[Resensi] Mencari Simetri - Annisa Ihsani


Judul: Mencari Simetri
Penulis: Annisa Ihsani
Penyunting: Mery Riansyah
Penyelaras aksara: Yuliono
Desain sampul: Sukutangan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Agustus 2019
Tebal: 240 hlm.
ISBN: 9786020629360
ISBN digital: 9786020629353

Sinopsis
Umur April sudah 29 tahun. Pekerjaannya sudah bagus dan fleksible, bisa dikerjain di kosan atau rumah. Tapi dia gundah oleh cerita asmaranya dengan Armin, rekan kerja prianya yang kadang cuek, kadang begitu perhatian. Hubungan mereka tidak jelas, sehingga April tidak bisa melanjutkan langkahnya mau kemana. Enam tahun April terus memupuk harapan kepada Armin. Sedangkan kalau dibandingkan dengan sahabatnya, Sita, dia sudah menikah dan akhirnya punya bayi.

Dalam keluarga, Mama harus ke Semarang untuk mengurus neneknya. Papa ditinggal di rumah dan mulai melupakan banyak hal. April kemudian memegang tanggung jawab terhadap papanya karena Kak Laras sibuk dengan keluarganya.

Apakah April bisa melewati krisis hidup di usianya yang sekarang?

Resensi
Nama penulis Annisa Ihsani merupakan salah satu penulis yang karyanya saya ikuti. Buku Mencari Simetri ini merupakan buku keempat karya Annisa yang saya baca. Untuk membaca resensi buku Annisa lainnya, silakan klik judulnya berikut ini: Buku A Untuk Amanda, Buku Teka-Teki Terakhir, dan Buku A Hole in The Head.

Menurut kabar, buku Mencari Simetri ini merupakan karya Annisa yang keluar dari kebiasaannya karena dia mengambil lini Metropop. Buku-buku terdahulunya terbilang di lini Teenlit/Remaja. Tentu saja ini bikin penasaran bagaimana Annisa meramu konflik dewasa, apakah akan sama serunya atau justru Annisa menjadi bukan Annisa.

Krisis Usia Menjelang Usia Tiga Puluh Tahun

Saya yakin banyak yang mengalami kegalauan ketika umur sudah mendekati angka tiga puluh. Biasanya mereka akan men-screening dirinya sendiri, lalu dibandingkan dengan orang lain di sekitarnya. Hasilnya adalah rendah diri. Seperti yang dialami tokoh April, dia merasa dirinya gagal, hidupnya tidak berhasil, dan merasa tertinggal dibandingkan dengan pencapaian orang terdekatnya. Contohnya, April melihat Sita, sahabatnya, sudah sangat enak karena di usia sekarang dia sudah menikah, bahkan sebentar lagi dia punya bayi. Sedangkan April merasa dirinya masih jauh untuk menyamai Sita.

Pikiran menikah saja tidak ada. April masih bergelut dengan perasaannya yang kerap di naik-turunkan oleh Armin. Kedekatan mereka tidak membawa mereka kemana-mana. Hanya senang berbagi letupan indah di dada ketika sedang bersama tanpa ada yang mau memulai membicarakan komitmen. April galau karena urusan ini.

Cinderella Syndrom Atau Hanya Ketidaksiapan?

Mengikuti kisah April dengan kebucinannya (budak cinta) membuat saya mempertanyakan pola pikirnya yang menolak segala bentuk komitmen besar. Misalkan dia belum memikirkan menikah dan masih senang dengan konsep berbunga-bunga ala remaja belia. Atau ketika dia bingung untuk pindah kosan ke rumah, sedang di depannya ada alasan besar yang mengharuskan dia pindah, dan keraguannya itu didasari ketidakinginan April memikul tanggung jawab merawat papanya yang akan membuat zona nyamannya terrenggut.

Kalian pernah dengar Cinderella syndrom? Sindrom yang menyebabkan orang dewasa bersikap kanak-kanak. Cinderella syndrom ini sebutan bagi penderita perempuan, sedangkan bagi penderita laki-laki disebutnya Peterpan syndrom. Begitu membaca kisah April, saya menduga dia mengidap sindrom ini. Apalagi ending cerita April digantung, yang bikin saya makin heran kenapa dia tidak bisa melihat kisah asmaranya dengan sudut pandang yang lain. Tapi saya tidak bisa memastikan hal itu, bisa saja April memang tipe perempuan yang memiliki prinsip kuat terkait keputusan yang menyangkut dirinya.

Berbakti Kepada Orang Tua Itu Tidak Mudah Dan Harus Dilakukan

Selain urusan asmara, April terseret untuk mengurus papanya yang mulai menunjukkan gejala pikun. Mamanya mendadak harus ke Semarang mengurus Eyang Uti yang mulai sakit-sakitan, bahkan sampai berbulan-bulan Mamanya di sana. April baru merasakan bagaimana sulitnya membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga.

Ada beberapa bagian cerita yang akan mengingatkan kita untuk memperhatikan orang tua kita dan akan membuat hati kita terenyuh. Yaitu ketika kita mendapati sosok orang tua kita ternyata sudah tua. Melihat tubuh mereka yang mulai bungkuk, melihat kulit mereka yang mulai keriput, dan melihat rambut mereka yang mulai beruban. Ini bikin kita berpikir sudah sejauh mana kita berbakti kepada mereka.


Perubahan Bentuk Perkawanan Di Atas 25 Tahun

Ketika kita sudah lulus kuliah dan kemudian bekerja, ada yang berubah dari bentuk perkawanan. Jangan tanya soal perkawanan SD, SMP, dan SMA. Itu pasti sudah berubah sejak kita naik tingkat sekolah. Dan perkawanan kuliah pun berubah juga. Sebab kita akan disibukkan oleh pekerjaan, oleh pergaulan tempat kerja, bahkan oleh prioritas hidup lainnya.

Hubungan April dan Sita pun berubah ketika Sita menikah dan akhirnya punya anak. April merasakan betul waktu sahabatnya itu berkurang banyak untuk dirinya karena Sita punya prioritas baru. Pada saat beginilah dibutuhkan kedewasaan menyikapi perubahaan yang terjadi. Kita tidak bisa menuntut orang lain mengikuti ritme hidup yang kemarin-kemarin, tetapi yang dibutuhkan adalah menyesuaikan diri dengan prioritas kita yang baru.

Mereka Menyebalkan Dan Bikin Hilang Simpati

Sepanjang membaca buku Mencari Simetri ini, kita akan dikenalkan kepada beberapa tokoh. Sayangnya, saya tidak bertemu dengan satu tokoh pun yang saya sukai. Menurut saya tokoh utama di novel ini sangat menyebalkan.

April jelas-jelas perempuan yang begitu mengagungkan kebenaran pilihannya. Memilih pasangan saja dia begitu ingin yang sesuai dia mau dengan alasan, "Saya yang akan menjalani." Tidak salah sebenarnya, tapi ada kalanya sebagai manusia kita juga begitu didominasi egois dan belum tentu yang kita yakini itu benar. Banyak sekali orang di sekitar saya yang karena usia sudah matang, atau kelewat matang, akhirnya memilih pasangan dengan menurunkan egoisnya. Mereka mulai melihat dengan kacamata orang tua dan sahabat-sahabatnya. Toh tidak ada orang yang menyayangi kita akan memberikan kepada kita pilihan yang buruk.

Armin pun bukan pria yang patut dibanggakan walau senyumnya manis dan dia bisa sangat perhatian. Benar kata Sita, Armin tipe pria yang senang menebar remah-remah untuk perempuan, tapi enggan memberikan kue utuh. Dia senang di kelilingi perempuan, memperhatikan mereka, tapi tidak ada dipikirannya untuk memiliki. Senang sebatas itu saja. Orang menyebutnya pria pemberi harapan palsu.

Lukman juga membosankan. Kalau dari segi materi, dia mapan, Kalau soal perhatian, dia jagonya. Kalau soal membangun hubungan yang berwarna, ini dipertanyakan. Saya masih bingung dengan karakter dia yang ingin mengajak April serius tapi tanpa memberi kesan dulu. Kesan nyaman dan kesan membahagiakan. Bayangkan saja yang dilakukan Lukman itu sekadar ngajak makan dan nonton, lalu tiba-tiba memperkenalkan April ke keluarga. Caranya tepat tapi dia tidak mempertimbangkan perasaan April yang terkejut. Entah ini karena ceritanya dipersingkat atau beneran dikonsep demikian.

Akhirnya dan Rating
Pemilihan konflik yang pas untuk menyasar pembaca dewasa dan banyak mengingatkan soal beberapa hal yang akan dialami ketika menginjak usia tiga puluh. Fase krisis yang butuh ekstra tenaga untuk bisa melewatinya. Dan saya memberikan nilai untuk buku Mencari Simetri ini dengan nilai 3 dari 5.

*****

  • "... Ketika orang-orang menaruh ekspektasi mereka terhadapmu dan kau tidak mau memenuhinya, itu bukan salahmu. Kau tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang." (Hal. 52)
  • "Janganlah terlalu sering membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain...." (Hal. 96)



10 komentar:

  1. Seperti biasa gw suka gaya elo din hahahha
    Maksudnya saya suka penceritaaan review buku ala ala dirimu, beneran kubaca dari awal sampai akhir

    Dan buku dengan tokoh central usia2 kritis gini seperti biasa konfliknya jauh lebih runcin bin relatable dengan kehidupan kita sehari2,

    Jadi berasa kayak mencermati cerita dengan tema sekolah kehidupan, mulai dari asmara yang digantung karena satu mempertahankan ego dan pilih2, dua lakinya ga tegas alias bener tuh paling bete ma laki mkdel begini, suka php, ibaratnya uda dijunjung tinggi banget eee akhirnya cuma dihempat kenceng2 biar yang jadi sasaran langsung down, terus masalah bakti orang tua yang sudah sepuh jelas kadang klo lagi nglamun suka yang kepikiran udah kasih apa sih aku ke mereka hiks, apalagi kalau ortu beneran udah ga sesehat dulu layaknya jadi bayi lagi, bener2 penerapan konsep bakti yang nyata dengan ngopeni langsung walau di dalam cerita si aprilnya juga gajebo alias masih bingung ngejalanin ini itunya, terus pertemanan setelah usia2 25 tahun ke atas, dan aku setuju memang di lingkup pertemanan kayak gini udah ga bisa lagi sedeket ala-ala masa abg atau sekolah, karena balik lagi masalah prioritas

    Btw aku ngakak baca istilah bucin, gaul juga kamu din hahaha

    Klo buku penulis yang lain aku pernah liatnya yang A buat amanda di toko buku

    Ps, baru tau istilah peterpan syndrom loh aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terima kasih nih atas pujiannya Mbak Nita. Jadi tambah semangat untuk terus bikin resensi yang informatif.

      Iya, saya membacanya pun serasa digaplok. Banyak hal yang diingatkan oleh penulis: Berbakti kepada orang tua, pertemanan, bahkan asmara.

      Taulah sedikit-sedikit istilah kekinian soalnya suka nongkrong di twitter hehe.

      Buku yang A Untuk Amanda pun saya sudah baca. Seru juga itu.

      Hapus
  2. Membaca karya sastra kadang rumit bagi saya yang "engineer minded". Tapi ulasan ini sangat menarik, menggugah imajinasi kepada kompikasi kehidupan dalam ruang waktu kehidupan sementara orang. Ada hubungan cinta asmara, keluarga, persahabatan dsb.

    Kadang sementara orang bisa hidup tanpa kepastian saat mereka berada di persimpangan jalan, atau menghadapi ketidak pastian. Tampaknya itu hal biasa.

    Sementara ada orang yang selalu berkalkulasi (seperti kami) dan tidak ingin ketidak pastian menjadi gangguan dalam hidup. Dan itu memang sangat tidak mudah. Namun dengan bekerja keras rasanya segalanya akan bisa teratasi.

    Sukses selalu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas, sudah mampir. Dan bener sih, sesuatu kadang rumit buat satu orang, tapi mudah buat orang lainnya. Balik lagi, apakah kamu menyukai sesuatu itu atau justru sebaliknya.

      Hapus
  3. wow aku belum baca buku ini plus A Hole in the Head ya, yang lainnya udah dan lumayan berkesan terutama A untuk Amanda, endingnya keren...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sudah baca semuanya. Hehe. Semoga nggak ada yang terlewat.

      Yang A Untuk Amanda kayaknya di resensi saya kesannya biasa aja. Tapi entahlah, mungkin lain waktu harus baca ulang lagi.

      Hapus
    2. emang biasa aja sih sebenernya malah kesannya aneh soalnya penyakit dia unik, terus settingnya juga aneh banget entah di mana.... cuma cara Amanda memandang sesuatunya keren apalagi pas dia udah nerima dirinya sendiri

      Hapus
    3. Hahahaha. Bener banget, sakitnya amanda tuh aneh. Obsesi nilai A bukan sih?

      Jarang diangkat oleh penulis lain juga kok temanya. Apalagi menyampaikannya dengan diwakili tokoh anak sekolah. Nggak nyangka banget ada kasus demikian.

      Hapus
  4. dari beberapa tahun lalu, resolusi untuk bisa menulis sebuah novel belum tercapai. dan sepertinya, harus banyak baca, biar lebih banyak refrensi yang didapat.

    ada rekomendasi buku yang alur ceritanya seru untuk dibaca?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sudah lama memendam resolusi membuat novel dan akhirnya memperbanyak membaca buku. Siap, semoga tahun 2020 saya bisa merampungkan novela, paling tidak.

      Saya paling seneng baca Bilangan Fu - Ayu Utami dan Malaikat - Agung Rusmana. 2 karya itu merubah pribadi saya.

      Hapus