Tampilkan postingan dengan label haruki murakami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label haruki murakami. Tampilkan semua postingan

September 19, 2024

Resensi Novel 1Q84 Jilid 3 - Haruki Murakami

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]




Judul: 1Q84 Jilid 3

Penulis: Haruki Murakami

Penerjemah: Ribeka Ota

Penyunting: Arif Bagus Prasetyo

Sampul: Andrey Pratama

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2024, cetakan kedelapan

Tebal: vi + 556 hlm.

ISBN: 9786024240073


Yang membuat saya mau membaca novel ini karena kata orang-orang ceritanya bagus. Banyak yang memuji juga novel Haruki Murakami lainnya. Saya sendiri baru baca memoar beliau berjudul What I Talk About When I Talk About Running yang membahas kaitan antara kegemaran berlari dengan kepenulisan penulis. Buku itu mengupas siapa sosok Haruki dan cerita bagaimana dia bisa menjadi penulis. Buku itu sangat menarik kalau kita mau mengenal sosok Haruki.

Akhirnya saya bisa menyelesaikan jilid ketiga dari novel 1Q84 ini. Proses baca yang enggak mudah. Novelnya tebal-tebal dan bukan tulisan yang banyak dialognya. Tapi novel 1Q84 menawarkan cerita aneh penuh teka-teki dan bikin candu. Saya bangga bisa membacanya.

Tentang Apa Novelnya?

Di Jilid 3 ini membahas bagaimana penyelidik bayaran Komune Sakigake bernama Ushikawa menggali informasi untuk menemukan Aomame yang menghilang tanpa jejak. Nama sekolah dasar Aomame dan Tengo yang sama membuat Ushikawa yakin ada hubungan antara keduanya. Nyonya Ogata yang kaya raya memang dicurigai terlibat tapi Ushikawa tidak menemukan motif yang jelas dan akhirnya mengabaikan sementara. Ushikawa memutuskan mengamati Tengo karena ia yakin Tengo akan membawanya kepada Aomame.

Aomame yang terus menunggu kemunculan Tengo di papan luncur di taman dekat apartemennya justru menemukan Ushikawa yang melintas. Kata Tamaru, ada pria yang tampilannya mencolok mengamati sekitar vila Nyonya Ogata dan dia yakin kalau orang itu suruhan Komune Sakigake. Aomame mengejar Ushikawa yang mencurigakan dan ia justru menemukan kotak pos atas nama Kawana di sebuah apartemen. Antara yakin dan enggak, Kawana itu pasti Kawana Tengo.

Tengo yang berharap bisa menemukan Kepompong Udara lagi di kamar ayahnya harus rela kalau ia tidak akan menemukannya lagi. Tengo memutuskan pulang dan justru dia ditinggalkan Fuka-Eri dengan pesan kalau ada yang sedang mengamatinya. Setelah bertemu Pak Komatsu, Tengo mendapatkan fakta kalau masalah novel Kepompong Udara dan Komune Sakigake memiliki rahasia dan itu berbahaya. Dan tak lama setelah meninggalkan panti, kabar duka datang menghampiri.

Tamaru menghormati keputusan Aomame yang melenceng dari rencana awal pelarian; pergi jauh, operasi wajah, dan menggunakan identitas baru. Keanehan muncul saat Aomame menyampaikan dirinya hamil. Kehamilan tanpa melakukan seks. Tamaru pun harus membereskan Ushikawa yang penyelidikannya makin mendekati target.



Dunia 1Q84 Yang Mencengangkan

Kalau ada yang bilang novel ini agak susah dipahami, maka itu benar adanya. Banyak banget hal aneh yang diberikan penulis. Terutama soal dunia di tahun 1Q84 yang sebenarnya versi lain dari tahun 1984. 

Ciri paling mencolok tentu saja keberadaan ada dua bulan yang menggantung di langit. Bulan yang satu adalah bulan yang biasa kita lihat, satunya lagi bulan baru yang ukurannya lebih kecil dan warnanya agak kehijauan. Dan yang bisa melihat dua bulan di langit hanya beberapa orang saja; Tengo, Aomame, Fuka-Eri, dan Ushikawa. Saya enggak paham bagaimana Ushikawa bisa melihatnya padahal dia tidak mengalami momen supranatural seperti yang lainnya.

Sepanjang novel ini pun sering disebut istilah Orang Kecil. Mahluk yang pertama kali muncul dari bangkai kambing dengan perawakan mungil. Orang Kecil muncul pada malam tertentu saja dan mereka akan bekerja beberapa malam untuk membuat Kepompong Udara.

Kepompong Udara yang dibuat Orang Kecil akan berisi satu sosok terpilih. Ini yang kemudian memunculkan istilah Maza dan Dohta. Saya juga masih bingung maksud dari Maza dan Dohta ini, tapi salah satunya merupakan sebutan untuk sosok alter yang muncul dari Kepompong Udara.

Di Balik Misteri Ada Romansa Terselubung

Kasus yang paling menarik di novel ini adalah soal pembalasan untuk pelaku pelecehan seksual terhadap korban di bawah umur. Tipikal cerita yang bikin pembaca tegang dan bertanya-tanya apakah tokoh utamanya bisa berhasil melakukannya. Dan untungnya Aomame berhasil membunuh si Pemimpin. Saya kira setelah tugas itu selesai akan disusul oleh pembalasan orang-orang komune yang memburu Aomame untuk diganjar atas tindakannya. Kenyataannya, kasus segede itu menguap. 

Justru garis besar novel ini seperti cerita cinta-cintaan yang tokoh utamanya terpisah dan berusaha untuk bertemu namun harus menghadapi rintangan dulu. Dan bersinggungan dengan Komune Sakigake adalah penghalangnya. Ekspektasi saya pada akhir cerita malah meleset. Tidak ada adegan heroik sama sekali.

Misteri yang dibangun sejak awal buku pun tidak diselesaikan secara tuntas. Kita tidak akan tahu siapa pengganti si Pemimpin di komune. Keberadaan Fuka-Eri pun tidak diketahui. Dan pengejaran Aomame pun berhenti begitu saja ketika dia bisa lolos dari dunia 1Q84. Saya berharap bakal ada kelanjutannya lagi biar tahu nasib tokoh-tokohnya.


Baca juga: Resensi Novel 1Q84 Jilid 1 & Resensi Novel 1Q84 Jilid 2

Karakter Rumit Yang Manusiawi

Kelebihan dari novel ini tentu saja ada pada karakter-karakternya yang memiliki konflik rumit tapi terasa manusiawi sekali. Masa lalu setiap karakter digali lebih dalam sehingga kita bisa memahami kehidupan macam apa yang dilewati mereka. Di jilid 1 lebih banyak dibahas soal kehidupan Aomame, di jilid 2 berpusat pada kehidupan Tengo, dan di jilid 3 ini diulik kehidupan Ushikawa.

Tengo masih meragukan kalau ia anak dari ayahnya. Aomame melepaskan diri dari Jemaat Saksi dan melewati kemandirian yang tidak gampang. Ushikawa dicampakkan keluarga dan sekitarnya karena tampangnya yang tidak umum.

Kesimpulan

Tiga jilid yang punya cerita memikat dengan keunikan yang tidak biasa. Walau ini tipikal novel yang didominasi narasi, tapi alurnya mampu menghanyutkan pembaca pada konflik pelik tokoh-tokohnya. Setelah berhasil membaca semua jilid novel ini, saya jadi bersemangat akan membaca novel Haruki Murakami lainnya yaitu Membunuh Commendatore.

Nah sekian ulasan saya untuk novel 1Q84 Jilid 3 ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Juni 16, 2024

Resensi Novel 1Q84 Jilid 2 - Haruki Murakami

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: 1Q84 Jilid 2

Penulis: Haruki Murakami

Penerjemah: Ribeka Ota

Desain sampul: Andrey Pratama

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2024, cetakan kedelapan

Tebal: vi + 452 hlm.

ISBN: 9786024240066


Novel ini kelanjutan dari buku 1Q84 Jilid 1 yang menceritakan dua tokoh utama; Tengo dan Aomame, yang akan bersinggungan untuk menyelami misteri komune Sakigake. Pada akhir buku pertamanya, Tengo dan Aomame sepakat untuk memulai penyelidikan walau dengan motif yang berbeda. Tengo ingin mengetahui isi komune tersebut sebagai latar belakang Fuka-Eri. Aomame ingin memberi pelajaran si Pemimpin yang sudah melecehkan anak perempuan di bawah umur dengan dalih ritual.

Atas kesabaran menunggu momen yang tepat, Aomame akhirnya bisa berhadapan langsung dengan si Pemimpin komune, sebagai tukang pijat. Keduanya berdialog intens tentang komune dan Orang Kecil. Walau sempat terbersit simpati dengan penderitaan si Pemimpin dalam posisinya sebagai kepala komune, rencana Aomame dapat dituntaskan. Ada perjanjian yang akhirnya disepakati keduanya mengenai nasib Tengo.

Keterlibatan Tengo membuat novel Kepompong Udara bersama Fuka-Eri membawa resiko besar. Komune Sakigake mengintimidasi. Dan Tengo mulai menyimpulkan jika keselamatan orang-orang terdekatnya ikut terancam. Pertama, pacar rahasianya mendadak tidak bisa menemuinya lagi di masa depan, kabar itu disampaikan oleh suami pacarnya dengan nada aneh. Kedua, Pak Komatsu selaku editor menghilang tanpa kabar di tengah banyak tugas yang harus diurus karena novel Kepompong Udara menjadi best seller dan pembicaraan di masyarakat.

Misteri soal komune Sakigake mulai dibuka sedikit demi sedikit. Namun tentang keberadaan Orang Kecil ini yang masih belum jelas. Dari novel Kepompong Udara disebutkan jika Orang Kecil ini adalah mahluk misterus yang pertama kali muncul dari bangkai kambing yang waktu itu dikurung di gudang bersama tokoh utama. Mulut kambing disebut sebagai lorong. 

Kepompong Udara sendiri adalah hasil kerja Orang Kecil yang biasa muncul di malam hari. Isi kempompong itu sendiri adalah manusia yang mirip dengan manusia yang sudah hidup lebih dulu. Jika merujuk pada isi novel Kepompong Udara, kepompong yang pertama kali dibuat oleh Orang Kecil berisi sosok Fuka-Eri. Karena kehadiran sosok yang lainnya, Fuka-Eri yang asli memilih kabur karena ia sadar ada hal buruk dan aneh yang akan terjadi di komune. 



Di novel ini akan dibahas juga soal hubungan Tengo dan ayahnya. Tengo merasa kalau dirinya bukan anak dari ayahnya. Dugaan ini diperkuat oleh bayangan ingatan masa kecil soal adegan sensual antara ibunya dengan pria muda yang jelas sekali itu bukan ayahnya. Dan ayahnya yang mengidap demensia dan diurus di sebuah panti, tidak pernah memberikan jawaban jelas ketika Tengo mengonfirmasi soal dugaannya itu.

Akhir novel ini membuat saya penasaran lagi sebab Aomame digambarkan menarik pelatuk pistol yang ia masukkan ke dalam mulutnya. Sedangkan Tengo yang kembali ke panti setelah mendengar kabar ayahnya koma menemukan kepompong udara di kamar ayahnya. 

Selain itu ada drama Aomame melihat Tengo di taman dekat apartemennya, namun saat mau ditemui sosok Tengo sudah menghilang. Saya benar-benar penasaran bakal seperti apa pertemuan Aomame dan Tengo. Dan bagaimana keduanya bekerja sama untuk membuka misteri soal Orang Kecil dan komune Sakigake.

Penerjemahan novel ini sangat baik dan bikin saya begitu menikmati kisahnya. Saya akui kalau jumlah halamannya tebal, tetapi saya tetap dibuat penasaran dan selalu mau melanjutkan membacanya. 

Banyak sekali hal-hal yang absurd yang disebutkan di novel ini, yang kalau dipikir logika itu tidak mungkin ada di kenyataan. Tapi hal-hal absurd tadi tidak mengganggu saya dalam memahami alur kisahnya. Misalnya soal alter yang muncul dari kepompong udara, atau soal kemunculan bulan kedua yang warnanya agak kehijauan. Aneh memang, tapi itu mendukung untuk membuat hal misterus di ceritanya lebih tak tertebak.

Karakter yang muncul di novel ini pun begitu hidup. Untuk tokoh utamanya memiliki karakter yang tebal berkat penceritaan latar belakang yang terperinci. Sebagai pembaca, saya seperti mengenal betul siapa sosok Aomame dan Tengo. Dan tahu betul alasan kenapa mereka menjadi sosok saat ini.

Secara keseluruhan, novel ini bikin nagih dibaca. Saya akui tema ceritanya tidak ringan dan bisa jadi berat untuk beberapa pembaca. Menyelesaikan membaca novel ini ibarat latihan sabar dan untuk menikmatinya kita tidak perlu buru-buru. Saya jadi pengen cepat-cepat baca jilid ketiganya.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel 1Q84 Jilid 2. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Mei 06, 2024

Resensi Novel 1Q84 Jilid 1 - Haruki Murakami

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: 1Q84 Jilid 1

Penulis: Haruki Murakami

Penerjemah: Ribeka Ota

Desain sampul: Andrey Pratama

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia | KPG

Terbit: Februari 2019, cetakan kedelapan

Tebal: viii + 516 hlm.

ISBN: 9786024240059


Sumpah, rasanya senang sekali bisa membaca novel tebal sejumlah 500 halaman. Pencapaian yang jarang didapat karena akhir-akhir ini saya kesulitan membaca buku sampai tuntas. Bisa begini pasti salah satu faktornya karena novel 1Q84 Jilis 1 ini punya cerita yang menarik dan bagus.

Ini adalah kedua kalinya saya membaca tulisan Haruki Murakami. Dan ini pertama kalinya saya membaca tulisan beliau yang berupa novel. Buku sebelumnya yang saya baca berupa memoar berjudul What I Talk About When I Talk About Running.

Novel 1Q84 Jilid 1 ini memiliki cerita paralel dua tokoh utama yaitu Tengo dan Aomame, yang terjadi pada tahun 1984 di Jepang.

Tengo adalah guru matematika di bimbel yang suka menulis. Dia kemudian dimintai tolong oleh seorang editor bernama Pak Komatsu untuk mempercantik naskah berjudul Kepompong Udara yang ditulis Fuka-Eri, gadis 17 tahun pengidap disleksia. Rencana ini beresiko besar. Kondisi Fuka-Eri pasti meragukan khalayak kalau dia bisa menulis naskah novel, apalagi jika tulisannya rapi dan lebih memikat. Tetapi Pak Komatsu secara meyakinkan akan mengambil tanggung jawab jika sesuatu yang buruk muncul.

Setelah memasuki proses penulisan ulang, mau tak mau Tengo pun mendalami naskah Kepompong Udara dan sosok Fuka-Eri. Banyak informasi baru tentang gadis itu yang membuat Tengo makin penasaran.  Salah satunya adalah asal Fuka-Eri yang ternyata dia itu pelarian dari sebuah komune besar misterius bernama Sakigake. Dari penuturan Profesor Ebisuno, orang tua Fuka-Eri merupakan anggota komune tadi, yang sudah 7 tahun hilang kabar sejak perubahan aneh pada komune tadi jadi sekte keagamaan yang tertutup. 

Tengo yakin naskah Kepompong Udara adalah gambaran situasi di dalam sekte yang tampaknya ingin disampaikan oleh Fuka-Eri. Dan Tengo pun memutuskan untuk terlibat dengan rencana Profesor Ebisuno untuk membongkar kegiatan sekte Sakigake, sekaligus mencari orang tua Fuka-Eri

Sedangkan Aomame adalah perempuan pembunuh bayaran yang hanya menerima pesanan untuk membunuh laki-laki bajingan. Biasanya korban yang diincar adalah pelaku kekerasan terhadap wanita baik kepada anak atau istri. Aksinya kemudian didukung oleh wanita tua yang sama-sama memiliki kesamaan nasib buruk dengan Aomame. 

Dan pada satu waktu, Aomame dikenalkan dengan Tsubasa, gadis 10 tahun yang jadi korban perkosaan brutal oleh pemimpin komune Sakigake. Dengan adanya korban Tsubasa, wanita tua itu semakin yakin kalau komune Sakigake sudah sesat dan ada praktik yang tidak benar. 

Aomame dan wanita tua tadi merencanakan untuk memberi pelajaran si pemimpin komune agar tidak ada korban lain. Tetapi rencana ini tidak bisa dilakukan sembrono sebab komune yang awalnya bergerak di bidang pertanian berubah menjadi sekte keagamaan dan menjadikannya sulit disentuh pihak luar.


1Q84-itulah nama yang kuberikan untuk dunia baru ini, Aomame memutuskan. Q adalah singkatan dari "question mark", tanda tanya. Dunia bertanya-tanya. (hal. 183)



Yang menarik dari novel 1Q84 Jilid 1 ini karena memiliki cerita yang komplek dan penuh misteri. Banyak hal dibahas. Soal kegiatan penulisan dan penerbitan buku, soal praktik sekte yang mencurigakan, soal trauma dan soal pelecehan seksual. Saya tidak sampai kebosanan, justru saya dibuat penasaran dengan konflik besarnya. Dan buku jilid 1 ini bisa dibilang pintu pertama menuju pemecahan misteri di balik Sekte Sakigake yang sudah mempengaruhi Fuka-Eri dan Tsubasa hingga kondisi mereka jadi suram.

Pembagian dua sudut pandang yang bergiliran di setiap bab-nya (antara Tengo dan Aomame) pun jadi cara cerdas yang membuat saya betah melanjutkan membaca ceritanya. Dari awal saya yakin kalau Tengo dan Aomame pasti akan terhubung, hanya saya tidak tahu pada bagian mana mereka memiliki persinggungan. Dan begitu tiba di bagian tersebut, saya benar-benar senang. Akhirnya satu tanda tanya terjawab walau pun di dalam ceritanya mereka belum dipertemukan. Ini yang membuat saya pengen segera baca jilid selanjutnya.

Pembahasan soal sekte keagamaan yang menyimpang pun membuat saya semakin melek karena praktik ini ternyata ada juga di negara lain. Dan untuk sekte di buku ini, saya benar-benar mengecam dan marah. Terutama praktik yang mempersembahkan gadis yang belum haid kepada pemimpin sekte untuk dijadikan bagian ritual pencerahan dengan menyetubuhinya. Lebih gilanya lagi, orang tua korban justru yang mendorong korban untuk mengikuti ritual itu.

Dari segi teknis penulisan, saya suka dengan detail-detail yang disajikan. Penulis sengaja menggali pendalaman karakter dengan membongkar banyak hal seperti masa lalu, harapan, dan pemikiran-pemikiran atas kejadian yang dialaminya. Beberapa detail kayaknya tidak nyambung dengan alur utamanya tetapi itu jadi penegasan kalau karakter utama itu begini yang karena dulunya begitu, hukum sebab akibat.

Secara keseluruhan, saya benar-benar menyukai buku ini dan sangat merekomendasikan untuk dibaca. Tantangannya jelas berupa kesabaran karena novelnya tebal. Tapi saya bisa memastikan kalau kita sabar, kita akan merasa puas ketika sudah masuk lebih dalam di ceritanya.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel 1Q84 Jilid 1 ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Desember 26, 2017

[Buku] What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami




Judul: What I Talk About When I Talk About Running
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah: Ellnovianty Nine Sjarif & A. Fitriyanti
Penyunting: A. Fitriyanti
Penerbit: Penerbit Bentang
Cetakan: Pertama, April 2016
Tebal buku: vi + 198 halaman
ISBN: 9786022910862
Harga: Rp 49.000

“Apakah hal yang kamu lakukan baik atau tidak, keren atau tidak keren sama sekali, pada akhirnya yang memiliki arti bukanlah sesuatu yang bisa dilihat, tetapi yang bisa dirasakan oleh hatimu. Agar mengerti sebuah nilai, kadang-kadang kamu harus melakukan sesuatu yang buang-buang waktu. Namun, bahkan suatu tindakan yang kelihatannya sia-sia, tidak selamanya berakhir demikian.” (Hal. 189)

Ada rasa janggal setelah membaca buku Haruki Murakami ini. Sebab memoar ini berisi pandangan penulis terhadap sesuatu. Di buku ini penulis mengungkapkan buah pikirannya terhadap hobinya: berlari. Sebagai memoar, saya meloncati proses dalam mengenal penulis. Biasanya, orang akan membaca novel-novel karya Haruki Murakami, setelah itu ia akan membaca memoarnya. Karena memoar lebih mengetengahkan lebih banyak sisi pribadi si penulis. Justru yang saya lakukan mengenal penulisnya dahulu, mungkin baru membaca novel-novelnya. Ini kesan yang saya simpulkan dan tentu saja akan berbeda dengan kalian.

Memoar What I Talk About When I Talk About Running berkisah pengalaman Murakami di dunia lari dan dunia kepenulisan. Dia menceritakan banyak pengalaman mengikuti lomba lari dan pikiran-pikirannya terhadap kegiatan berlari. Contohnya, pikirannya tentang ketidakinginannya bangun pagi dan berlari. Siapa pun pasti pernah menemukan perasaan ini setelah melakukan kegiatan dalam kurun waktu tidak sebentar. Murakami penasaran apakah pikiran tersebut muncul juga pada pelari profesional. (Hal. 55)

Pada bagian lain, Murakami juga menceritakan pengalaman ia berlari maraton di Yunani untuk artikel majalah (Hal. 65-76). Ada opsi untuk membuat foto setelah Murakami berlari beberapa jarak dan urusan selesai. Tetapi, Murakami memilih berlari menyelesaikan jarak lintasan maraton sejauh 42.195 km. Diceritakan terperinci bagaimana suhu panas pada saat itu, kondisi jalan yang ramai dan kerap ditemukan bangkai anjing dan kucing, dan perasaan campur aduk ketika Murakami berada di titik sangat lelah (marah, kesal, merutuk).

Namun, cerita pengalaman lari Murakami kemudian dikaitkan pada pengalaman ia sebagai penulis. Saya terkesan pada bagaimana awal mula ia memutuskan untuk menulis novel. Niat yang muncul saat ia menonton baseball dan kemudian ia lanjutkan dengan pengorbanan besar, menutup usaha bar yang pada saat itu dalam kondisi sangat baik. Usia Murakami pada saat itu di ujung 20-an.

Selain pengalaman awal mula menjadi penulis, Murakami berbagi cara-cara menjadi penulis yang baik menurut versinya. Sebab Murakami sadar sekali dirinya bukan penulis yang memiliki bakat alami luar biasa.

“Sebaliknya jika kamu bisa berfokus secara efektif, kamu akan dapat mengimbangi bakat yang tak menentu atau bahkan yang jumlahnya sedikit.” (Hal. 87-88)

“Jika konsentrasi hanyalah proses menahan napas, daya tahan merupakan seni mengeluarkan napas dengan tenang dan pelan-pelan sekaligus mengisi udara ke dalam paru-paru.” (Hal. 88)

“Keseluruhan proses menulis- duduk di depan meja, memfokuskan pikiran seperti sinar laser, membangun imajinasi dari kekosongan, mengarang cerita, memilih kata yang tepat satu demi satu, mempertahankan seluruh alur tetap berada pada jalur - membutuhkan energi yang jauh lebih banyak, untuk jangka waktu yang lama, dari yang dibayangkan orang kebanyakan.” (Hal. 90)

Sebuah pengalaman berharga karena setelah membaca memoar Murakami ini, saya seperti sudah belajar langsung kepadanya untuk urusan menulis. Ada banyak bagian dari buku yang menginspirasi saya untuk menekuni dunia menulis. Dan saya pun berharap kalian akan menemukan pengalaman yang sama setelah membaca buku ini.

Akhirnya, saya memberi nilai 4/5 untuk buku yang menginspirasi sekaligus meyakinkan saya kembali untuk fokus di dunia menulis.

Catatan:
  • Aku selalu berhenti pada saat aku merasa bisa menulis lebih banyak. Dengan begitu, penulisan selanjutnya secara mengejutkan menjadi lebih lancar. (Hal. 6)
  • Setelah berlari rasanya apa pun yang menjadi inti tubuh ini seperti diperas keluar sehingga terlahir perasaan ringan, dan apa pun yang terjadi, terjadilah. (Hal 9)
  • Apakah hasil tulisan sesuai atau tidak dengan standar yang ditetapkan oleh diri sendiri akan menjadi hal yang lebih penting daripada segalanya dan itu adalah sesuatu yang tidak mudah dijadikan alasan. (Hal. 13)
  • Hal terpenting adalah bagaimana melampaui diri sendiri yang kemarin. (Hal. 14)
  • Aku belajar bahwa tidak mungkin manusia hidup sendiri - sesuatu yang sudah sewajarnya. (Hal. 20)
  • Manusia memiliki nilai di dalam diri mereka dan cara hidup masing-masing, begitu juga aku. (Hal. 24)
  • Kepedihan ataupun sakit hati merupakan hal yang diperlukan dalam hidup. (Hal. 24)
  • Perkara sakit hati adalah harga yang harus dibayar seseorang untuk dapat menjadi mandiri di dunia ini. (Hal. 25)
  • Bagaimana membagi waktu dan tenaga kita untuk melakukan hal-hal sesuai urutan prioritas. Jika tidak bisa menetapkan sistem semacam itu pada suatu masa dalam hidup, kamu akan kurang terfokus dan hidupmu jadi tidak seimbang. (Hal. 45-46)
  • Seberapa pun besarnya niat seseorang, seberapa pun bencinya dia pada kekalahan, jika hal itu merupakan sesuatu yang tidak benar-benar disukai, dia tidak akan bisa bertahan lama meneruskannya. (Hal. 53)
  • Namun, manusia punya kecocokan dan ketidakcocokan masing-masing. (Hal. 54)
  • Dinding pemisah antara kepercayaan diri yang sehat dan harga diri yang berlebihan memang cukup tipis. (Hal. 63)
  • Saat semakin tua, kamu akan belajar untuk bahagia dengan apa yang kamu miliki. Itulah salah satu dari sedikit hal baik dengan menjadi tua. (Hal. 97)
  • Jika sesuatu berarti untuk dilakukan, memberikan semua yang terbaik - atau bahkan melebihi yang terbaik darimu - juga berarti. (Hal. 109)
  • Sekali melanggar peraturan yang kuputuskan sendiri, aku akan melanggar lebih banyak lagi. (Hal. 124)
  • Mungkin yang bisa kita lakukan hanyalah menerimanya, tanpa terlalu banyak tahu apa yang sebenarnya terjadi. (Hal. 134)