Judul: Bingung Bingung
Penulis: Fadel Ilahi Eldimisky
Editor: Fialita
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Agustus 2019
Tebal: viii + 160 hlm.
ISBN: 9786020630472
***
Hal yang sebenarnya biasa saja, kalau ditelisik lebih jauh ternyata bisa membuat bingung. Apalagi hal-hal yang memang membingungkan. Salim, orang kampung yang bekerja di Surabaya, menyadari hal itu setelah pada sore yang nahas motornya menabrak trotoar. Menurut dokter, Salim terkena gegar otak ringan. Sementara istrinya, Sofia, menengarai Salim kesurupan.
Di mata Salim, tak ada yang membingungkan. "Apakah ada yang tak membingungkan?' katanya. Hampir setiap kalimat yang diucapkan Salim diawali dengan, "Saya bingung."
Perubahan itu membuat istri Salim ikutan-ikutan bingung. Begitu juga dengan atasan di kantor, Atasan Paling Atas, dan teman-teman Salim. Balian sakti pun ditugaskan menangani Salim yang bingung.
Salim bingung, semua orang jadi bingung.
Novel ini menyodorkan "kacamata" bingung untuk segenap peristiwa yang selama ini dianggap tidak membingungkan. Dan ternyata, dalam segenap peristiwa yang membingungkan itu tersimpan banyak hal yang membuat kita tertawa. Bingung tapi tertawa. Bingung, kan?
***
Pada suatu waktu Salim mengalami kecelakaan lalu lintas. Motornya menabrak trotoar. Menurut dokter, Salim mengalami gegar otak. Salim justru menyangkal, dia merasa dirinya baik-baik saja. Ketika diberikan resep, Salim tidak terima. Orang sehat kenapa harus minum obat?
Sejak inilah sikap Salim berubah di mata istri dan rekan-rekan kerjanya. Sebelumnya, Salim sosok yang pendiam dan penurut, tapi mendadak berubah menjadi cerewet, kritis, dan bingung. Perubahan ini jadi merepotkan banyak orang.
Novel Bingung Bingung ini ternyata merupakan pengembangan dari cerita pendek berjudul Bingung, yang dimuat dalam antologi dwibahasa, Saraswati: Wisdom and Knowledge.
Kesan saya setelah baca novel tipis ini, lumayan tergelitik dan sedikit jengkel mengikuti tokoh utamanya, Salim. Tergelitik karena pertanyaan kebingungan Salim mewakili keresahan banyak orang, walaupun orang-orang sebenarnya lebih banyak tidak peduli. Salim menyentil dengan pertanyaan-pertanyaan itu, bahkan menurut saya bisa masuk kategori menyerang. Apalagi Salim orang dewasa, yang tidak lagi lucu dan menggemaskan ketika keingintahuannya tinggi dan dia keluarkan lewat bertanya. Salim saja yang betah banget mempertanyakan kebingungannya sampai dia bingung sendiri.
Kenapa suara2 yg benar membuat telinga yg mendengarnya panas dan otak yg mencernanya berubah gerah? Sebegitu jauhkan manusia saat ini dari kebenaran?(hal. 40)
Lalu karena terlalu banyak bertanya, Salim menjadi sosok yang menjengkelkan. Kayaknya semua yang dia lihat membuatnya bingung. Parahnya, dia bingung dan semua orang harus mengetahui kebingungannya. Kan bikin kesal!
Kenapa aturan mengekang mulut kita utk membicarakan apa saja yg kita pikirkan dan kita rasakan?(hal. 49)
Membaca cerita soal Salim, pembaca diajak untuk ikut menjawab keresahan-keresahan di masyarakat. Misalnya salah satu contohnya, kenapa polisi mesti mengamankan motor korban kecelakaan lalu lintas? Kenapa harus ada uang tebusan untuk mengambilnya? Apa mereka tidak paham, gara-gara kecelakaan motor itu ada biaya besar yang harus dikeluarkan; untuk berobat dan untuk memperbaiki motor? Lalu kenapa polisi masih membebani korban dengan uang tebusan itu?
'Dan setiap orang yang bersitegang dengan polisi di jalan raya, polisi selalu muncul sebagai pemenang' (hal. 4) Kalimat ini menyentil polisi yang kebanyakan memanfaatkan posisinya menjadi pemenang di jalanan demi dibarter dengan uang buat makan pagi, siang, atau malam.
Banyak banget pertanyaan-pertanyaan Salim yang di awali, "Saya bingung..." Soal dukun, soal pemerintah, soal masyarakat, soal perusahaan, semua kena dibingungkan Salim. Yang bikin saya geram kalau Salim sudah bertanya yang jawabannya sudah dia tahu. Ada beberapa hal yang menurut saya aneh kalau orang dewasa masih mempertanyakan hal sepele, sedangkan dia bisa menyimpulkan jawaban berdasar situasi dan kondisi nyatanya. Jika sudah berdebat panjang dengan rekan kerjanya, Salim akan mematahkan dengan kalimat, "Saya bingung."
Salim seharusnya 'kita', tapi dalam versi yang lebih baik. Maksudnya, kita harus bisa berpikir kritis dan mau mengungkapkan sesuatu yang patut ditanyakan.
Untuk novel Bingung Bingung ini saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang. Semoga kita bisa berlucu-lucuan yang satir dengan novel ini, di sisi lain menjengkelkan, di sisi lain menghibur.
Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!
0 komentar:
Posting Komentar