[Resensi] Ephemera - Akaigita

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Ephemera

Penulis: Akaigita

Editor: Miranda Malonka

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2020

Tebal: 296 hlm.

ISBN: 9786020636542

***

Rumah di tepi rawa itu menyimpan bahaya. Dari kucing-kucing yang menghilang tanpa jejak, kerisik aneh di langit-langit pada malam hari, hingga takhayul keberadaan makhluk setinggi pohon kelapa yang menjaga tanah itu.

Suatu hari, Venus—anak perempuan penghuni rumah—terjatuh ke sumur dan koma. Saat dia siuman, dia mengaku terpeleset karena kaget melihat ular besar di sana. Tapi benarkah pengakuannya itu?

Lantas mengapa Adam, sahabat karib Venus, dikucilkan dan dituduh mendorong gadis itu ke sumur? Mengapa pula Luna, adik Venus yang serba tahu malah diam seribu bahasa?

Rumah di tepi rawa itu tak hanya menyimpan bahaya, tetapi juga rahasia gelap yang tak boleh menyebar.

***

Pada satu hari, sekumpulan anak remaja: Venus, Luna, Adam, dan Giga sedang main petak umpet. Yang giliran jaga adalah Luna. Semua berpencar. Venus memilih sembunyi di balik pohon pakis dekat sumur. Saat dia berjongkok, terdengar suara desisan dan kakinya menginjak sesuatu. Begitu dilihat, seekor ular tengah menatapnya siap menerkam. Venus kaget dan terdorong ke pinggir sumur yang rapuh dan jatuh ke dalam. Kepalanya membentur batu. 

Venus koma selama tiga bulan. Adam menjadi tertuduh hingga dia dipukuli oleh ayahnya sendiri. Luna harus menanggung beban mengurus rumah karena ibu dan ayahnya sibuk mengurus kakaknya. Sedangkan Giga sebagai sepupu sekaligus yang paling tua menjadi yang paling tidak terpengaruh. Sejak peristiwa kecelakan itu hubungan keempat remaja tadi berubah total.

Saat Venus akhirnya sadar dari koma, pertanyaan-pertanyaan soal kecelakan itu terungkap. Tetapi ada bagian-bagian yang aneh. Cerita ular dipatahkan oleh ayah dan ibunya. Venus dianggap amnesia. Hubungan kakak-adik menjadi bersitegang. Hubungan perkawanan menjadi dingin. Namun saat kucing hitam milik Venus yang bernama Oreo menghilang, Adam dan Herman (kawan sekolah Adam) membuat strategi untuk mengungkap soal kasus hilangnya beberapa hewan peliharaan warga dan rumor soal keberadaan ular raksasa milik wilayah keluarga Utomo.

Informasi saja, kata Ephemera berarti benda berbentuk kertas yang masa pakainya singkat atau sekali pakai, kemudian bisa didaur ulang atau dibuang. Contohnya tiket konser, tiket parkir, surat undangan, poster, dll. Tetapi penulis mengartikannya sebagai sesuatu yang fana, kebalikan dari kata timeless yang merupakan judul pertama dari ceritanya sewaktu masih dipublikasikan di wattpad.

Novel Ephemera secara umum tergolong cerita remaja yang dibalut misteri. Dikatakan cerita remaja karena tokoh utama dalam novel ini masih berusia remaja. Selain itu karena konflik yang dihadirkan berupa konflik yang biasa dialami anak remaja, misalnya perselisihan kakak-adik, pertengkaran sesama teman, muncul iri dengki, dan hadir rasa suka kepada teman lawan jenis.

Sedangkan disebut cerita misteri karena penulis menghadirkan versi yang berbeda cerita sebenarnya kejadian kecelakaan Venus: (1) Venus jatuh ke sumur karena kaget melihat ular dan, (2) Venus jatuh dari sumur karena didorong Adam.

Lalu rumor ular besar yang dilihat beberapa orang juga menjadi tanda tanya besar. Apalagi ketika kabar hilangnya Oreo disangkutpautkan dengan hilangnya beberapa hewan ternak milik warga. 

Setting tempat dimana rumah keluarga Ahsan dan keluarga Asti berada yaitu di tengah hutan kecil yang lokasinya bersisian dengan kanal selebar tiga meter dan rawa yang luas, makin memperkuat rumor soal keberadaan ular besar karena lokasi itu diyakini sebagai sarang ular. Warga semakin enggan berhubungan dengan keluarga Utomo sebab percaya keluarga ini memelihara ular.

Tema keluarga dalam novel ini juga begitu terasa yaitu dengan mengetengahkan konflik keluarga Utomo yang dicoba diselesaikan dengan cara yang aneh. Setiap orang punya pembenaran tanpa peduli kebenaran yang sebenarnya. Setiap orang mengukur masalah dari ukuran pribadi bukan dari ukuran nilai yang berlaku di masyarakat. Gara-gara kecelakaan itu, semua keluarga Utomo terpengaruh dan menunjukkan karakter aslinya.

Sebagai novel misteri, penulis berhasil Misteri ini semakin membingungkan karena cerita disampaikan dengan point of view dari tokoh yang berbeda-beda: Venus, Luna, Adam, dan Herman. Jadi setiap tokoh punya versi, pandangan, dan pendapat yang berbeda-beda mengenai peristiwa kecelakaan dan kondisi keluarga Utomo.

Sebagai cerita misteri, penulis sangat tepat dengan memilih gaya bercerita menggunakan Point of View (POV) yang bergantian antara beberapa tokoh: Venus, Luna, Adam, dan Herman. Sehingga setiap tokoh punya versi cerita yang kemudian menggenapkan cerita dari tokoh lainnya. Tujuan akhirnya tentu saja mengungkap secara mendetail apa yang terjadi saat kecelakaan dan rentetan 

Yang menarik lainnya dari novel ini adalah soal psikologi tokoh-tokohnya yang aneh. Penulis memainkan perubahan psikologi tokohnya dengan mengerikan. Venus yang manis ternyata sosok yang bossy dan selalu ingin jadi pusat perhatian. Luna sebagai adik yang penurut dan dewasa karena keadaan, kadang berubah menjadi sosok manipulatif. Adam terbilang sosok yang labil sebab terjadi perubahan karakter drastis dari yang ceria menjadi tertutup. Giga lebih memprihatinkan karena dia mempunyai kebiasaan memotong-motong serangga dan kadang melukai kucing. Yang paling normal kayaknya hanya Herman, tetangga Adam. Dia remaja yang penuh semangat berpetualang dan mempunyai karakter yang melebur dengan siapa pun. Berkat dia pula rahasia keluarga Utomo terungkap dan menjadi penyelesaian paling baik untuk semuanya.

Usai membaca novel Ephemera ini, saya mendapatkan pandangan baru mengenai bagaimana mewujudkan tujuan yang baik, yaitu tanpa melibatkan ego yang menimbulkan kerugian orang lain. Karena alasan kenapa keluarga Utomo memelihara monster dengan tujuan kelestarian alam. Sayangnya, beberapa cara yang dilakukan mengandung resiko tinggi, apalagi jika tidak terkendali bisa menjadi musibah besar. Selain itu, dari novel ini kita juga harus terbuka berkomunikasi dengan keluarga atau orang-orang terdekat. Dalam bersosialisasi pasti akan ada kalanya kita salah paham, tapi jika sudah terbiasa mengungkapkan segala sesuatu dengan baik, permasalahan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jadi, belajarlah terus untuk berani mengungkapkan pikiran dengan kebijaksanaan.

Novel Ephemera ini saya berikan nilai 4 bintang dari 5 bintang karena saya menikmati misteri dan keseruan yang dihadirkan penulis. Ceritanya mampu menaik-turunkan emosi pembaca diiringi kebingungan menebak kebenaran misterinya.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jangan lupa menjaga kesehatan dan terus membaca buku!

0 komentar:

Posting Komentar