[Resensi] My Other Half - Cyndi Dianing Ratri


Judul:
My Other Half

Penulis: Cyndi Dianing Ratri

Editor: Tesara Rafiantika

Penerbit: GagasMedia

Terbit: 2016, cetakan pertama

Tebal: viii + 168 hlm.

ISBN: 9787808599

Novel ini menceritakan kesedihan Adinda yang secara mendadak mendapatkan kabar kalau saudara kembarnya, Aninda, meninggal karena penyakit kanker. Kemarahannya melebar menyinggung banyak kesedihan di masa lalu, dimana kehidupannya berubah total sejak keputusan orang tuanya untuk bercerai. Sejak perceraian itu, Adinda diasuh ayahnya, sedangkan Aninda diasuh ibunya. Mereka yang saudara kembar dipisahkan, dan berakhir pada titik perpisahan yang tidak akan ada kesempatan lain untuk bertemu kembali.

Secara keseluruhan, cerita novel ini dapat diikuti dengan lancar. Di beberapa bagian, penulis bisa membuat saya hanyut dalam kisah sedih yang dialami dan dirasakan Adinda. Apalagi jika sudah menyangkut perpisahan yang rasanya bagi siapa pun tidak adil untuk diterima, apalagi untuk dipahami. Mungkin juga karena tema besar novel ini adalah keluarga, sehingga bagi saya sendiri sangat mudah menerima kisah si kembar yang harus dipisah kematian.

Novel ini juga punya suasana suram. Sejak awal pembaca diajak untuk menyelami perasaan Adinda yang tidak sempat mengucapkan perpisahan kepada saudara kembarnya. Dan sampai akhir cerita, aura suram itu tetap melekat. Penulis yang mencoba menghadirkan keceriaan di ujung kisahnya, tetap tidak berhasil mengusir rasa sedih yang dari awal sudah dibangun. 

Apakah kemudian kisah di novel ini menjemukan?

Menurut saya tidak, sebab fondasi dari novel ini berangkat dari rasa sedih itu. Penulis seperti sedang menggali perasaan manusia pada umumnya ketika dihadapkan pada perpisahan. Bagaimana kita bisa menerima kenyataan atas kepergian seseorang yang kita sayangi. Bagaimana kita bisa menerima jika di balik perpisahan ada hikmah yang bisa diambil. Bagaimana kita bisa kembali melanjutkan hidup pasca terpuruk dipaksa perpisahan. Novel ini memang menekankan tentang move on dari kesedihan.

Rajutan kisah si kembar ini dikemas dengan plot campuran, maju dan mundur. Plot maju lebih mengeksplorasi Adinda menerima kenyataan, sedangkan plot mundurnya berfokus pada penjelasan kejadian masa lalu yang membuat Adinda sebegitu sedihnya. Yang menarik lagi, flashback di novel ini diceritakan melalui bagian tulisan diary yang ditulis Aninda, dibaca Adinda. Sehingga pembaca bisa paham perasaan yang dirasakan baik Anin atau Dinda.

Hal lain yang menjadi catatan saya adalah gaya bercerita penulis yang menurut saya masih kurang lues untuk menyajikan cerita dengan karakter dewasa. Pada awalnya saya kira si kembar ini berusia remaja. Tetapi tak lama kemudian saya mendapati fakta kalau Adinda dan Aninda ini sudah bekerja, mereka bukan anak sekolah. Saya mendapatkan kesan mereka masih sekolah karena gaya bahasa yang begitu rapi dan santun, ditambah minim sekali informasi dunia kerja pada karakter di novel ini. Hampir keseluruhan novel ini diisi penjelasan tentang kesedihan dan keadaan keluarga di sekitar si tokoh.

Pelajaran yang kemudian bisa diambil setelah membaca tuntas novel ini adalah keluarga merupakan harta paling berharga, tempat kita kembali pulang setelah mengalami banyak prahara di luar rumah. Jadi, berusahalah terus menciptakan keharmonisan di tengah keluarga, sebab keluarga yang kondusif akan membentuk kepribadian yang baik untuk anggota keluarga.

***

Alhamdulillah, saya kembali belajar menulis resensi lagi, walau saya akui masih sangat kaku dan masih sangat bertele-tele. Semoga ini langkah awal untuk memulai mengaktifkan kembali blog buku ini.

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!




0 komentar:

Posting Komentar