Judul: Let It Be Love
Penulis: Vilda Sintadela
Editor: Mita M. Supardi & Tesara Rafiantika
Penerbit: GagasMedia
Terbit: November 2015, cetakan pertama
Tebal: viii + 260 hlm.
ISBN: 9797808467
***
Ariana, seorang desainer furniture yang selalu mengandalkan dirinya sendiri atas nama kemandirian, telah lama bersembunyi dari cinta. Meski diam-diam, ia berharap, suatu hari, seseorang akan menyelamatkannya dari rasa kesepian. Mempertemukannya dengan cinta yang nyata.
Ahda, seorang seniman rupa yang tak pernah menganggap cinta benar-benar ada. Tak banyak celah dalam hatinya untuk diselusupi rasa. Meski ada kalanya logika dan hatinya seakan tak sejalan, mencoba membuka ruang untuk rasa yang tak sepenuhnya ia percayai.
Keduanya bertemu. Namun, cinta tak ubahnya sebuah seni yang mereka geluti. Yang terkadang tampak rumit, sekaligus menantang. Yang memerlukan kesabaran untuk memahami dan menyelesaikannya. Sementara, Ariana dan Ahda adalah dua orang yang telah lama tak terlalu berharap banyak pada cinta.
Lalu, akankah cinta selalu punya cara mempertemukan meski mereka berlari menjauhinya?
***
Di twitter saya sempat mengatakan kalo saya kayaknya perlu membaca buku yang ringan-ringan saja karena sedang banyak pikiran. Dan setelah menyelesaikan membaca novel Traveline Past karya Luna Torashyngu, saya melanjutkan membaca novel Let It Be Love ini.
Pilihan saya tepat. Novel ini ringan dan menghangatkan hati selama proses membacanya. Saya seperti sedang bernostalgia dengan ciri khas novel dari Penerbit GagasMedia yang heartwarming, lembut, menenangkan, dan tidak meledak-ledak.
Novel ini mengisahkan seorang Ariana, berusia 25 tahun, yang sibuk bekerja sebagai desain furnitur. Urusan cinta bagi dia ada di urutan bawah. Namun karena proyeknya, dia harus bekerjasama dengan sebuah bengkel. Disitulah Ariana bertemu dengan Ahda, pemuda tukang berbakat yang jarang bicara, kalo bicara langsung ke poinnya.
Hubungan keduanya berkembang seiring proyek yang dikerjakan. Ariana mengenal lebih dalam sosok Ahda, seorang seniman, yang baginya menyimpan keunikan dan perbedaan, jika dibandingkan dengan Damar, sosok lelaki yang dikenalkan Maya untuknya.
Dinamika hubungan mereka seru diikuti lantaran keduanya saling suka tapi enggan mengungkapkannya. Sehingga apa yang mereka rasakan harus menunggu jeda dan liku-liku sebelum akhirnya menemukan kesimpulan yang jelas. Perjalanan mereka inilah yang kadang membuat saya merasa tergelitik sendiri. Apalagi ketika babak muncul orang-orang ketiga yang membuat keduanya merasa cemburu.
Roman yang dibawa penulis bukan roman yang meledak-ledak atau ekspresif. Ini cocok bagi pembaca dewasa karena karakter dewasa pada tokoh-tokohnya sangat relate. Ahda tau menghadapi Ariana yang pemalu untuk mengungkapkan perasaannya. Begitu pun Ariana paham menghadapi sosok Ahda yang kaku. Yang membuat salut lagi, tokoh Damar dan Renggani diberikan karakter dewasa dalam menghadapi gebetan yang ternyata tidak bisa mereka miliki.
Sehingga konflik-konflik yang muncul tidak membuat pembaca membenci salah satu tokoh yang ada. Justru kita akan diajak untuk mengiyakan cara-cara mereka menghadapi masalah percintaan yang bikin gemes ini. Kita akan bergumam sendiri, "Oh iya, memang begini harusnya."
Porsi latar tempat di novel ini cukup membangun untuk menunjang karakter tokoh sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca. Bandung menjadi latar yang membangun karakter Ariana si pekerja keras. Bali menjadi latar yang membangun karakter Ahda si seniman yang dewasa, kaku, dan tenang. Sedangkan Paris menjadi transisi sejenak bagi Ahda untuk meyakinkan perasaannya kepada Ariana.
Simbolisasi karakter di novel ini juga mengesankan saya. Ariana digambarkan sebagai bunga teratai atau lotus. Sedangkan Ahda digambarkan sebagai petrichor, atau aroma lembab tanah seusai hujan turun. Simbolisasi ini diramu dengan apik kepada alur cerita sehingga memiliki peranan penting untuk kisah Ariana dan Ahda.
Kebudayaan Bali, ilmu desain, dan tempat wisata yang disisipkan penulis juga tidak kebanyakan. Sangat cukup menjadi wawasan baru bagi pembaca sekaligus menjadi ornamen penting dan berwarna untuk merajut kisah tokoh utama. Saya cukup menikmati pengetahuan baru yang dibawa penulis dalam novelnya ini.
Keseruan dan kehangatan yang ditularkan novel ini membuat saya berani memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang. Karakter Ariana dan Ahda jadi kandidat pasangan romantis karakter novel.
Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku ya!
sama-sama dan terima kasih sudah berkunjung ke blog ini :)
BalasHapus