah orang tua. Ribuan penyesalan menyerbu, "Seharusnya saya dulu membuat dia begini, seharusnya dia bisa mendapatkan pendidikan begini, dan lain-lain."

Apakah novel Cinta Terakhir Baba Dunja ini menarik?

Bagi saya menarik, membaca novel dengan karakter utama para lansia, menjadi pengalaman membaca yang berbeda dengan sebelumnya. Karena dimensi kehidupan yang dipaparkan penulis bukan pengalaman yang sudah saya alami, membuat novel ini jadi pengingat dan nasihat ketika saya jadi lansia kelak.

Kalian tidak akan menemukan konflik yang bikin tegang atau kehebohan seperti novel thriller atau petualangan. Tapi novel ini punya value untuk diambil hikmahnya. Saya memberi nilai untuk novel ini 3 bintang dari 5 bintang.

Saya penasaran dengan karya Alina Bronsky yang " The Hottest Dishes of the Tartar Cuisine" yang katanya dinobatkan sebagai buku terbaik pada tahun 2011 oleh banyak media masa internasional.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga terus kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


[ poster talkshow Gramedia diunduh dari postingan twitter akun @bukugpu ]