Oktober 14, 2021

[Resensi] Perempuan Suamiku - Intan Savitri



Judul: Perempuan Suamiku

Penulis: Intan Savitri

Penyunting: Mursyidah

Penerbit: Noura Publishing

Terbit: September 2017, cetakan pertama

Tebal: xii + 244 hlm.

ISBN: 9786023853410

***

Aku menangis, sebab aku begitu ingin menemui lelaki yang menyimpan tatapan matanya di surga. Sebab aku begitu lelah dengan mata lelaki yang meneliti setiap pori pada kulitku. Sebab aku begitu jenuh dengan tubuhku yang menyimpan magnet sehingga mata-mata itu lekat padanya.

Adakah? Lelaki surga yang menyimpan tatapan matanya? Menukarnya dengan cinta sebab aku seorang mukminah, sebab aku seorang salihah? Dan, bukan karena wajah serta tubuhku yang membuatnya terpikat?

***

Buku ini berisi 24 cerita pendek. Tema yang mendominasi mengenai dinamika persoalan rumah tangga. Ada dua ciri khas dari cerpen-cerpen di buku ini. Pertama, penulis membawa satu poin masalah yang ia jabarkan dalam satu judul, sehingga cerpen yang muncul terbilang pendek. Kedua, cerita pendek yang dibuat dibalut nilai-nilai islami dan ini terasa sekali.

Perempuan Suamiku merupakan salah satu judul cerita pendek di dalamnya. Ini menceritakan mengenai seorang istri yang ditinggal mati suaminya. Belum juga meninggalkan makam, si istri mendapat pengakuan dari seorang perempuan peziarah yang mengaku istri dari mendiang suaminya. Hatinya kacau dan penuh tanda tanya. Namun kesimpulan sekaligus pesannya, ketika si istri tidak bisa memenuhi kebutuhan suaminya, bukan tidak mungkin si suami mencari kebutuhan tersebut di sosok yang lain. Dalam cerita ini, alasan kenapa suaminya menikah diam-diam dan memilih perempuan tersebut masih di koridor yang mewajarkan menurut syariat islam.

Lalu, blurb pada halaman belakang merupakan penggalan dari cerita pendek lainnya yang berjudul Laki-Laki Surga. Tentang perempuan dewasa yang cantik, yang merasa risih dengan kecantikannya karena dia sering menjadi bahan tatapan laki-laki lain. Ketika usia dewasanya menuntut untuk menikah, dia ingin mendapatkan laki-laki yang melihatnya bukan karena cantik. Sampai pada akhirnya dia benar-benar menemukan laki-laki yang menjaga matanya untuk di surga. Ini kiasan saja, untuk paham yang dimaksud 'menjaga mata', saya sarankan kalian membaca langsung buku ini.

Emosi dan perasaan yang disampaikan oleh penulis dalam cerita pendeknya memiliki ragam. Ada perasaan lucu menggemaskan, ada perasaan nelangsa, ada juga perasaan membahagiakan. Ini menyiratkan jika dinamika rumah tangga selalu naik dan turun. berpotensi besar akan bisa mempererat rumah tangga, bisa pula menghancurkan rumah tangga. Dan nilai islam ini yang kemudian menjadi modal utama untuk membuat rumah tangga tetap di jalan yang benar sesuai syariat.



Menurut saya kekurangan buku ini ada tiga. Pertama, buku ini terlalu memuat banyak cerita. Efek satu poin atau masalah dalam satu cerita membuat ceritanya jadi pendek dan jadi banyak. Saya merasa kekenyangan ketika membaca bukunya. Apalagi menjelang cerita ke 12 dan selanjutnya, minat saya menurun.

Kedua, meski dibuat dalam POV yang beragam, saya merasa gaya bercerita penulis tidak berubah dari semua ceritanya. Baik dari narasi maupun pemilihan diksi. Sehingga cerita-ceritanya memiliki rasa yang sama. Ini juga membuat saya merasa sedikit bosan dari paruh keduanya.

Ketiga, pesan yang disampaikan penulis lebih banyak langsung ke poinnya sehingga pembaca merasa digurui. Penulis tidak bermain dengan alur cerita pendeknya sehingga pembaca merasa dikasih cerita dengan intonasi yang datar dan pesan yang lugas.

Secara keseluruhan, membaca buku ini memberikan saya pandangan baru mengenai dinamika dalam rumah tangga. Ada wawasan yang bertambah mengenai nilai islam juga. Jadi saya memberikan nilai 2 bintang dari 5 bintang.

Terakhir dari saya, jangan lupa jaga kesehatan dan terus membaca buku!

Oktober 11, 2021

[Resensi] Let It Be love - Vilda Sintadela


Judul: Let It Be Love

Penulis: Vilda Sintadela

Editor: Mita M. Supardi & Tesara Rafiantika

Penerbit: GagasMedia

Terbit: November 2015, cetakan pertama

Tebal: viii + 260 hlm.

ISBN: 9797808467

***

Ariana, seorang desainer furniture yang selalu mengandalkan dirinya sendiri atas nama kemandirian, telah lama bersembunyi dari cinta. Meski diam-diam, ia berharap, suatu hari, seseorang akan menyelamatkannya dari rasa kesepian. Mempertemukannya dengan cinta yang nyata.

Ahda, seorang seniman rupa yang tak pernah menganggap cinta benar-benar ada. Tak banyak celah dalam hatinya untuk diselusupi rasa. Meski ada kalanya logika dan hatinya seakan tak sejalan, mencoba membuka ruang untuk rasa yang tak sepenuhnya ia percayai.

Keduanya bertemu. Namun, cinta tak ubahnya sebuah seni yang mereka geluti. Yang terkadang tampak rumit, sekaligus menantang. Yang memerlukan kesabaran untuk memahami dan menyelesaikannya. Sementara, Ariana dan Ahda adalah dua orang yang telah lama tak terlalu berharap banyak pada cinta.

Lalu, akankah cinta selalu punya cara mempertemukan meski mereka berlari menjauhinya?

***

Di twitter saya sempat mengatakan kalo saya kayaknya perlu membaca buku yang ringan-ringan saja karena sedang banyak pikiran. Dan setelah menyelesaikan membaca novel Traveline Past karya Luna Torashyngu, saya melanjutkan membaca novel Let It Be Love ini.

Pilihan saya tepat. Novel ini ringan dan menghangatkan hati selama proses membacanya. Saya seperti sedang bernostalgia dengan ciri khas novel dari Penerbit GagasMedia yang heartwarming, lembut, menenangkan, dan tidak meledak-ledak.

Novel ini mengisahkan seorang Ariana, berusia 25 tahun, yang sibuk bekerja sebagai desain furnitur. Urusan cinta bagi dia ada di urutan bawah. Namun karena proyeknya, dia harus bekerjasama dengan sebuah bengkel. Disitulah Ariana bertemu dengan Ahda, pemuda tukang berbakat yang jarang bicara, kalo bicara langsung ke poinnya.

Hubungan keduanya berkembang seiring proyek yang dikerjakan. Ariana mengenal lebih dalam sosok Ahda, seorang seniman, yang baginya menyimpan keunikan dan perbedaan, jika dibandingkan dengan Damar, sosok lelaki yang dikenalkan Maya untuknya.

Dinamika hubungan mereka seru diikuti lantaran keduanya saling suka tapi enggan mengungkapkannya. Sehingga apa yang mereka rasakan harus menunggu jeda dan liku-liku sebelum akhirnya menemukan kesimpulan yang jelas. Perjalanan mereka inilah yang kadang membuat saya merasa tergelitik sendiri. Apalagi ketika babak muncul orang-orang ketiga yang membuat keduanya merasa cemburu.

Roman yang dibawa penulis bukan roman yang meledak-ledak atau ekspresif. Ini cocok bagi pembaca dewasa karena karakter dewasa pada tokoh-tokohnya sangat relate. Ahda tau menghadapi Ariana yang pemalu untuk mengungkapkan perasaannya. Begitu pun Ariana paham menghadapi sosok Ahda yang kaku. Yang membuat salut lagi, tokoh Damar dan Renggani diberikan karakter dewasa dalam menghadapi gebetan yang ternyata tidak bisa mereka miliki. 

Sehingga konflik-konflik yang muncul tidak membuat pembaca membenci salah satu tokoh yang ada. Justru kita akan diajak untuk mengiyakan cara-cara mereka menghadapi masalah percintaan yang bikin gemes ini. Kita akan bergumam sendiri, "Oh iya, memang begini harusnya."


Porsi latar tempat di novel ini cukup membangun untuk menunjang karakter tokoh sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca. Bandung menjadi latar yang membangun karakter Ariana si pekerja keras. Bali menjadi latar yang membangun karakter Ahda si seniman yang dewasa, kaku, dan tenang. Sedangkan Paris menjadi transisi sejenak bagi Ahda untuk meyakinkan perasaannya kepada Ariana.

Simbolisasi karakter di novel ini juga mengesankan saya. Ariana digambarkan sebagai bunga teratai atau lotus. Sedangkan Ahda digambarkan sebagai petrichor, atau aroma lembab tanah seusai hujan turun. Simbolisasi ini diramu dengan apik kepada alur cerita sehingga memiliki peranan penting untuk kisah Ariana dan Ahda.

Kebudayaan Bali, ilmu desain, dan tempat wisata yang disisipkan penulis juga tidak kebanyakan. Sangat cukup menjadi wawasan baru bagi pembaca sekaligus menjadi ornamen penting dan berwarna untuk merajut kisah tokoh utama. Saya cukup menikmati pengetahuan baru yang dibawa penulis dalam novelnya ini.

Keseruan dan kehangatan yang ditularkan novel ini membuat saya berani memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang. Karakter Ariana dan Ahda jadi kandidat pasangan romantis karakter novel.

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku ya!

[Resensi] Traveline Past - Luna Torashyngu


Judul: Traveline Past

Penulis: Luna Torashyngu

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2021

Tebal: 240 hlm.

ISBN: 9786020650562

***

Sembilan puluh enam tahun lalu, bangsa Planet Gorb menyerang Bumi dan memicu perang melawan penduduk Bumi. Aliansi militer Bumi akhirnya menemukan cara untuk mengakhiri peperangan: mengirim sebuah tim ke masa lalu menggunakan mesin waktu untuk mencegah bangsa Gorb menyerang Bumi.

Namun, beberapa saat sebelum tim tersebut pergi ke masa lalu, mereka diserang bangsa Gorb. Seluruh anggota tim tewas. Hanya Orin yang selamat. Dia prajurit berusia enam belas tahun yang sebetulnya bukan anggota tim. Orin terpaksa melanjutkan misi sendirian. Dia kembali ke tahun 2021, satu bulan sebelum Gorb menyerang, dan bertemu Yoko, pemuda sebayanya. Walau awalnya tidak percaya, Yoko akhirnya bersedia membantu Orin.

Sambil menunggu pesawat Gorb pertama tiba di Bumi, Orin bersekolah di tempat yang sama dengan Yoko. Di sekolah inilah Orin mendapat kehidupan serta teman baru, juga menghadapi masalah yang umum dihadapi remaja seusianya seperti pelajaran, persahabatan, perundungan, sampai soal asmara.

Dalam misinya mencegah perang, Orin menemukan fakta-fakta baru mengenai penyebab bangsa Gorb menyerang Bumi. Fakta-fakta yang selama ini disembunyikan pemerintah aliansi Bumi.

***

Begitu selesai di halaman terakhir, disitu tertulis kalimat, 'Bersambung ke Traveline Present', yang artinya ada buku lanjutannya. Ternyata Traveline Past adalah buku pertama dari series Traveline yang dibuat penulis. Saya pun mencari informasi buku keduanya dan tidak mendapatkan apa-apa, baik di goodreads maupun di store gramedia(dot)com. 

Mari kita nantikan saja buku keduanya!

Novel dibuka dengan adegan peperangan yang terjadi tidak lama sebelum tim aliansi militer Bumi masuk ke mesin waktu untuk mencegah perang antara bangsa manusia bumi dengan bangsa Gorb. Sayangnya sebelum berhasil masuk ke mesin waktu, mereka tewas dibantai oleh serangan bangsa Gorb. Yang selamat hanya Chlorina Foley atau Orin, adik angkat dari Kapten Akira Yamada. Dia akhirnya ditunjuk oleh Jenderal Hudson untuk pergi ke masa lalu dan membawa misi mencegah perang.

Orin tiba di tahun 2021, tepatnya sebulan sebelum pesawat Gorb menyerang bumi. Dia mendarat di rumah Yoko. Dan remaja laki-laki ini yang kemudian menjadi teman Orin sekaligus yang akan membantu Orin menyelesaikan misinya.

Menurut saya ada dua poin yang membuat novel ini menarik diikuti. Pertama, bagaimana Orin mencegah perang dengan menghadapi kehadiran pesawat pertama bangsa Gorb di Bumi. Kedua, bagaimana Orin beradaptasi di tahun 2021.

Karena genrenya teenlit, novel ini tergolong ringan, baik dari cerita maupun bahasanya. Penulis mampu meramu dengan apik latar masa depan dengan teknologi maju dibanding sekarang. Dan penulis juga berhasil membawa suasana perang di tahun 2117 seperti perang ketika tim Avengers menghadapi Thanos dan anak buahnya. Kontrasnya begitu terasa antara Orin di masa perang dengan Orin di tahun 2021.

Proses adaptasi Orin di tahun 2021 cukup lancar berkat bantuan Yoko. Padahal saya sudah bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Orin sambil menunggu munculnya pesawat pertama bangsa Gorb datang ke Bumi. Namun berkat SIVA, jam tangan terkomputerisasi dengan canggih, penyesuaian Orin masuk akal. SIVA ini sistem yang punya rekaman dari masa lalu hingga masa depan sehingga dia bisa mengkoneksikan datanya untuk banyak hal. 

Contoh andil SIVA dalam membantu penyesuaian Orin adalah dia menelusuri pemilik rumah di samping rumah Yoko yang akan dikontrakan sehingga Orin bisa tinggal disitu. SIVA juga membantu pemberkasan seolah-olah Orin adalah murid pindahan di sekolah Yoko. Yang paling keren, SIVA bisa memunculkan semua rekaman kamera dari waktu kapan pun sehingga bantuannya ini bisa mencegah tindakan perundungan yang dialami Arini, salah satu teman sekolah Orin.

Di novel ini juga disinggung sedikit romansa ala-ala remaja. Yoko yang naksir Dhea harus berhadapan dengan Bandi, pacarnya Dhea. Tapi Yoko akhirnya tahu Dhea hanya mempermainkannya. Yoko akhirnya menyadari perasaan sukanya kepada Orin namun Orin tidak bisa gegabah karena ada alasan besar yang merupakan plot twist novel ini di akhir ceritanya. Romansa ini jadi bumbu manis bagi perjalanan Orin mengemban misi utamanya.

Ada juga nilai persahabatan yang ditunjukkan penulis lewat Genta dan Yoko. Keduanya dekat dan akrab. Namun saya terusik ketika sosok Genta digambarkan sebagai remaja yang gendut. Sebab nama Genta melekat dengan sosok Genta di novel 5 cm yang dewasa, asyik, banyak tahu, dan solid bersahabat. Tapi biar berbeda sekali dengan Genta di novel itu, Genta di novel ini sangat menghibur.

Novel Traveline Past ini seru dibaca. Tidak terlalu tegang dan cukup memberikan hiburan. Bagi saya nilai novel ini adalah 3 bintang dari 5 bintang. Saya penasaran apa yang akan dibahas oleh penulis di novel keduanya, Traveline Present.

Terakhir dari saya, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

Oktober 01, 2021

Rekap Bookmail September 2021

Halo! Apa kabar? 

Teman-teman, mungkin ke depannya akan ada postingan terbaru di blog saya ini, yaitu "Rekapan Bookmail". Di artikel ini akan saya ceritakan secara singkat buku apa saja yang saya dapatkan -baik hasil beli, hadiah, atau hibahan- dan alasan kenapa saya tertarik memilikinya.

Tujuannya agar saya bisa berterima kasih kepada diri sendiri, kepada mereka yang menjodohkan saya dengan buku, dan kepada kesempatan yang saya dapatkan untuk menikmati pengalaman memiliki buku.

1. Cinta Terakhir Baba Dunja -  Alina Bronsky

Alhamdulillah, ini gratis, hehe

Buku ini saya dapat sebagai hadiah penanya terbaik dari Gramedia pas ikutan talkshow Sahabat Baca Novel via zoom dengan tema Bocoran Editor pada hari Jumat, 27 Agustus 2021. Di acara itu hadir empat editor yang mewakili penerbit di bawah naungan Gramedia: Gramedia Pustaka Utama, Kepustakaan Populer Gramedia, Grasindo, dan Bhuana Ilmu Populer.

Dan atas hadiah ini, saya ingin berterima kasih kepada Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

***


2. Creative Writing - A. S. Laksana

Harganya 79.200,-

Buku Creative Wraiting ini saya beli di akun shopee Dema Buku dengan menimbang saya perlu ilmu menulis untuk bekal saya menjadi blogger buku. Saya berharap buku ini bisa ngasih pandangan menjadi penulis yang lebih apik daripada yang sudah saya jalani sekarang.

***


3. Storm Sister #1: The Sinking World - Mintie Das

4. Storm Sister #2: The Frozen Seas - Mintie Das

1 paket ini seharga 40.000,-

Saya beli kedua novel preloved ini pas lagi menjelajah akun Literary Base. Dulu saya pernah baca buku pertamanya, yang kover merah, dan suka. Sayangnya saya lupa buku itu kemana, diberikan atau dijual. Beberapa kali sempat maju-mundur untuk punya kembali buku dan ternyata kemarin itu momen beruntung saya bisa beli buku ini lagi dengan harga yang murah. Beruntung banget karena pas bukunya sampe, kualitasnya masih sangat-sangat-sangat bagus. Alhamdulillah...

***


5. Saha Mansion - Cho Nam-Joo

6. Merakit Kapal - Shion Miura

1 paket ini seharga 110.000,-

Kedua buku ini juga preloved yang saya temukan di base yang sama. Saya tertarik beli ini karena kondisi buku yang kelihatannya bagus dan dihargai murah. Dan benar aja, pas bukunya datang, kondisi buku masih sangat bagus. Makanya saya merasa senang banget karena meskipun beli buku preloved, buku-buku yang saya pilih kondisinya kayak baru, hanya lepas segel aja.

***


7. Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino

8. Funiculi Funicula - Toshikazu Kawaguchi

1 paket ini seharga 124.200,-

Karena merasa terus beruntung dapat buku preloved bagus, saya akhirnya makin sering mantengin base itu. Dan secara nggak sengaja ketemu lagi dengan buku preloved kedua buku ini. Begitu bukunya sampai, saya langsung cek kondisinya, dan alhamdulillah masih bagus banget. Pokoknya sampai hari ini saya sangat puas dengan buku-buku preloved yang sudah saya beli.

***


9. Dragon Pearl - Yoon Ha Lee

10. Orang-Orang Bloomington - Budi Darma

1 paket ini seharga 99.000,-

Kedua buku ini saya beli pas akun Mizan Official di shopee mengadakan promo "pilih 2 bayat 99K". Setelah menimbang buku mana yang mau dibeli, akhirnya saya membayar kedua buku ini. Saya penasaran sama karya almarhum Budi Darma. Lalu alasan lainnya, saya pengen baca fiksi yang petualangan begitu.

***


11. Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan - Riyana Rizki

seharga 57.800,-

Kalau buku ini saya beli lantaran pengen ikutan lomba meresensi buku. Syarat salah satunya adalah memilih buku ini untuk diulas. Sebenarnya ada satu judul lagi, tapi kalo nonfiksi saya menyerah dulu, belum paham gimana menyajikan ulasan yang menarik ala-ala saya.

***


12. Potret Keluarga - Reda Gaudiamo

13. Perang - Rama Wirawan

Perang seharga 52.000,- & Potret Keluarga seharga 55.000,-

Saya tertarik membeli buku Potret Keluarga karena menurut info promosinya, buku ini sarat cerita soal keluarga. Saya yang menyukai cerita drama keluarga, nggak akan melewatkan untuk menikmati kisahnya.

***

14. Miss Peregrine's Home for Peculiar Children - Ransom Riggs

seharga 56.000,- (include ongkir 11.000,-)

Karena saya keingetan sama enaknya diksi terjemahan di buku ini, jadi saya memutuskan untuk kembali mengkoleksi seriesnya. Dan saya kebetulan ketemu buku ini saat memburu preloved dengan harga murah dan kualitas buku yang sangat baik.

***


15. Walden - Henry David Thoreau

seharga 70.000,-

Beli buku ini karena rame di twitter - base buku. Terus beberapa orang memperlihatkan isinya, dan menurut saya menarik, sebab ini kumpulan memoar yang membahas banyak hal. 

***


16. Hollow City (Miss Peregrine's Peculiar Children #2) - Ransom Riggs

seharga 44.000,-

Begitu ketemu akun yang jual buku series kedua dari Miss Peregrine, saya langsung chat dan beli bukunya. Ini juga preloved, kondisi barang masih bagus. Harga juga murah.

***


17. Dollagoot: Toko Penjual Mimpi - Lee Mi Ye

hadiah GA

Kalau buku ini saya dapatkan untuk hadiah GA dari akun Kak Khansaa di twitter. Waktu itu syaratnya mengisi survey kebiasaan membaca. Saya bersyukur sekali bisa menjadi salah satu pemenangnya sehingga bisa punya buku yang sedang hype ini.

Saya ingin berterima kasih kepada Kak Khansaa karena sudah memilih saya sebagai satu dari tiga pemenang :)

***


18. Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan

seharga 98.000,-

Buku ini saya beli lantaran sepanjang pengalaman saya membaca buku, belum pernah mencicipi buku tebal Eka Kurniawan, padahal buku beliau dipuja-puji bagus. Rasanya tertinggal banget karena belum membaca buku-buku bagus dari beliau.

***


19. The Magic Library - Jostein Gaarder

20. Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh - Dee Lestari

paket seharga 72.600,-

Saya membeli kedua buku ini sebenarnya mengincar buku Supernova #1 -nya karena ada niatan mau mengoleksi karya Dee Lestari, utamanya yang fiksi. Tetapi karena sistem budlling, jadi saya beli saja sekalian, padahal buku Jostein Gaarder-nya sudah punya.

***


Nah, teman-teman segitu posting-an bookmail untuk bulan September ini. Total ada 20 buku. Jumlah yang banyak. Dan saya lumayan kaget dengan uang saya keluarkan. Mungkin bulan depan saya akan puasa dulu beli buku, atau jika mau beli buku pun, harus ketat sesuai budget. Semoga bisa, hehe.

Oke, sekian dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!


September 28, 2021

Lebih Manfaat Mana: Membaca Buku Fiksi atau Non-Fiksi?


Bukan pertanyaan baru soal lebih bermanfaat mana antara membaca buku fiksi dan non-fiksi. Ini menjadi momen yang mengesalkan ketika masyarakat suka membandingkan dua hal ini. Saya sendiri mengalami hal serupa ketika sering membagi link resensi buku di blog ini, di status whatsapp.

Sekelas atasan kerja pun sempet menyinggung hal ini ketika beliau menelepon saya. “Kamu jangan kebanyakan membaca novel,” ucapnya dengan intonasi meremehkan. Sejak itu saya membatasi untuk membagikan link di WA. Saya jadi lebih sering membagikannya di twitter. Jengah, iya, tapi nggak begitu menyakiti hati. Pembenaran lainnya, “Mungkin banyak yang terganggu dengan status WA saya, jadi alangkah baiknya dihindari saja.”

Oke, saya akui bacaan saya lebih banyak di golongan fiksi, sehingga jika sebulan saya bisa menyelesaikan 3 sampai 4 novel dan 1 buku pengembangan diri. Atau mungkin tidak berhasil membaca buku non-fiksi satu pun. Lalu, apa jeleknya membaca novel

Menurut saya yang jelek itu mereka yang nggak pernah baca buku tapi doyan nyinyir ke orang yang suka baca buku.

Pola pikir masyarakat menilai novel sebagai bacaan yang imajinatif dan halu. Sehingga bagi mereka isi novel ini tak lain dan tak bukan hanya cerita kosong karangan orang yang disebut penulis. Bukan sesuatu yang nyata, dan karena bukan kenyataan dianggapnya sepele dan nggak berguna.

Berbeda dengan buku non-fiksi, bagi masyarakat buku jenis ini lebih berbobot dan untuk beberapa buku bisa meningkatkan kemampuan pembacanya. Saya akui soal meningkatkan kemampuan seseorang itu memang benar. Tapi bukan berarti buku fiksi tidak berbobot juga.

Saya jadi gemas pengen menjelaskan apa manfaat saya membaca novel.


  1. Membaca novel justru mengasah empati. Novel yang saya baca (dan semua novel umumnya) selalu memuat nilai-nilai kehidupan manusia sehingga novel sebenarnya memotret dinamika kehidupan manusia yang punya masalah kompeks. Dari tokoh-tokoh di dalam novel kita bisa belajar banyak nilai kehidupan yang belum tentu kita alami. Dengan membaca banyak novel, makin kaya juga kita memahami pelajaran hidup tanpa harus mengalaminya. Kita akan lebih peka dan empati menghadapi masalah hidup yang mungkin ke depannya akan menimpa kita.
  2. Membaca novel membuat sisi logis otak makin tajam. Perpaduan membaca, memahami, bahkan menghayati isi novel membuat pembaca lebih cerdas baik secara otak dan hati. Saya merasakan betul manfaat ini ketika saya menghadapi pekerjaan kantor yang berhubungan dengan sistem komputerisasi akuntansi dan logika jurnal keuangan, padahal saya karyawan yang kuliahnya nggak selesai. Nilai plus pembaca buku adalah mereka suka inovasi, mereka bisa menyederhanakan pekerjaan sehingga selesai cepat dan tepat, dan mereka lebih teliti. Ini karena kebiasaan membaca mengharuskan teliti, mengikuti alur cerita, dan menguasai lebih banyak isi novelnya.
  3. Membaca novel bukan kegiatan yang merugikan orang lain. Ini yang perlu dipahami oleh orang-orang yang nyinyir soal manfaat membaca fiksi, jika membaca bukan kegiatan yang akan mengganggu, apalagi merugikan orang lain. Jadi selama kalian tidak terganggu, stop, sudah jangan mengomentari soal lebih baik yang mana.


Kesimpulannya, membaca itu punya manfaat. Bukan soal fiksi atau non-fiksi. Membaca komik pun itu masih lebih baik dibandingkan dengan tidak membaca apa pun. Justru kegiatan membaca membuat kita sadar kalau ternyata selera orang itu berbeda-beda. Kita justru belajar hal lain, soal menghargai kesukaan orang lain, dan tidak dibenarkan menilai orang lain berdasarkan buku yang dibacanya.

Nah, sekian artikel sekaligus uneg-uneg dari saya. Jika ada yang mau menambahkan, silakan tulis di kolom komentar ya!

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



September 26, 2021

[Resensi] Funiculi Funicula - Toshikazu Kawaguchi


Judul: Funiculi Funicula

Penulis: Toshikazu Kawaguchi

Penerjemah: Dania Sakti

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2021, cetakan kedua

Tebal: 224 hlm.

ISBN: 9786020651927

***

Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Keajaiban kafe itu menarik seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anaknya yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Namun ada banyak peraturan yang harus diingat. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan masa kini. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin.

Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?

***

Satu hari Fumiko Kiyokawa dan Goro Katada janjian ketemu di satu tempat makan, tapi tutup. Lalu mereka mencari tempat lain, sayangnya mereka hanya menemukan kafe Funiculi Funicula. Pertemuan itu diharapkan menjadi lamaran Goro. Namun ternyata justru jadi perpisahan Goro karena harus ke Amerika mengejar impian pekerjaannya.

Setelah kejadian itu, setelah melihat informasi di televisi, Fumiko baru sadar kalau kafe kemarin adalah kafe yang legendaris sebab rumornya bisa membawa pengunjung pergi ke masa lalu. Fumiko kembali datang ke kafe dan meminta tolong kepada Kazu Tokito, pekerja kafe, untuk membantunya pergi ke masa lalu. Di kafe Funiculi Funicula, Fumiko mengenal Yaeko Hirai, Kumi HiraiKotake, Fusagi, Kei Tokita (istri sepupu Kazu), dan Nagare Tokita (sepupu Kazu).

Ada lima peraturan rumit yang harus diketahui oleh pengunjung ketika ingin pergi ke masa lalu. Gara-gara peraturan ini, kebanyakan pengunjung mengurungkan niat mereka.


Walau dengan lima aturan sulit ini, Fumiko bisa kembali ke masa lalu. Disusul oleh yang lainnya. 

Lalu, masa lalu seperti apa yang mereka kunjungi? Jawaban apa yang mereka cari?

Masa Lalu Tetaplah Masa Lalu

Kebanyakan alasan seseorang ingin kembali ke masa lalu karena ingin memperbaiki sesuatu yang sudah berlalu, yang dianggap sebagai kesalahan. Dengan harapan bisa merubah keadaan sekarang. Namun, di novel ini kita akan diberikan kebalikannya.

Konsep masa lalu yang tidak dapat diubah merupakan aturan bijaksana. Sebab jika masa lalu bisa dirubah, masa depan ikut berubah. Dan cerita tipe itu pasti membingungkan kita, sebab teori paradoks akan berlaku. Misalnya Grandfather - Paradox: Jika kamu kembali ke masa lalu dan membunuh kakekmu, maka keberadaan kamu dipertanyakan. Sebab jika kakekmu meninggal, orang tuamu tidak ada, dan kamu pun tidak ada. Lalu kamu yang membunuh pun tidak ada.

Rumit, kan?

Dengan aturan yang ketat soal masa lalu yang tidak dapat berubah, tokoh yang pergi ke masa lalu hanya akan menemukan jawaban dari yang selama ini belum mereka ketahui atas suatu kejadian atau peristiwa.

Ada empat bab di novel ini, yang setiap bab-nya menceritakan kunjungan para tokoh melintasi waktu. Bab pertama, Kekasih, menceritakan Fumiko yang ingin mengungkapkan keinginannya menahan Goro supaya jangan pergi. Bab kedua, Suami-Istri, menceritakan rasa penasaran Kotake dengan surat yang dipegang suaminya, Fusagi, yang mengidap Alzhemier. Bab ketiga, Kakak-Adik, menceritakan Hirai yang menyesal karena kehilangan adiknya. Bab keempat, Ibu-Anak, menceritakan perjalanan Kei ke masa depan untuk melihat putrinya.

Dominan Tema Keluarga

Karena ada empat kisah menjelajah waktu, dan semuanya membahas soal hubungan, saya bisa menyebut tema novel ini didominasi tema keluarga. Tema yang selalu bikin hati saya menghangat ketika membacanya, dan terkadang justru bikin mata berkaca-kaca. 

Tema keluarga lebih banyak menggali konflik yang biasa muncul di tengah rumah tangga, lalu dibandingkan dengan kondisi ideal. Misal, hubungan suami-istri itu harusnya mesra dan romantis, tapi jika kenyataan salah satu pasangan ditimpa sakit, keadaan mesra dan romantis tadi menguap. Yang ada justru usaha keras untuk membuat kondisi tetap stabil. Pencapaian ini paling minimal yang diupayakan.

Contoh lainnya, Ibu-Anak harusnya akrab dan harmonis. Tetapi jika anak itu ditinggal mati ibunya sejak bayi, apakah akrab dan harmonis akan berlaku? Yang ada adalah bagaimana si anak melanjutkan hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.

Kondisi-kondisi seperti inilah yang paling gampang mengaduk emosi pembaca sebab tema ini relate dengan hati pembaca kebanyakan.

Heartwarming

Saya sempat membaca salah satu twett yang menanyakan, "Apakah 'Heartwarming' termasuk salah satu genre buku?" Tentu saja bukan. Heartwarming atau menghangatkan hati merupakan salah satu kesan yang timbul setelah membaca novel. Biasanya kesan ini muncul untuk novel-novel yang bergenre roman dan keluarga.

Novel Funiculi Funicula ini termasuk salah satu novel yang meninggalkan kesan heartwarming tadi. Menurut saya hal itu terjadi karena emosi yang dimainkan penulis tidak sampai meledak (marah-marah, kesal, menggerutu, atau emosi negatif lainnya). Pembaca justru diajak untuk bersikap positif thinking, ikhlas, sabar, dan berlapang dada dengan kenyataan yang tidak dapat diubah semau kita.


Apakah novel Funiculi Funicula ini menarik?

Bagi saya novel ini meninggalkan kesan adem. Saya belajar banyak nilai hidup dari berbagai bentuk hubungan. Pesan yang dikandung novel ini mengajak pembaca untuk lebih menyayangi keluarga atau orang terdekat. Sebab ketika kita kehilangan waktu indah bersama mereka, yang tersisa tinggal penyesalan. Di novel ini para tokoh bisa menemukan jawaban dengan menjelajah waktu. Sedangkan di kenyataan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang untuk kafe sederhana dan dingin, kafe Funiculi Funicula.

Terakhir dari saya, jaga kesehatan dan terus membaca buku!