November 05, 2021

[Resensi] Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam - Dian Purnomo

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam

Penulis: Dian Purnomo

Editor: Ruth Priscilia Angelina

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2020

Tebal: 320 hlm.

ISBN: 9786020648453

***

Magi Diela diculik dan dijinakkan seperti binatang. Sirna sudah impiannya membangun Sumba. Kini dia harus melawan orangtua, seisi kampung, dan adat yang ingin merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan. Ketika budaya memenjarakan hati Magi yang meronta, dia harus memilih sendiri nerakanya: meninggalkan orangtua dan tanah kelahirannya, menyerahkan diri kepada si mata keranjang, atau mencurangi kematiannya sendiri.

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam ditulis berdasarkan pengalaman banyak perempuan korban kawin tangkap di Sumba. Tradisi kawin tangkap menggedor hati Dian Purnomo untuk menyuarakan jerit perempuan yang seolah tak terdengar bahkan oleh Tuhan sekalipun.

***

Cerita dimulai dengan menghilangnya Magi Diela, perempuan muda yang bekerja sebagai honorer di kecamatan dan lulusan sebuah kampus di Yogyakarta. Kemudian terdengarlah kabar jika Magi ditangkap oleh Leba Ali, pria setengah baya yang sudah beristri dan dikenal mata keranjang, sebagai perempuan yang mengikuti adat Yappa Mawine atau kawin tangkap. Dangu Toda, pemuda sekaligus teman masa kecil Magi, marah besar ketika hal tersebut terjadi. Sebab tidak pernah dia dengar ada pembicaraan dan perjanjian soal lamaran antara Magi dan Leba Ali. Karena sebelum Yappa Mawine dilakukan, antara pihak laki-laki harus sudah ada kesepakatan dengan keluarga perempuan mengenai lamaran yang berujung pada jumlah belis atau mahar.

Malam itu juga Magi yang tidak sadarkan diri ditaklukan oleh Leba Ali dengan melakukan pemerkosaan sehingga pada umumnya korban kawin tangkap akan menurut dengan proses selanjutnya karena merasa dirinya sudah tidak perawan untuk menolak. Jika sampai menolak adat ini, akan jadi aib bagi keluarga perempuan. Dan Magi yang bersikeras menolak adat kawin tangkap ini akhirnya  menggigit pergelangan tangan hingga dia harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah kondisinya lebih baik, Magi nekat meninggalkan kampung halaman demi menghindari kawin tangkap dan kawin paksa yang dilakukan atas kesepakatan ayahnya dan Leba Ali.

Novel Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam merupakan novel drama yang memiliki nilai lokal yang begitu sarat. Dengan membawa latar Pulau Sumba, penulis menceritakan salah satu adat  yang cukup meresahkan karena bertentangan dengan hak-hak perempuan. Yappa Mawine atau kawin tangkap yaitu proses menangkap perempuan oleh pihak laki-laki, dibawa ke rumahnya dan dikawinkan. Pada proses ini yang lebih menyedihkan adalah si perempuan akan ditaklukan dengan cara diperkosa sehingga dia tidak punya pilihan selain meneruskan proses perkawinan selanjutnya. 

Penulis menyoroti dua hal dalam novel ini yang memang perlu perhatian khusus menimbang ini akan membenturkan antara hukum negara dengan hukum adat. Pertama, mengenai kawin tangkap yang menjadi simbol adat yang mengekang perempuan atas pilihan hidupnya. Adat ini membunuh perempuan untuk menjadi dirinya sendiri dan untuk menentukan masa depannya. Perempuan hanya menjadi objek untuk keputusan yang diambil oleh laki-laki tanpa bisa menolak. Posisi Magi dalam kawin tangkap ini tidak bisa menggugat kepada Leba Ali dan ayahnya karena proses ini rupanya sudah didahului oleh kesepakatan mereka. Magi berada pada posisi tidak berdaya.

Magi yang melarikan diri bukan semata-mata lari, tapi dia barengi dengan belajar lebih banyak mengenai kebebasan dan hak-hak perempuan untuk menentukan hidupnya. Kesimpulannya adalah perempuan harus berwawasan luas, harus berdaya dan harus mandiri sehingga dia bisa berkuasa atas dirinya sendiri. 

Kedua, mengenai kejahatan seksual yang dianggap biasa dengan alasan bagian dari adat. Pemerkosaan Magi sebagai bentuk penaklukan laki-laki terhadap perempuan menjadi simbol jika perempuan tidak cukup berharga dan bisa diperlakukan dengan semana-mena. Dan mirisnya, bahkan penegak hukum tidak bisa berkutik jika kasusnya dibenturkan dengan hukum adat. 

Ironisnya, lagi-lagi dalam proses mencari keadilan Magi harus berhadapan dengan penegak hukum yang berkoalisi dengan pelaku sehingga hukum tidak bisa menjeratnya. Uang berkuasa sepenuhnya untuk menghentikan proses hukum yang dicari Magi. Sehingga keberadaan LSM bisa membantu kasus yang susah diteruskan karena terhalang uang suap. Hanya saja saat ini tidak semua LSM memiliki visi dan misi membantu masyarakat. Banyak juga LSM yang nakal, tidak membantu tapi minta dibayar.

Membaca novel yang membahas mengenai adat budaya dari suatu suku selalu menyenangkan karena saya belajar sisi lain dari wajah Indonesia. Dan saya merasa takjub dengan keberadaan adat yang begitu mengikat warga sukunya sehingga adat dianggap segalanya dibandingkan hukum negara. Tapi menurut saya masih lebih banyak adat yang bersifat baik, dalam artian tidak bertentangan dengan HAM, hukum negara, atau pun hukum agama. Sebelumnya saya juga begitu memuji novel yang kategori ini: Pertanyaan Kepada Kenangan karya Faisal Oddang, Satu Kisah yang Tak Terucap karya Guntur Alam, dan Sekaca Cempaka karya Nailiya Nikmah JKF.

Sedangkan untuk sisi kritik sosial yang dibawa penulis mengingatkan saya dengan novel karya Okky Madasari. Dan saya rasa novel dengan kritik sosial akan sangat berguna untuk menyuarakan pendapat, atau minimalnya novel ini dapat menjadi rekaman jika pada satu masa pernah ada kejadian sosial tertentu yang pantas dikritik.

Gaya bercerita penulis mudah dipahami dan diikuti. Ceritanya runut walaupun ada narasi yang menceritakan masa lalu. Bagi saya justru yang butuh adaptasi adalah penggunaan bahasa daerah yang lumayan membingungkan. Sebab pada novel ini lumayan banyak kalimat yang menggunakan bahasa daerahnya.

Yang membuat novel ini hidup berkat karakter Magi Diela yang digambarkan sebagai sosok perempuan berpendidikan yang kuat melawan adat demi mendapatkan haknya sebagai perempuan. Dia juga cerdas menghadapi konfliknya walau untuk melaksanakan rencananya butuh pengorbanan yang besar. Kurangnya di novel ini tidak diceritakan detail bagaimana Magi belajar soal LSM dan ilmu apa saja yang dia praktikan di bidang pertanian ketika dia sedang dalam pelarian. Yang paling menonjol hanya bagaimana Magi melakukan perlawanan kepada ayahnya dan kepada Leba Ali.

Karakter Leba Ali sebagai tokoh rival Magi dalam kemelut adat kawin tangkap. Dia hanya digambarkan sebagai pria paruh baya yang mengedepankan nafsu, ringan tangan, dan terlibat kongkalikong dengan pejabat daerah. Sedangkan Dangu Toda dijelaskan sebagai pemuda teman masa kecil Magi yang memiliki pikiran lebih luas karena dia belajar banyak dari wisatawan yang datang ke Pulau Sumba. Dangu dijadikan pahlawan dalam kasus Magi, sekaligus simbol roman yang harus terhalang adat.

Usai membaca novel ini membuat saya merasa lebih paham kenapa perlu sekali memperlakukan perempuan dengan hormat. Mereka juga manusia yang memiliki hak-hak yang sama dengan pria. Selain itu novel ini juga menekankan untuk kita agar lebih banyak belajar sebab di lapangan terlalu banyak problematika yang hanya bisa diselesaikan jika kita paham. Pada akhirnya benar kata Dangu, adat itu buatan manusia, ada yang bisa diteruskan tapi banyak juga yang bisa ditinggalkan.

Untuk novel yang bikin meringis dan penuh emosi ini saya memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



November 04, 2021

[Resensi] Mata dan Rahasia Pulau Gapi - Okky Madasari

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Mata dan Rahasia Pulau Gapi

Penulis: Okky Madasari

Editor: Dwi Ratih Ramadhany

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2018

Tebal: November 256 hlm.

ISBN: 9786020619385

***

Matara, yang gagal masuk ke sekolah impian, bersama orangtuanya pindah ke Pulau Gapi di wilayah timur laut kepulauan Indonesia. Kepindahan ini tak hanya membawa Matara ke tempat-tempat baru, tapi juga membawanya menyusuri waktu, menjelajahi masa lalu. Mulai dari masa ketika kapal-kapal besar pertama kali mendarat dan menjadikan pulau itu sebagai salah satu pusat dunia, masa ketika ilmuwan besar Wallace menulis surat pada Darwin dari salah satu sudut pulau itu, masa ketika bendera merah-putih telah dikibarkan di seluruh pulau tapi justru membuat pulau itu sepi dan terlupakan. Hingga masa terbaru, ketika Matara dan dua sahabatnya harus menyelamatkan pusaka-pusaka Pulau Gapi.

Mata dan Rahasia Pulau Gapi merupakan buku kedua dari kisah Mata menjelajahi Nusantara, setelah buku pertamanya, Mata di Tanah Melus. Buku selanjutnya: Mata dan Manusia Laut.

***

Ada rasa yang bercampur antara sedih, kecewa, marah, kesal, ketika Matara gagal masuk SMP favorit di Jakarta. Padahal segala usaha sudah dilakukan agar Matara tergolong anak-anak yang cerdas. Di tengah kesedihan itu, papa Matara membawa kabar kalau dia mendapatkan pekerjaan baru di luar Jawa, tepatnya di Kepulauan Maluku. Lebih spesifik di Pulau Gapi.

Di pulau itu Matara bertemu dengan kucing istimewa yang bisa bahasa manusia, Molu. Bersama kucingnya itu, Matara melakukan petualangan hebat di salah satu benteng yang sudah jadi puing-puing, hingga ia bertemu dengan si Laba-laba yang merupakan jelmaan baru dari anjing yang dipelihara Sultan

Kabar buruk tentang benteng yang akan diubah menjadi mall membuat Laba-laba marah. Sehingga dia nekat menyakiti orang yang mengusik benteng dengan gigitannya yang mematikan. Semakin orang-orang proyek berambisi, Laba-laba semakin berusaha menggagalkan. Beruntung dia dibantu oleh Matara dan Molu.

Setelah kemarin saya membaca novel anak ketiga dari series Menjelajahi Nusantara yang berjudul Mata dan Manusia Laut, rasanya kurang lengkap kalau saya meninggalkan novel keduanya ini. Dan saya bersyukur bisa membacanya novel anak ini.

Di novel ini pembaca akan diajak ke Kepulauan Maluku, tepatnya di Pulau Gapi. Dari pulau Gapi kita bisa melihat dua pulau yang berdampingan: Pulau Meitara dan Pulau Tidore. Pemandangan ini bahkan muncul di uang kertas seribu.

Ciri khas Pulau Gapi menurut novel ini adanya Gunung Gamalama dan benteng-benteng peninggalan zaman dulu. Terkait sejarah di Pulau Gapi, atau secara umum di Maluku, akan dituturkan oleh kucing bernama Molu, yang merupakan kucing istimewa karena usianya tidak pernah tua sehingga terbilang dia hewan abadi yang melintasi banyak generasi. Pada perkenalan pertama dengan Matara, Molu menceritakan banyak kisah masa lalu termasuk sejarah yang dia saksikan di Maluku ini.

Sejarah penjajahan yang dialami penduduk Maluku terdiri dari tiga fase: penjajahan Portugis, penjajahan Belanda, dan penjajahan Jepang. Beberapa masa terbilang aman ketika Sultan bisa mengendalikan kekuasaan sehingga penjajah bisa diusir dari tanah Maluku. Tapi setiap pergantian Sultan memiliki perbedaan cara memimpin. Sehingga kondisi Maluku pun berubah-ubah.

Bagian menarik dan dramatis ketika Molu menceritakan kisah hidup orang Portugis bernama Adao yang kemudian dia menikahi perempuan Pulau Gapi bernama Faida. Saat usia senja mereka, Portugis berhasil digulingkan. Banyak yang bersembunyi di benteng. Mereka sudah khawatir akan dibantai oleh pasukan Sultan. Tetapi dengan kebijaksanaan Sultan, mereka dilepaskan dan dipersilakan meninggalkan Kepulauan Maluku sebelum matahari terbenam.

Namun Adao dan Faida tidak turut serta. Mereka merasa Pulau Gapi adalah rumah mereka sehingga mereka ingin mati di pulau ini. Kebijaksanaan Sultan mengampuni mereka dengan syarat berupa pengabdian menjaga pusaka kerajaan di Danau Tolire. Sampai ajal menjelang, pasangan ini kemudian berubah menjadi buaya putih yang menjaga Danau Tolire.

Maluku sering disebut sebagai pulau seribu benteng. Menurut penelusuran saya di beberapa artikel ada beberapa bentang yangs sering disebut yaitu: Benteng Toloko (Portugis), Benteng Oranje (Belanda), Benteng Kalamata (Portugis), dan Benteng Kota Janji (Portugis). Latar benteng yang dipakai dalam novel ini lebih mendekati ke penjelasan Benteng Kota Janji sebab penjelasan mengenai benteng ini disandingkan dengan sejarah pembunuhan Sultan Khairun dan memicu pengusiran orang-orang Portugis pada masa itu. Ini relevan dengan penjelasan Molu ketika menceritakan Sultan yang kepalanya dipenggal saat diundang oleh orang-orang Portugis.

Membaca novel yang dikarang oleh Okky Madasari secara penceritaan memang sudah sangat baik. Poin-poin yang disampaikan cukup padat sehingga mudah dipahami. Apalagi penulis sudah menyesuaikan pemilihan diksi untuk menyampaikan informasi dengan sudut pandang tokoh anak. Sehingga tokoh Matara bukan terbilang anak 12 tahun yang serba tahu.

Dari novel ini kita diajak untuk mengenali sejarah melalui peninggalan pada masa lalu. Salah satunya adalah keberadaan benteng yang merupakan bagian tak terpisahkan dengan sejarah negara ini. Selain itu, penulis juga ingin mengajak kita semua untuk menyadari arti penting sejarah sehingga kita bisa sama-sama menjaga cagar budaya dengan baik. Ini berkaitan dengan konflik dalam novel ini soal mau merubah cagar budaya menjadi bangunan modern.

Untuk petualangan Matara dengan kawan barunya, Molu dan Laba-laba, saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

November 03, 2021

Rekap Bookmail Oktober 2021


Halo! Apa kabar?

Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena bulan Oktober 2021 terlewati dengan damai dan lancar.  Saya berhasil membaca buku lumayan banyak, yaitu sebanyak 17 buku. Yeay!!!



Dan berikut ini adalah rekapan bookmail kedua yang saya buat untuk melengkapi rasa syukur karena sudah diberikan kesempatan untuk membeli dan membaca buku.

Nah, kira-kira buku apa saja yang saya dapatkan di bulan Oktober 2021 kemarin, yuk simak bareng-bareng!


1. Supernova #2: Akar - Dee Lestari

2. Supernova #4: Partikel - Dee Lestari

1 paket seharga 70.000

Setelah bulan lalu saya membeli Supernova #1: KPBJ, saya membeli novel kelanjutannya untuk menggenapkan koleksi, dan kedua buku ini saya beli kondisi preloved.


3. Selamat Tinggal - Tere Liye

4. Negeri Para bedebah - Tere Liye

5. Negeri di Ujung Tanduk - Tere Liye

6. Your Name - Shinkai Makoto

Series Negeri Para Bedebah @50.000, Your Name 70.000, Selamat Tinggal 65.000

Awalnya mau beli yang series Negeri Para Bedebah ini saja, tapi pas diliat buku lainnya malah tertarik juga. Alhasil beli 4 buku sekaligus.


7. Selamat Tinggal - Tere Liye (Hadiah)

gratis karena ini hadiah :)

Jadi, pada tanggal 25 September 2021 saya ikut diskusi klub buku Goodreads Indonesia yang membahas novel terbaru Kak Smita Diastri berjudul Resepsi. Dan di acara itu saya terpilih mendapatkan gift. Dan gift-nya adalah buku ini. Seru dan senang kalau ikutan diskusi buku, terus bisa dapat novel pula, hehe.


7. Salt to The Sea - Ruta Sepetys

8. The Silent Patient - Alex Michaelides

Salt to The Sea & The Silent Patient @60.000

Novel Salt to The Sea ini banyak dipuji oleh pembacanya. Saya sudah lama mencari-cari novel ini dengan harga yang wajar. Kalau di ecommerce harganya sudah tidak wajar dan jarang pula stock-nya. Begitu di base buku twitter ada yang jual bundling, saya langsung ambil. Tinggal mencari novel Ruta lainnya yang berjudul Between Shades of Gray.


9. Sang Belas Kasih - Haidar Bagir

10. Alkimia Cinta - Haidar Bagir

Sang Belas Kasih 59.000, Alkimia Cinta 24.500

Pada waktu itu saya sedang mengalami masalah dan merasa perlu membaca buku agama yang bisa memotivasi. Dan saat melihat akun MizanStore sedang membuka PO ini, maka saya pun langsung membelinya. Buku yang insyaallah akan memberi manfaat untuk siraman rohani.


11. Selimut Debu - Agustinus Wibowo

12. Garis Batas- Agustinus wibowo

13. Jalan Panjang untuk Pulang - Agustinus Wibowo

14. The Poppy War - R. F. Kwang

15. Traveline Past - Luna Torashyngu

Selimut Debu 67.500 Garis Batas 66.500 Jalan Panjang 65.000 The Poppy War 67.500 Traveline Past Gratis karena bonus :)

Keempat buku ini saya beli di acara Gramedia Book Fair dengan diskon 50%, dan ini adalah belanjaan saya di tanggal 5 Oktober 2021. Sedangkan novel Traveline Past merupakan novel bonus. Gramedia kalau sering-sering bikin acara diskon 50% akan bikin menyenangkan untuk pembaca buku, hehe.

16. Relung Rasa Raisa - Lea Agustina Citra

17. Second Sister: Putri Kedua - Cahn Ho-Kei

18. Harga Sebuah Percaya - Tere Liye

19. Pasukan Buzzer - Chang Kang-Myoung

HSP 42.500, Second Sister 92.500, PB 47.500, RRR 39.500

Ini tuh buku yang saya beli di Gramedia Book Fair juga, dengan diskon 50%, tapi pembelanjaan di tanggal 6 Oktober 2021. Saya beli karena minat dengan Second Sister dan Pasukan Buzzer.


20. Temeraire 1: His Majesty's Dragon - Naomi Novic

22. Temeraire 2: Throne of Jade - Naomi Novic

Temeraire #1 42.500, Temeraire #2 50.000

Ini paket kedua belanjaan di Gramedia Book Fair dengan diskon 50% yang saya CO tanggal 6 Oktober 2021. Saya tertarik membaca series ini karena ada gambar naganya, haha.


23. Dibo Bocah Berlidah Panjang - Arif Al-Khotib

24. Komik Pancasila - Immalevav

25. Senja Di Mata Bintang - Dhea Chandra

26. Panggilan Hati - Priya Kumar

Paket Senja & Panggilan 26.900, Paket Dibo & Komik 21.700

Saat Penerbit Baca mengadakan promo buku murah saya langsung beli karena faktor harga. Tanpa melihat itu buku apa. Soalnya saya percaya buku selalu punya manfaat walau sekadar wawasan.


27. Ikigai - Hector Garcia & Francesc Miralles

28. Hygge - Marie Tourell Soderberg

1 Paket seharga 115.974

Saya sudah lama ingin punya buku Ikigai dan baru ketika Penerbit ReneBooks mengadakan promo, barulah saya beli bukunya. Tujuan beli ini karena memang saya ingin memperbaiki kebiasan sehari-hari jadi masih butuh banyak banget panduan walaupun belum tentu semua saya turutkan.


29. Lesap - Veronica Gabriella

30. Friend With Bittersweet love - Pia Devina

31. Satu Hari Bersama Mantan - Ninna Rosmina

Lesap 26.000, FWB 28.000, Satu Hari 34.000

Karena memang lagi promo murah makanya saya beli ketiga buku ini. Apalagi saya jarang banget membaca buku yang diterbitkan Penerbit Falcon. Makanya saya mau coba membaca lagi, siapa tau dari ketiga buku ini ada yang klik dengan selera saya.


32. Animal Farm - George Orwell

33. '1984 - George Orwell

1 Paket 93.100

Sebenarnya saya sudah punya novel Animal Farm tapi setiap kali membaca ebook-nya nggak pernah selesai. Saya nekat untuk membeli fisiknya. Dan benar saja, saya bisa menyelesaikan membaca novel ini.


34. Infinitely Yours - Orizuka

35. Aftertaste - Sefryana Khairil

36. Serenada di Ujung Senja - Millea

37. A Moment To Love You - Robin Wijaya

38. Kiara - Dinni Adhiawaty


1 Paket 60.000


Lagi-lagi bulan Oktober banyak sekali yang menggelar promo murah, termasuk paket buku ini yang asalnya dari Penerbit Kawah Media. Tanpa berpikir lagi saya langsung membeli beberapa judul yang menurut saya menarik.

39. Love Theft - Prisca Primasari

40. Central Park - Guillaume Musso

41. Alex Approximately - Jenn Bennett

1 Paket 55.000

Ini juga paket dari promo murah Penerbit Haru. Jadi saya tidak akan melewatkannya.


42. The Psychology of Money - Morgan Housel

43. Menumis Itu Gampang Menulis Tidak - Mahfud Ikhwan

Psychology 48.000, Menumis 40.000

Ini saya beli lantaran tertarik dengan buku The Psychology of Money dan pas liat deretan buku lainnya, saya tertarik juga dengan buku yang satunya. Alhasil dibeli juga, hehe.


44. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi - Yusi Avianto Pareanom

Raden 60.000

Ini sebenarnya buku yang dipuji-puji banyak pembaca sehingga ketika ada preloved murah, saya langsung tertarik membelinya.

***

Nah, teman-teman segitu posting-an bookmail untuk bulan Oktober ini. Total ada 44 buku dengan uang sejumlah 1.698.174,- Jumlah yang banyak dan lebih dari cukup untuk jadi bahan bacaan sampai akhir tahun tanpa harus beli lagi. Untuk menebus kekhilafan saya, tampaknya harus rajin baca dan mengeratkan ikat pinggan uang untuk beli buku. Semoga bisa, hehe.

Oke, sekian dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

November 01, 2021

[Resensi] Lebih Senyap Dari Bisikan - Andina Dwifatma

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Lebih Senyap Dari Bisikan

Penulis: Andina Dwifatma

Editor: Teguh Afandi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2021, cetakan pertama

Tebal: viii + 155 hlm.

ISBN: 9786020654201

***

Di akhirat nanti, kalau aku ketemu Tuhan, akan kutanyakan kenapa Dia bikin tubuh perempuan seperti makanan kaleng. Kubayangkan di bawah pusar atau pantatku ada tulisan: Best Before: Mei 2026.

Amara dan Baron dikepung pertanyaan mengapa belum punya anak. Aneka usaha untuk hamil nyatanya telah mereka lakukan, dari yang normal hingga ekstrem. Namun, persoalan tidak selesai tatkala Amara hamil dan melahirkan. Ada yang tidak ditulis di buku panduan menjadi orangtua, ada yang tidak pernah disampaikan di utas Program Hamil.

Lebih Senyap dari Bisikan merupakan novel kedua Andina Dwifatma, setelah Semusim, dan Semusim Lagi (2013)—pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Novel ini membuka mata pembaca dengan kisah Amara dan pahit manis kehidupan perempuan dalam menemukan apa yang berharga.

***

Delapan tahun menikah dan belum punya anak membuat pasangan Amara dan Baron hampir putus asa. Segala cara sudah dilakukan tapi belum kunjung membuahkan hasil. Tetapi perjuangan keras dan panjang mereka akhirnya berujung indah. Amara bisa memiliki anak. Apakah ini tujuan akhirnya? Bukan, masalah datang lagi ketika anak sudah lahir, yaitu mengurus anak, yang ternyata membuat keharmonisan pasangan ini diuji untuk saling membantu dan memahami.

Ketika kehidupan mereka sedang ditata setelah ada anak, musibah datang menimpa Baron yang harus mengalami rugi besar di pasar uang. Mobil ditarik dealer, rumah disita bank. Tidak ada yang tersisa. Kesabaran benar-benar menguji mereka. Apa yang salah sebenarnya?

Novel Lebih Senyap Dari Bisikan memang tipis tapi di dalamnya mengandung cerita rumah tangga yang padat. Novel dewasa ini meringkas beberapa masalah yang timbul ketika berumah tangga dan saya rasa novel ini harus dibaca oleh siapa pun agar tahu kalau berumah tangga bukan soal 'aku cinta kamu' dan 'kamu cinta aku', tetapi ada tanggung jawab besar yang harus dipikul.

Setelah membaca keseluruhan novel ini, saya akan menyimpulkan kalau akar masalah yang dihadapi Amara dan Baron dimulai dari pernikahan mereka yang tidak direstui dan juga beda agama. Saya meyakini jika restu orang tua mutlak akan membawa kita kemana. Amara menikah dengan Baron tanpa restu ibunya. Sehingga sejauh apa pun Amara berusaha, berlari, dan menganggap segalanya baik-baik saja, satu ujung mereka akan menemukan masalah besar. Restu orang tua adalah kunci hidup baik-baik saja.

Banyak sekali pengalaman yang membuktikan hal ini. Saya pun mengalaminya ketika saya memaksakan diri kuliah, padahal saat itu orang tua lebih setuju saya kerja, dan hasilnya saya harus putus di tengah jalan ketika kuliah. Lain cerita dengan sepupu yang meminta izin menikahi perempuan yang berada di luar kota, dan sang ibu hanya menjawab dengan pertanyaan, "Apa nggak kejauhan?" Dan tak lama kemudian pernikahan itu batal. Makanya saya masih menganggap restu orang tua itu sakral.

Pernikahan beda agama menjadi isu dari beberapa yang dibahas dalam novel ini. Saya yang beragama islam tentu berpendapat tidak setuju dengan pernikahan beda agama. Aspek sah dan tidak sah pernikahan bagi saya sangat penting. Dan jika tetap dilangsungkan pernikahan beda agama, maka secara agama hubungan suami istri pasangan ini masih kategori zina. Pernikahan mereka tidak diakui agama. Jika melanggar ajaran agama akan berakibat buruk, dan jika menuruti ajaran agama akan membawa berkah, sederhananya prinsip di agama islam begini.

Bagian proses melahirkan yang diceritakan begitu menyakitkan digambarkan penulis dengan detail dan jelas. Menunggu pembukaan sampai benar-benar si bayi lolos keluar merupakan pertaruhan hidup dan mati. Bahkan pada proses itu si calon ibu akan mengalami kesadaran pada perasaan dan kehidupan yang selama ini diabaikan. Amara baru merasa perlu minta maaf kepada ibunya ketika dia merasakan sakit yang begitu tak tertahankan, padahal selama ini dia selalu punya pembenaran atas keputusannya.

Pada bukaan keenam, aku ingin menelepon Mami dan meminta maaf karena telah menjadi anak durhaka. Bukaan ketujuh, aku menjerit-jerit minta operasi. Bukaan kedelapan, kupikir aku akan mati. Bukaan kesembilan. aku sangat ingin berak, seperti sudah sembelit selama dua belas purnama
(hal. 52).

Masalah lain muncul ketika anak itu lahir. Selain soal uang, mengurus anak juga harus dipertimbangkan dengan baik. Amara harus mengurus anak tanpa pendampingan ibunya. Padahal sebaik-baik guru dalam mengurus anak adalah orang tua, sebab mereka sudah lebih dulu menguji hal itu. Pada bagian ketika anak Amara digigit tikus dan dengan histeris dia membawa ke rumah sakit, itu puncak keputusasaan betapa lelah mengurus anak kecil. Dan puncaknya ketika Amara hampir berhasil membekap anaknya dengan bantal merupakan bukti bahwa support system keluarga sangat penting bagi ibu yang baru punya anak. Mereka butuh bantuan, mereka butuh nasihat, mereka butuh petunjuk soal bagaimana mengurus anak karena pelajaran ini nggak pernah ada di sekolah maupun kuliah. Saya hampir menangis membaca bagian ini karena saya ingat cerita pengalaman rekan kerja yang baru menjadi ibu, mempunyai anak adalah tanggung jawab baru yang segalanya butuh kesabaran tinggi.

Di tengah huru-hara soal mengurus anak, Baron tertimpa musibah kerugian uang ratusan juta akibat perdagangan uang yang dia lakukan tidak sesuai ekspektasi. Mobil ditarik dealer, rumah disita bank, tidak ada yang tersisa di tangan mereka. Baron semakin kacau dan berujung jadi pengangguran. Kebangkrutan ini merubah kondisi hubungan suami istri. Sampai-sampai Baron khilaf menampar Amara. Amara lebih bingung karena harus menghadapi suaminya yang sudah kehilangan gairah hidup dan harus mengurus anak mereka yang masih bayi. 

Keputusan akhir yang dipilih Amara sekaligus keputusan penulis mengakhiri kisahnya memang melegakan tapi tidak cukup memuaskan saya. Sebab di sisi Baron saya tidak mendapatkan gambaran apa yang terjadi setelah insiden bayi mereka yang digigit tikus dan atas kepulangan Amara kepada ibunya.

Penyampaian penulis untuk kisah Amara dan Baron berumah tangga sangat baik dengan pemilihan diksi yang lugas dan jelas. Alurnya mengalir dengan lembut dan topik masalah rumah tangga dijelaskan dengan baik sehingga saya sebagai pembaca bisa ikut merasakan apa yang pasangan ini rasakan.

Karakter yang muncul pun begitu hidup. Amara digambarkan sebagai perempuan cerdas yang manut suami. Walaupun dia dididik dengan disiplin oleh ibunya, Amara justru tumbuh menjadi perempuan yang mengenal demokrasi dan diskusi. Sehingga permasalahan yang muncul dalam rumah tangganya mampu dia pikirkan dengan matang. Baron sebagai suami memiliki karakter yang tanggung jawab. Walaupun ketika musibah besar melanda, dia memilih untuk meratapi, bukan berdiskusi dengan baik bersama si istri. 

Yang masih mengganjal buat saya adalah sosok Yani, pengasuh bayi Amara, yang kemudian pada beberapa bagian seperti ada narasi mencurigakan. Saya menangkap hubungan gelap antara Baron dan Yani. Tapi ini hanya dugaan sebab tidak ada narasi yang jelas dan lantang yang mengungkapkan hal ini.

Usai membaca novel Lebih Senyap Dari Bisikan ini saya mendapatkan intisari mengenai bagaimana kita harus memiliki adab untuk meminta restu orang tua dalam segala aspek kehidupan. Sebab saya menganggap restu orang tua adalah hal sakral untuk membuka jalan hidup kita. Dan keputusan akhir yang disajikan penulis mengenai konsep pulang, memang pilihan yang tepat. Seburuk apa pun kita saat ini, orang tua adalah tempat pulang paling baik. Mereka akan membukakan pintu selebar-lebarnya dan menjamu kita sebaik-baiknya meski kita pernah mengajak mereka perang di masa lalu.

Untuk novel rumah tangga yang penuh konflik internal ini saya memberikan nilai 5 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

----------------------------------------------------------

MONDAY BOOK REVIEW

Oya, karena hari ini bertepatan dengan hari Senin, jadi ulasan buku kali ini saya masukkan sebagai postingan Monday Book Review yang digagas oleh Kak Ira di blognya: irabooklover.com

Label ini berlangsung dengan harapan akan bisa mempertemukan dan menggiatkan kembali blogger-blogger buku sehingga bisa lebih produktif dalam mengelola blognya ataupun dalam kegiatan membaca buku.

Bagi teman-teman yang mau ikut serta, silakan langsung berkunjung ke postingan Kak Ira yang membahas soal label Monday Book Review ini dengan mengklik poster di bawah ini:

Oktober 30, 2021

[Resensi] Mata dan Manusia Laut - Okky Madasari

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Mata dan Manusia Laut

Penulis: Okky Madasari

Editor: Dwi Ratih Ramadhany

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2019

Tebal: 232 hlm.

ISBN: 9786020630281

***

Kabar di media internasional tentang manusia-manusia yang bisa menyelam di laut tanpa alat membawa Matara dan ibunya ke kepulauan Sulawesi bagian tenggara. Di kepulauan yang menjadi rumah bagi manusia-manusia laut itu, Matara berjumpa dengan Bambulo, bocah Bajo yang sejak balita sudah berenang dan menyelam di laut, layaknya seekor ikan. 

Berawal dari rasa penasaran, dua bocah itu mengarungi lautan, hal yang sesungguhnya biasa dilakukan oleh orang Bajo. Namun lautan punya irama dan aturan yang harus selalu diikuti. Kelalaian Bambulo menghadirkan bencana sekaligus petualangan menakjubkan bagi mereka. Mata dan Manusia Laut merupakan buku ketiga dari kisah Mata menjelajahi Nusantara, setelah Mata di Tanah Melus dan Mata dan Rahasia Pulau Gapi. Buku selanjutnya: Mata di Dunia Purba.

***

Novel Mata dan Manusia Laut menceritakan tentang petualangan Mata ketika dia dan ibunya berkunjung di Kecamatan Kaledupa untuk mempelajari soal cerita manusia laut. Pada satu hari ketika ada pesta budaya sedang berlangsung, Mata dan anak Bajo bernama Bambulo menelusuri lautan untuk mencapai alto, lingkaran panjang karang tempat dimana ayahnya Bambulo biasa mencari ikan. Hanya saja hari itu Bambulo melupakan pantangan yang selama ini ditaati warga Sama, dilarang berlayar pada saat bulan purnama.

Kegiatan mereka singgah di alto ternyata membawa bencana tsunami. Ombak lautan menyeret Mata dan Bambulo ke dasar samudra yang disebut Masalembo. Pada tengah perjalanan, Mata ditangkap oleh gurita raksasa. Bambulo yang terpisah justru bertemu dengan orang-orang penghuni lautan. Maka misi menyelamatkan Mata pun dimulai.

Saya pernah membaca novel anak series Menjelajahi Nusantara yang pertama berjudul Mata di Tanah Melus dan mengikuti informasi novel lainnya tetapi baru kesampaian membacanya sekarang. Salahnya lagi, saya lanjut langsung ke novel ketiga, bukan ke novel keduanya. Yah, semoga setelah ini selesai, bisa ada kesempatan membaca novel keduanya.

Masih mengenai petualangan anak bernama Matara yang melakukan perjalanan jauh bersama mamanya untuk riset buku. Matara, anak 12 tahun menjadi penegas jika novel ini ditulis untuk anak-anak. Agar lebih menarik, penulis kemudian merajut kisah petualangan sebagai bahan bakar ceritanya. Kali ini pembaca akan dibawa menyelami kedalaman samudera lautan.

Karena ceritanya untuk anak-anak, penulis membawa dongeng dengan kemasan yang memacu pembaca untuk turut berimajinasi membayangkan dunia fantasi yang dibangun. Pada novel ini saya cukup menikmati membayangkan dunia bawah laut, Masalembo, yang digambarkan sebagai sebuah perkampungan. Ada orang-orangnya, ada rumah-rumah yang dibangun dari kapal-kapal, juga ada fasilitas lainnya seperti di daratan.

Yang paling seru tentu saja membayangkan makhluk keturunan orang Masalembo dengan Dewa Laut, yang fisiknya perpaduan antara manusia dan makhluk laut. Ada yang percampuran manusia dengan gurita, percampuran manusia dengan ikan, dan ada juga percampuran manusia dengan kerang. Ketika membayangkan mereka saya justru ingat kepada tokoh utama di film Luca. Apalagi mahluk ini juga disebutkan masih usia anak-anak. 

Sudah menjadi ciri khas novel Okky Madasari, pasti akan disisipkan isu dan kritik sosial yang memberikan kita wawasan baru mengenai keadaan sosial di negeri ini. Pertama, isu lingkungan hidup terutama untuk habitat laut sangat ditekankan di novel ini. Penduduk di pulau-pulau Sulawesi Tenggara sangat menjaga kelestarian habitat laut karena mereka menyadari penghidupan utama mereka berasal dari laut. Ini tergambar pada alasan kenapa ketika bulan purnama jadi pantangan untuk memburu ikan sebab pada waktu itulah ikan-ikan bertelur. Telur inilah yang kelak menjadi penerus induk ikan yang ditangkap oleh nelayan.

Kedua, kritik pada tindakan suap yang dilakukan oleh petugas patroli kepada kapal-kapal yang berlayar. Praktik ini bukan berita baru, tapi menjadi berlawanan dengan yang dilakukan menteri yang menenggelamkan kapal-kapal luar ilegal. Pemerintah bergerak ketat, beberapa oknum bersikap longgar. Miris memang membayangkan hal ini.

Karena tokoh utamanya anak, maka penulis membatasi diksi yang dipakai sehingga kritik dan isu yang dibahas pun begitu tipis sebatas yang bisa dipahami oleh anak-anak. Padahal menurut saya isu dan kritik di novel ini lumayan populer sebagai pembahasan orang-orang dewasa. Sedangkan untuk kemampuan Okky membangun dunia fantasi dalam narasi-narasinya sudah tidak diragukan lagi. Saya begitu menikmati kisah Matara dan Bambulo ini.

Yang membuat saya agak kurang terhubung dengan cerita di novel ini adalah petualangan mereka melintasi samudera, dan ketika mereka terombang-ambing di laut, terlalu dramatik untuk dilakukan anak-anak. Momen heroik begitu bahkan jarang ditemukan pada orang dewasa. Sehingga menjadi ganjalan besar bagi saya untuk menganggap itu normal.

Karakter Matara dan Bambulo digambarkan sebagai anak polos yang kadang ingin menonjol di mata orang lain, tapi di sisi lain mereka keterbatasan pengetahuan sehingga lebih banyak mengikuti ego dan keingintahuan yang sedang besar-besarnya.

Usai membaca novel ini pembaca akan mendapatkan pesan untuk menjaga lingkungan hidup secara keseluruhan, bukan hanya habitat laut. Sebab tindakan manusia terhadap lingkungan hidup akan memiliki dampak. Jika merawat akan memberikan dampak baik, jika merusak akan membawa bencana. Tapi kadang kita lupa akan efek ini, ditutupi oleh keserakahan untuk menggerus manfaat lingkungan tersebut.

Mengikuti petualangan Matara dan Bambulo di lautan yang seru membuat saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang. Novel ini pas sekali dikenalkan kepada pembaca anak-anak.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Oktober 28, 2021

[Resensi] Katarsis - Anastasia Aemilia

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Katarsis

Penulis: Anastasia Aemilia

Editor: Hetih Rusli

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2019, cetakan kedua

Tebal: 272 hlm.

ISBN: 9786020322025

***

ka·tar·sis: n (Psi) cara pengobatan orang yg berpenyakit saraf dengang membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dng bebas; (Sas) kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.

Seluruh keluarganya tewas dalam pembunuhan sadis, sementara Tara ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kotak perkakas kayu. Dengan bantuan Alfons, psikiaternya, polisi berusaha menemukan sang pembunuh lewat Tara yang mengalami trauma berat. Teka-teki pembunuhan ini makin membingungkan setelah muncul Ello, pria teman masa kecil Tara. Kematian demi kematian meninggalkan makin banyak tanda tanya. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?

***

Novel Katarsis ini menceritakan sebuah tragedi pembantaian di rumah milik pasangan Arif dan Sasi Johandi yang ada di Bandung. Yang tewas pada tragedi itu adalah Sasi dan Bara Johandi (ayah Tara), sedangkan Arif terluka parah. Tapi ditemukan juga di dalam kotak perkakas keponakan mereka yang bernama Tara Johandi. Yang lebih mencengangkan, sepupu Tara yang bernama Moses ditemukan tubuhnya dimutilasi dan sudah membusuk. Pada kasus ini yang kemudian tertuduh adalah buronan pencuri; Martin Silado dan Andita Pramani. Mereka mengelak karena pada saat itu mereka mengaku sedang merampok rumah di sebelahnya.

Polisi kemudian mulai mencari tahu kejadian yang sebenarnya di rumah itu dengan menggali kisahnya dari korban yang selamat. Tara yang secara mental terguncang dimasukkan ke rumah sakit jiwa dengan pendampingan psikiater bernama Alfons. Tara merupakan pasiennya sebelum tragedi ini terjadi. Pelan-pelan Alfons mencoba menggali kepribadian Tara yang memiliki obsesi aneh dengan koin lima rupiah.

Di Jakarta justru muncul teror pembunuhan berantai dengan ciri yang sama pada setiap korbannya: korban dimasukkan ke kotak perkakas dan ada koin lima rupiah di jasadnya. Alfons pun diminta oleh temannya, Jerry, untuk memberikan analisis terhadap kasus ini. Alfons merasa kasus ini ada kaitannya dengan Tara karena memiliki penghubung yaitu koin lima rupiah.

Alfons membawa Tara ke Jakarta untuk terus dilakukan perawatan sampai akhirnya Tara mengalami kemajuan pesat. Tara bahkan bertemu dengan Ello, pemuda yang menurutnya bisa mengerti keadaannya, dan mereka memiliki kedekatan sebagai pasangan kekasih.. Tapi hubungan mereka tidak membuat Tara merasa harus membuka masa lalunya yang sangat kelam kepada Ello. Alfons yang akhirnya terlibat dalam kasus pembunuhan berantai ini menemukan titik terang. Tapi sebelum dia mengungkapkan siapa pelakunya, dia menjadi korban selanjutnya.

Novel Katarsis ini memiliki genre Thriller Mystery karena ceritanya berkutat pada kasus pembunuhan dan pembaca diajak untuk menebak siapa pelaku sebenarnya. Sebenarnya semakin dibaca ke halaman berikutnya, kita akan mudah menebak si pelaku yang kejam ini. Dan yang kemudian menjadi poin menariknya adalah apa motif pembunuhan itu dan akan berakhir bagaimana kisah Katarsis ini.

Yang paling mengena buat saya, novel ini secara terang-terangan menguliti keadaan psikologi orang psikopat. Menurut website Alodokter, psikopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani. Meski sering digunakan, psikopat bukanlah istilah medis yang tepat untuk kondisi ini, melainkan gangguan kepribadian antisosial.

Kengerian psikopat berupa mereka bisa membunuh siapa saja tanpa melihat siapa korbannya, bahkan mereka bisa membunuh keluarganya sendiri. Otak psikopat tidak melihat tindakan kejianya sebagai kesalahan. Mereka tidak kenal yang namanya penyesalan. Justru mereka akan menemukan alasan pembenaran kenapa tindakan itu harus dilakukan. Dan tentu saja alasan itu akan bersifat egois, demi kepentingan kondisi dirinya.

Orang yang psikopat biasanya tidak memiliki rasa sakit. Mereka tidak akan meringis atau mengerang ketika terluka. Makanya mereka bisa memanipulatif lingkungan dan orang sekitar dengan membuat dirinya terluka seolah-olah jadi korban. Mereka juga suka melihat darah. Warna merah segar yang menggenang akan membangkitkan sisi psikopat mereka sehingga tindakannya bisa lebih brutal. Bagi mereka darah itu seperti tombol on untuk menghidupkan naluri sadisnya.

Cerita thriller identik dengan adegan bunuh-bunuhan dan pada novel Katarsis ini pembaca akan dipuaskan dengan narasi yang jelas dan detail mengenai kesadisan yang dilakukan tokoh-tokoh psikopatnya. Salah satu contohnya adegan menguliti kulit kaki korban berhasil membuat saya ngilu membayangkan prosesnya. Dan unsur misteri dalam novel ini pun dibuka dengan pelan-pelan. Yang memuaskan tentu saja misterinya yang bertahap-tahap sehingga sepanjang membaca novelnya kita akan dibuat kaget, geram, sekaligus bingung harus bersimpati dengan pelakunya atau dengan korban yang ketika meninggal perannya di novel ini pun selesai.

Penulis menggunakan gaya bercerita yang lugas karena genre novel ini lebih memerlukan detail ketimbang keindahan bahasa. Alurnya terbilang campuran dan disampaikan dengan POV Pertama dari tokoh yang berganti-ganti: Tiara, Alfons, dan Ello.

Dari novel Katarsis ini pada akhirnya kita sebagai pembaca akan memahami jika ada beberapa orang yang terlahir dengan memiliki gangguan emosi. Dan jika tidak diketahui selagi masih gejala, ini akan berbahaya bagi si pengidap maupun bagi orang-orang di sekitarnya. Mereka perlu terapi dari ahlinya dan support system dari lingkungan. Kasus psikopat begini sebenarnya mengingatkan kepada kita semua pentingnya memiliki kesehatan jiwa, health mental. Jangan sampai depresi, frustasi, dan traum,a membuat pengidapnya memiliki gangguan jiwa yang lebih parah.

Untuk keseruan mengikuti ketegangan dan misteri yang disajikan penulis dalam novel Katarsis ini saya memberikan nilai 5 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!