Tampilkan postingan dengan label literasi jepang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label literasi jepang. Tampilkan semua postingan

Maret 03, 2024

Resensi Novel Diary Of A Void - Emi Yagi

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Diary Of A Void

Penulis: Emi Yagi

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Penerbit: Penerbit Bentang

Terbit: Januari 2020

Tebal: 196 hlm.

ISBN: 9786231862815


Premis Novel Diary of A Void

Shibata adalah karyawan perempuan di sebuah perusahaan yang memproduksi tabung kertas. Dan ia mulai muak dengan kebiasaan rekan kerja yang lain yang selalu mengandalkannya untuk membuatkan kopi atau teh buat tamu, membereskan ruang rapat setelah jamuan, bahkan membetulkan mesin fotocopy saat ada kertas yang macet.

Dan dengan spontan (uhuyyy!!!) terucaplah pengakuan kalau ia sedang hamil. 

Rekan kerjanya mulai membatasi mengandalkan Shibata. Atasannya pun melonggarkan waktu kerja sehingga Shibata bisa pulang pada jam normal. Sekarang, Shibata mulai bisa menikmati banyak hal setelah jam kantor. 

Tetapi kebohongan yang sudah kadung diumumkan membuat Shibata melakukan berbagai cara agar tidak terbongkar. Kebohongan itu membawa pada kebohongan lainnya.



Resensi Novel Diary of A Void

Novel ini memotret satu kejadian yang ada di tempat kerja, perlakukan karyawan pria kepada karyawan wanita dengan membebani pekerjaan tambahan layaknya seperti pembantu. Di beberapa kantor tindakan ini menjadi kebiasaan. Dan jadi beban untuk mereka yang tipe enggak enakan untuk bilang, "Maaf, saya enggak bisa."

Jika tidak segera ditangani, kejadian ini secara langsung menguatkan dan menyuburkan sistem patriarki di lingkungan kerja. Karyawan pria sebagai penguasa dan pemegang otoritas. Bukan tidak mungkin, praktik ini bisa mengurangi produktifitas karyawan perempuan dalam pekerjaannya. Dan satu kebohongan itu terucap dengan tujuan menghentikan kesewenang-wenangan.

Bermula dari kebohongan itu, tokoh utama novel ini mulai mempelajari tentang ibu hamil. Apa yang biasa dilakukan, apa yang dirasakan, dan apa yang berubah dari ibu hamil. Kita pun akan mendapatkan banyak informasi mengenai itu semua.

Salah satu yang mengejutkan saya ternyata ada senam aerobik untuk ibu hamil. Yang saya tahu aerobik itu gerakannya lincah. Apa ini tidak membahayakan janin ya? Mungkin manfaat bagus lainnya mengikuti kelas aerobik ini adalah mempertemukan beberapa ibu hamil untuk bisa berbagi pengalaman. Di sini pun disinggung masalah-masalah yang dialami oleh ibu hamil, terutama psikis, yang dipicu lingkungan atau pasangan (suami).

Sebagai novel yang diganjar penghargaan, saya justru tidak menemukan kesan mendalam pada ceritanya. Karena menurut saya fokus penulis justru lebih banyak memberi tahu soal pengalaman ibu hamil daripada mengulik bagaimana menegangkannya menyembunyikan kebohongan soal kehamilan.

Bagi beberapa pembaca, bisa saja ini novel yang membosankan. Konfliknya bukan yang meledak-ledak dan membuat penasaran dengan endingnya, ditambah gaya penulisannya yang lebih banyak narasi. Tipikal sastra jepang, penulis terlalu banyak memasukkan detail dan pembaca seperti diuji untuk memproyeksikannya, haha.



Fokus cerita dominan mengikuti tokoh Shibata yang introvert, enggak enakan, dan selalu melihat sesuatu dari sisi positif. Karakter yang tergolong baik, tapi jika terlalu polos justru akan menyusahkan diri sendiri. Ada karakter pria rekan kerja Shibata bernama Higashinakano yang menyita perhatian. Awalnya saya kira perhatian dia karena didorong rasa suka, tetapi ternyata itu dilakukan karena dia punya pengalaman susahnya mempunyai anak. Cerita mengharukan buat saya.

Ada juga karakter Hosono, teman Shibata di kelas aerobik, yang dalam percakapan curhat mereka pada tengah malam, membeberkan tentang susahnya mengasuh bayi sekaligus mengurus pekerjaan rumah. Hosono marah dengan keadaan karena suami pun belum bisa ikut membantu dalam dua hal tadi. 


"Sementara suamiku? Apaan-apaan? Kalau Yuri menangis malam-malam, suamiku bakal kesal dan mengeluh, besok dia harus bangun pagi, lah. Enggak, masih bagus kalau dia benar-benar kesal. Dia itu ya, bersikap kesal sambil merasa dia selalu sabar dan enggak pernah kesal. Betul-betul menyebalkan. Padahal kelihatan jelas dia kesal, tapi sikapnya kayak mau bilang, 'Aku sabar, lho. Aku pengertian, lho.' Kalau betul-betul pengertian, kenapa enggak melakukan apa-apa setiap akhir pekan?..." (hal. 157 - 158)


Jadi novel ini tidak punya cerita romansa sama sekali ya, huft!

Setelah membaca novel ini, saya semakin tahu kalau jadi perempuan hamil itu tidak mudah. Selain membuat fisik kepayahan, kestabilan emosi mereka juga diguncang. Memang sudah semestinya memperlakukan mereka dengan penuh pengertian. Selain untuk menjaga kesehatan ibu hamil, untuk menjaga kesehatan janin juga.

Sekian ulasan saya untuk novel Diary of A Void. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Januari 27, 2024

Resensi Novel Angsa Liar - Mori Ogai

Hanya satu hal yang jelas, aku tidak pantas menjadi kekasih Otama, maka lebih baik jangan menerka tentang hal yang bukan-bukan (kalimat terakhir Novel Angsa Liar; 145)


Judul:
Angsa Liar

Penulis: Mori Ogai

Penerjemah: Ribeka Ota

Penerbit: Taman Moooi Pustaka

Terbit: Oktober 2020

Tebal: iv + 156 hlm.

ISBN: 9786239018504


Ini pertama kalinya buat saya membaca buku yang diterbitkan Penerbit Moooi dan ternyata saya suka dengan bukunya. Novel Angsa Liar ini jadi novel pertama buat penerbit dan sebagai tanda tertulis angka satu di punggung bukunya. Cukup kreatif dan bikin saya pengen mengoleksi semua bukunya sampai lengkap.

Novel Angsa Liar ini menceritakan tentang pencerita yang membahas soal tidak terjalinnya hubungan antara Okada dan Otama, dan itu terjadinya 35 tahun lalu. Kemudian cerita meluncur bebas dan liar kepada tokoh-tokoh lain yang berada di sekitar mereka. Isunya lebih besar dari sekadar hubungan cinta-cintaan.

Yang paling mengena buat saya tentu saja isu soal perempuan kedua yang dimiliki lelaki dan mempengaruhi keluarga intinya. Suezo adalah gambaran pria yang dimabuk harta. Ketika sudah kaya, ia tergila-gila dengan perempuan muda dan menjadikannya gundik.

Sehebat apa pun bangkai disimpan, kapan waktu akan tercium. Itu yang terjadi, Otsune sebagai istri sah Suezo mengetahui juga kalau suaminya menyimpan perempuan lain. Sejak itu Otsune melihat Suezo dengan nilai yang berbeda. Melihat suaminya di dekat bikin geram, membiarkannya keluar rumah bikin ketar-ketir. Alhasil, bakti istri kepada suami sudah tidak tulus lagi dan segala-gala menjadi salah di matanya.

Dari sisi Otama sebagai gundik, ini bukan pilihan mudah. Hidupnya sudah sulit sejak lama, ia juga berharap bisa membuat ayahnya hidup enak setelah bertahun-tahun bekerja keras, dan begitu menjadi istri polisi, ia pun ditipu. Suezo datang di momen tepat dan Otama pun berusaha menjadi gundik yang baik. 

Tetapi menjadi sesuatu dengan cara salah tidak pernah berujung baik dan membahagiakan. Otama pun pelan-pelan membuang peran baiknya itu. Dia justru tertawan oleh pesona Okada, seorang mahasiswa. Namun, langkahnya tidak leluasa, dan mereka hanya bisa saling sapa lewat mata dan anggukkan kepala.

Lalu kenapa Okada dan Otama tidak bisa bersatu? Kalian baca saja novel ini.



Karena novel ini klasik, jadi memang butuh usaha untuk menyelesaikan membacanya walau pun halamannya tipis. Novel ini kebanyakan narasi dibandingkan dialog. Tampaknya karena penulis menggali detail cerita lebih banyak. Urutan jalan yang dilalui Okada saja dideskripsikan panjang lebar, bahkan jalur alternatifnya pun dibahas. Padahal menurut saya, susah juga buat membayangkannya.

Penulis juga bercerita dengan konsep akar serabut. Ada akar intinya, tapi lebih banyak lagi akar rambutnya ke kanan dan kiri. Awalnya membahas soal Okada, lalu disusul soal pertemuan Okada dengan Otama, dan cerita lanjut ke awal mula Suezo bisa jadi kaya dan bisa menjadikan Otama gundik, lalu di susul latar belakang Otama dan masih banyak lagi pinggiran-pinggian cerita yang menyamping.

Secara alur dan konflik, saya menyukai isinya. Cerita novel ini tuh relate dengan situasi saat ini, dimana banyak banget kasus perselingkuhan yang terekspos dan dari novel ini kita dikasih tahu dua sisi sudut pandang, sisi istri sah dan sisi pelakor. 

Walau pun isunya panas, namun penulis berceritanya dengan santun sekali. Bahkan di bagian ketika Otsune sudah dipuncak kemarahannya, penulis menceritakannya dengan slow saja. Jadi ketika selesai membaca novel ini, emosi kita bakal tetap aman terkendali.



Dugaan saya yang bikin cerita ini kalem karena setting-nya di Jepang pada jaman dulu kala. Di awal novel disebutkan kalau kejadiannya di tahun tiga belas atau sekitar 1880. Pada saat itu sastra belum kebentuk, novel luar belum banyak masuk ke Jepang, dan literasi hanya berbentuk majalah saja. Sehingga konflik sedemikan sensitif tidak digambarkan dengan brutal, berbeda halnya dengan kejadian saat ini.

Untuk kovernya sangat vulgar mempertontonkan sosok perempuan Jepang telanjang yang kayaknya sedang mencuci peralatan dapur. Hemm, kenapa dipilih kover ini ya?

Novel Angsa Liar ini saya rekomendasikan untuk kalian yang suka baca buku klasik, terutama literasi asia. Pengalamannya membacanya seru dan saya sangat menikmatinya.

Sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!