[Resensi] A Untuk Amanda - Annisa Ihsani; Berdamai Dengan Diri Sendiri


Judul buku: A Untuk Amanda
Penulis: Annisa Ihsani
Editor: Yuniar Budiarti
Proofreader: M. Aditiyo Haryadi
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret 2016
Tebal buku: 264 halaman
Harga buku: Rp 60.000 (before discount, gramedia.com)
ISBN: 9786050326313

Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan yang kebetulan dia tahu jawabannya.

Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bisa beruntung setiap saat, kan?

Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.

Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.
***

Review.
Novel ini menceritakan seorang murid SMA bernama Amanda yang kalau dilihat dari berbagai aspek kehidupannya, dia adalah murid yang sangat normal dan aman, namun didiagnosa Depresi. Kebutuhan sehari-hari yang cukup berkat memiliki Ibu seorang akuntan, tidak pernah mengalami trauma apapun, memiliki pacar yang baik hati, dan nilai-nilainya hampir sempurna, menjadi alasan Amanda tidak mempercayai hasil diagnosa Dokter Eli. Prolog inilah yang membuat saya penasaran dengan cerita yang terjadi pada Amanda. Prolog ini jugalah yang menjadi awal mula kilas balik kisah Amanda.

Saya dibawa mengenal sosok Amanda yang bersahabat dengan Tommy. Persahabatan yang terjalin sejak mereka kecil. Kemudian saya juga diperkenalkan dengan Amanda yang pintar di sekolah. Ia selalu bisa menjawab pertanyaan yang diajukan gurunya. Kadang gemes jika seorang guru mengajukan pertanyaan, dan teman-temannya tidak ada yang menjawab. Dengan berat hati, ia pun menjawabnya. Tindakannya itu membuat sosok Amanda terkenal pintar dan cerdas.

Sejak mendapatkan nilai IPK 4,00 di semester pertama, pertanyaan mengenai nilai tersebut mulai memasuki benak Amanda. Terus bergulir pertanyaan, apakah memang karena kemampuannya atau justru hanya kebetulan saja. Kehidupan Amanda berubah drastis. Ia mulai menilai dirinya negatif dan itu mempengaruhi hubungannya dengan Tommy dan Ibunya.

Saya cukup terkejut penulis membawa kisah buram mengenai sisi orang yang perfeksionis, pintar dan ambisi. Saya kira orang-orang berotak encer akan sangat bersyukur dengan kemampuannya. Namun penulis mencoba memperkenalkan kerumitan yang mungkin memang dialami oleh orang-orang cerdas. Saya bukan orang cerdas, tapi saya sedikit tersentil mengenai kerja otak yang selalu berpikir, saya pun kerap mengalaminya. Dan efek dari banyak terlalu berpikir adalah mulai menilai diri dengan sangat negatif sehingga timbul rasa tidak percaya diri dan minder. Saya masih mengalaminya hingga saya menuliskan resensi ini.

Mengikuti proses psikoterapi Amanda dengan Dokter Eli, saya pun turut menyimaknya dengan sepenuh hati. Banyak sekali hal yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memahami siapa kita sebenarnya. Seperti, menuliskan pikiran negatif yang muncul dan menuliskan respon positif seharusnya. Ada juga dengan membandingkan indeks kesenangan yang muncul dipikiran ketika akan memulai kegiatan dengan indeks setelah melakukan kegiatan tersebut.

Lalu, ketika sampai di akhir novel, saya menyadari ini novel yang penuh pelajaran mengenai psikologis. Dan harus dibaca oleh anak-anak yang masih bersekolah sebagai motivasi.

Menilik kovernya, saya terus terang kurang suka. Terlalu sederhana dengan warna kuning yang sangat pucat. Kover yang dipakai tidak menarik minat orang yang sedang mencari buku. Saya lebih suka warna yang terang dan gambar yang tegas. Di luar dari pemilihan warna, untuk gambar sosok perempuan yang memejamkan mata, cukup menceritakan sebagai sosok Amanda yang sangat kelelahan dengan kehidupan dan dia mencoba mencari ketenangan dengan mengheningkan diri. Mungkin jika dipadukan warna biru langit dan gambar perempuan tadi, akan menjadikan novel ini lebih menonjol.

Plot. Gaya menulis. POV. Karakter.
Novel A Untuk Amanda ini menggunakan plot campuran; plot mundur-maju, dengan POV orang pertama. Prolog membuka dengan kunjungan pertama Amanda ke Klinik Psikiater; Dokter Eli. Lalu setengah buku pertama, pembaca diajak kilas balik mengenal sosok kehidupan Amanda; mengenai Tommy dari sahabat hingga menjadi pacar, hubungannya dengan sang ibu, mengenal teman-teman Amanda di sekolah dan membahas prestasi Amanda di sekolah. Pada setengah buku berikutnya, pembaca diajak mengikuti proses psikoterapi Amanda dengan Dokter Eli, menceritakan perubahan-perubahan yang muncul efek psikoterapi tersebut terhadap hubungannya dengan ibunya, Tommy, teman-temannya. Dan saya menyukai pola tersebut sebab membuat saya mengenal sosok Amanda secara utuh.

Gaya menulis yang dipakai oleh Annisa sangat mengagetkan saya. Sangat runut dan menghanyutkan. Ditambah ide cerita yang dikemas seperti cerita dalam novel-novel luar, novel ini menjadi sangat segar. Konflik yang muncul bukan sekedar mengenai Amanda dan sakit mentalnya, namun penulis mengurai menjadi konflik yang bercabang-cabang seperti sarang laba-laba, ada konflik dengan ibunya, dengan Tommy, dengan teman-temannya, bahkan dengan dirinya sendiri. Sampai saya menyelesaikan novel ini, saya masih menerka sebenarnya setting kota tersebut ada dimana. Ada yang bisa bantu, soalnya saya tidak menemukannya atau takut saya kelewatan?

Untuk saya membicarakan karakter dalam novel ini rada sulit. Terutama mengenai tokoh utamanya, Amanda. Di awal, ia seorang siswa yang pintar dan ambisius prestasi . Namun seiring berjalannya cerita, Amanda jatuh bangun menjadi sosok yang rapuh, menyedihkan, rendah diri, dan akhirnya kembali menjadi sosok yang bijaksana, sabar, dan pemaaf. Perubahan inilah yang kerap membuat pembaca sulit menentukan karakter tokoh utamanya berada pada sisi yang mana. Tommy, terlihat sangat cuek anmun peduli, konyol, pintar, pengertian dan akhirnya mau menerima perubahan. Ibunya Amanda, sosok penyayang dan bisa mengerti serta memposisikan dirinya jika menjadi Amanda. Helena, populer, eksis, peduli teman dan bijaksana. Sedangkan tokoh lainnya silakan dibaca langsung saja novelnya. Oya, tidak ketinggalan juga sosok Dokter Eli, dia penanya ulung. Bisa mengorek kepribadian Amanda hanya dengan mengajukan pertanyaan. Seru juga menjadi psikiater.

Bagian favorit.
Bagian ini membuat saya hampir meneteskan air mata. Ketika botol obat antidepresan Amanda jatuh dan Tommy menanyakan obat apa itu. Rahasia yang Amanda pendam namun akhirnya harus terucapkan. Dan ketidakmengertian Tommy akan kondisi Amanda yang sakit mental dan ketidakmaumengertian Tommy, membuat Amanda marah. Saya langsung terbawa dramanya. Baca saja di halaman 196 – 203.

“Kau tidak tahu seperti apa rasanya harus berjuang demi sesuatu. Kau tidak pernah menginginkan sesuatu sampai sebegitunya, dan apa pun yang kau inginkan , kau bisa mendapatkannya dengan mudah dan cepat-” [hal. 202]
“-dengar, aku sudah lelah dengan omong kosong feminismemu. Tidak ada yang bisa tahan dengan semua ambisimu-” [hal. 202]

Petik-petik.
Secara umum, novel ini ingin menyampaikan untuk menjadi diri sendiri dengan menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki.

“Namun hari ini, matahari bersinar cerah dan aku sedang berdamai dengan diri sendiri.” [hal.263]

Catatan menarik.
  • Ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tidak akan pernah tahu jawabannya, karena Tuhan bekerja dengan cara misterius. [hal. 25]
  • Kau tidak bisa tahu apa yang dipikirkan orang lain. Lagi pula, apa yang dipikirkan orang lain tidak bisa memengaruhi perasaanmu sedikit pun. [hal. 175]
  • Dia bilang aku harus menghadapi ketakutanku. Mungkin ini saatnya. [hal. 258]
  • Kau tidak bisa “sembuh” dari depresi layaknya sembuh dari penyakit fisik seperti cacar air. Tidak, kau harus menghadapinya setiap hari. [hal. 263]

Final. Rating.
Novel A Untuk Amanda sangat pas dibaca oleh para siswa sebagai buku yang memotivasi. Dan pas pula jika dibaca oleh orang tua untuk memahami keadaan dan kondisi yang dialami anaknya ketika di sekolah. Akhirnya rating yang saya berikan untuk novel ini adalah 4 bintang dari 5 bintang.

Penulis.
Annisa Ihsani adalah penulis novel Teka-Teki Terakhir. Perempuan yang lahir di tahun 1988 ini berusaha membaca buku yang sesuai dengan kategori umurnya. Tapi tidak bisa dimungkiri lagi bacaan favoritnya adalah fiksi middle grade dan young adult.

Annisa tinggal di bogor bersama suami dan putrinya. Dia mencoba untuk tetap konsisten menulis, meskipun kini waktunya lebih banyak dihabiskan dengan mencegah putrinya memasukkan pasir kinetik ke mulut.

12 komentar:

  1. Bagus nih buka 'A Untuk Amanda' sebagai bahan referensi anak sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Banyak banget gunanya untuk memahami sisi psikologis anak.

      Hapus
  2. Eh, aku penasaran sumpah :' apalagi kamu bilang disitu membeberkan tentang kisah buramnya seorang yang perfeksionis :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dan ternyata mengerikan memenuhi standar orang yang perfeksionis.

      Hapus
  3. Jadi sma nya amanda uda ada sistem ipk ya din?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari penjelasan novelnya begitu. Tapi kan tujuannya sama, mengevaluasi level keberhasilan pendidikan

      Hapus
  4. Wah, bagus ya sepertinya dari ulasan bukunya tersebut, saya jadinya ikut tertarik, selain menghibur dan memberikan pengajaran nilai-nilai berharga buat kehidupan.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya, ayo beli bukunya dan share apa kesannya..

      Hapus
  5. Memang bener apa kata pe-review, setting tempat di buku ini tidak disebutkan secara spesifik. Hanya dengan sebutan 'kota kecil' atau pun 'ibu kota' begitu saja.
    Hal ini sejurus mengingatkanku dengan novel HUJAN Tere Liye. Ya nggak?

    Ah jadi nyesel kenapa lupa nulis bagian ini di review-nya tadi, hehe.

    Review yang keren Mas Adin, spesifik dan jelas. Konteks yang kamu bahas juga cukup dalam, semangat blogging!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Di novel Hujan Tere Liye sama, tidak menyebutkan nama kota secara spesifik. Dan itu sempet membuat saya menduga-duga, Indonesia atau luar negeri.
      Reviewnya bisa diperbaiki kan, hehehe. Nambah kerjaan...
      Terima kasih ya. Saya masih belajar membuat review yang menggugah biar banyak yang baca buku seperti yang saya baca.

      Hapus
  6. A untuk Amanda lagi banyak dibaca dan disebut-sebut Blogger nih. Aku yang udah lama incar buku ini belum kesampaian buat baca. Padahal harganya lumayan terjangkau tapi tetap aja tergoda buku yang lain :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sekarang mah sudah redup. Ayo atuh nabung lagi buat beli buku ini. Bagus kok bacaannya. Hehe

      Hapus