Juli 30, 2025

Novel Let Go - Windhy Puspitadewi

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Let Go

Penulis: Windhy Puspitadewi

Editor: Widyawati Oktavia

Desain sampul: Mira Tazkia

Penerbit: GagasMedia

Terbit: Januari 2009, cetakan pertama

Tebal: viii + 244 hlm.

ISBN: 9797803821

Tag: teenlit, sekolah, persahabatan, impian, kehilangan


Novel Let Go menceritakan murid SMA kelas X bernama Caraka Pamungkas yang terkenal bebal di tahun pertamanya. Demi membuatnya berubah, dia diharuskan membantu keberlangsungan majalah sekolah Veritas bersama Sarah, Nadya, dan Nathan. 

Perbedaan karakter membuat mereka mengalami banyak dinamika. Sarah yang rapuh, Nadya yang serba bisa, Nathan si paling pintar, dan Raka yang sering bertindak tanpa berpikir dulu, menemukan makna baru persahabatan. Rahasia dan masalah masing-masing mulai dikenali. 

Tapi takdir punya cara untuk mendewasakan mereka walau itu menyedihkan.

***



Novel Let Go tergolong novel teenlit. Anak sekolah dan masalah-masalah  yang biasa ditemui jadi perpaduan yang menarik jadi sebuah kisah. Masalah yang dihadapi belum dikategorikan berat tapi konflik yang muncul cukup membuat emosi saya naik-turun.

Sarah yang dikenal lembut dan rapuh kesulitan untuk menolak permintaan orang lain meski harus mengorbankan impiannya. Belum lagi soal berdamai dengan perasaannya yang tertolak. Nathan yang pintar dan dingin memilih menyerah dengan kesehatannya karena ia tidak punya alasan kenapa harus melanjutkan hidup setelah ibunya meninggal. Nadya yang serba bisa akhirnya kena batunya saat semua yang dia usahakan justru jadi berantakan hanya karena dia ingin dianggap hebat sehingga lupa mengukur diri dan lupa meminta tolong. Sedangkan Raka masih terikat masa lalu dan belum berdamai dengan kehilangan.

Saya suka dengan perkembangan mereka menjadi lebih bijaksana. Dan prosesnya cukup seru diikuti. Ada salah paham, ada cemburu, ada pura-pura tidak peduli, dan ada perseteruan. Dan kedewasaan mereka terasa normal, bukan berubah seperti orang dewasa ya.

Penceritaan penulis juga cukup ringan. Beberapa bagian bakal bikin gemas, beberapa bagian bikin kesal, dan di ujung cerita bakal dibikin nangis. Dan emosi yang ingin dibagikan sangat tersampaikan kepada saya.

Secara penokohan pun sangat baik. Walau pusat cerita ada di empat murid, penulis bisa menggambarkan karakternya dengan hidup bagi masing-masingnya sehingga saya bisa mengenali tokoh-tokohnya dengan baik. 

Dari novel ini saya belajar mengenai proses berdamai dengan kehilangan itu tidak mudah tetapi harus dilakukan. Yang hidup harus terus hidup, yang mati biar menyisakan kenangan terbaik. Jangan sampai kehilangan membuat kita kehilangan lebih banyak, terutama waktu.

Secara keseluruhan saya suka dengan cerita novel ini karena membawa saya ke masa SMA dengan masalah-masalahnya. Dan saya tidak menduga kalau di akhir novel ini bakal bikin menangis. Ngomongin kehilangan itu memang enggak pernah enak tapi kita harus selalu siap mengalaminya.

Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca muda yang ingin belajar masalah-masalah apa yang biasa muncul pas di SMA. Atau untuk pembaca yang sudah melewati masa SMA sebagai momen nostalgia, hehe.

Sekian ulasan saya untuk novel Let Go ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

***

Kutipan-Kutipan

  • Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, enggak akan pernah bisa menghargai orang lain (p. 98)
  • Orang yang menyukai dirinya sendiri apa adanya dan nggak pernah berusaha jadi orang lain adalah orang yang sangat keren (p. 137)


Juli 13, 2025

Komik Solanin - Inio Asano

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Solanin

Komikus: Inio Asano

Penerjemah: Ayu Arsandhi Patty

Grafis: Heru Lesmana

Penerbit: M&C

Terbit: 2024, cetakan kedua

Tebal: 476 hlm. 

ISBN: 9786230310966

Tag: komik, dewasa, passion, musik, band



Meiko Inoue dan Naruo Taneda adalah pasangan kekasih yang tinggal bersama. Keduanya berhenti bekerja dan menggantungkan hidup pada impian band yang sekarang dijalani Taneda bersama temannya; Kato dan Yamada.

Hidup yang tidak bernilai, tanpa arah, dan perlahan-lahan terpuruk membuat hubungan Meiko dan Taneda penuh pikiran dan ketakutan. Hingga suatu hari Taneda menghilang dan membuat Meiko galau. Walau banyak kekurangan, kehilangan Taneda sudah seperti kehilangan daya hidup. 

Saat Taneda memberi kabar lagi, justru itu momen terakhirnya. Kecelakaan membuatnya meninggalkan impian band yang tetap jadi impian dan meninggalkan Meiko yang mendekap kehilangan.

Pertemuan dengan ayahnya Taneda, memunculkan gairah hidup lagi. Tujuan Meiko adalah melanjutkan hidup tanpa perlu menghapus kenangan Taneda. Ia memutuskan bergabung dengan band teman-teman Taneda.

***



Membaca komik Solanin seperti mengingatkan kepada kegagalan hidup saya sendiri. Karena terlalu berleha-leha dan bergantung pada impian-impian yang ketinggian akhirnya banyak yang enggak tercapai. Saya ketinggalan dibandingkan teman-teman sepantaran.

Pedih banget pas baca bagian Mieko dan Taneda yang mengakui kalau mereka gagal menjalani hidup. Ketika pengen berubah pun terasa sulit karena sudah ketinggalan jauh. Komik Solanin ini sukses memotret kehidupan menjadi dewasa yang enggak mudah, banyak hal harus diperjuangkan dan dikorbankan.

Punya impian itu sah saja. Tapi saat kita sudah dewasa, yang paling utama adalah bagaimana hidup yang baik. Jangan menganggur karena apa-apa butuh biaya. Terasa banget efek menganggur bagi hidup Mieko dan Taneda sampai mereka harus menghitung-hitung waktu mau bayar listrik dan memperbaiki AC yang mati.

Patah hati yang dialami Mieko pas Taneda menghilang juga sangat menyayat hati. Apalagi pas Taneda meninggal, sumpah rasanya sesak banget baca narasinya. Yang biasanya apa-apa berdua, ngobrol apa aja, bercanda receh, dan dalam waktu sekejap harus kehilangan momen itu, rasanya kayak ada yang dicabut dari dada. Saya bisa bersimpati karena saya pernah mengalaminya. Patah hati paling dalam saat orang tersayang kita sudah tidak bersama kita lagi. Dan butuh waktu lama untuk menerima kenyataan kehilangan itu.

Dan di sini kita tidak hanya dikasih lihat kehidupan pasangan Mieko dan Taneda saja. Kita juga dikasih tahu apa pergulatan hidup orang-orang di sekitarnya seperti Kato yang jadi mahasiswa abadi dan Yamada yang diam-diam menyimpan perasaan kepada Mieko tapi memilih menghormati Taneda.

Ceritanya berwarna dan banyak banget bagian yang relate dengan kita. Siap-siap saja tersindir dan diajak merenung soal kehidupan.




Karakter favorit saya adalah Yamada. Walau orangnya ketuaan dan kadang tingkahnya kekanakan, tapi dia tipikal yang berpikiran dewasa. Cukup realistis memandang hidup dan asmara. Saya kira Mieko bakal jadi pasnagan Yamada tapi di akhir buku kayaknya bukan Yamada.

Secara keseluruhan saya sangat menikmati membaca komik dewasa ini. Dewasanya bukan mesum ya tapi sisi karakternya. Bukan sekadar hiburan saja tapi jadi perenungan juga. Dan harus diakui, selesai baca pun meninggalkan rasa perih yang agak lama di dada. Kayak getir gitu.

Komik ini sangat saya rekomendasikan untuk pembaca yang mulai masuk ke kejamnya hidup setelah lulus kuliah. Sebelum kalian terjerat kemalasan dan berujung penyesalan, lebih baik belajar bahkan dari sebuah komik.

Nah, sekian ulasan saya untuk komik Solanin ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juli 09, 2025

Resensi Novel The Wild Robot: Sang Robot Liar - Peter Brown

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: The Wild Robot: Sang Robot Liar

Penulis & ilustrasi : Peter Brown

Penerjemah: Maria Lubis

Penerbit: Noura Kids

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: 300 hlm.

ISBN: 9786238094752

Tag: buku anak, robot, petualangan, hewan



Novel The Wild Robot menceritakan robot bernama ROZZUM unit 7134 yang terdampar di sebuah pulau setelah kapal kargo yang membawanya tenggelam di laut. Dia kemudian bertemu banyak hewan dan mesti beradaptasi dengan kondisi pulau yang baru pertama kali ia ketahui.

Satu kejadian bebatuan yang menewaskan keluarga angsa dan menyisakan satu telur memaksa Roz bertanggung jawab. Ia kemudian mengambil peran sebagai induk bagi anak angsa yang diberi nama Brightbill.

Momen perpisahan Roz dengan Brightbill yang sudah remaja tak terelakan karena angsa terbiasa melakukan migrasi menjelang musim dingin. Tanpa anaknya, Roz tidak merasa kesepian sebab di tengah musim salju yang ganas, ia justru melakukan hal besar untuk membantu teman-temannya.

Situasi memanas saat pulau kedatangan robot lain dengan kode RECO yang akan membawa semua robot jenis ROZZUM ke pembuatnya. Pertarungan antara robot dan hewan-hewan di pulau itu terjadi sangat seru. Tiga robot RECO dikalahkan tapi itu akan membawa banyak robot lain ke pulau itu. Keputusan sekaligus pengorbanan besar diambil Roz untuk menyelamatkan penguni pulau. Sedih tapi ini demi kebaikan banyak nyawa.

***


Ide ceritanya sangat menarik, dua hal bertentangan antara robot dengan kecanggihannya harus berpetualang di alam liar yang sangat konvensional dan sangar dasar. Ada gap besar dan menariknya kita diajak mengikuti bagaimana Roz beradaptasi dengan geografis, cuaca, dan hewan-hewan penghuni pulau. Proses yang tidak mudah, beberapa kejadian yang dialami Roz malah merusak bagian-bagian robot dan itu cukup memprihatinkan.

Konflik besar diwakilkan oleh pergulatan dan perjuangan Roz menjadi sosok induk untuk anak angsa bernama Brightbill. Robot punya program terstruktur, tidak mempunyai emosi natural, dan pengetahuannya terbilang kontekstual, menimbulkan kegugupan saat mengurus anak angsa yang punya naluri hewannya sendiri. Beruntung Roz dikelilingi banyak teman yang membantunya dengan banyak saran logis. Dan hubungan induk-anak ini yang paling banyak menyedot simpati saya. Penulis memotret kalau peran orang tua, terutama menjadi ibu, bukan peran gampang. 

Alasan kenapa Roz dibantu banyak hewan lainnya karena Roz juga selalu membantu yang lain. Karma baik akan berbalik baik. Bahkan pengorbanan besar yang dipilih Roz di akhir buku pun berdasarkan untuk kebaikan semua hewan di pulau itu. Roz paham kalau peperangan menimbulkan banyak kerugian, termasuk bisa membunuh hewan-hewan. Dan jika solusinya harus mengorbankan dirinya, Roz memilih jalan itu meski ia tidak tahu akan seperti apa hasil dari keputusannya.

Nilai moral paling kuat yang disampaikan novel ini yaitu kesadaran untuk saling membantu. Sekecil apa pun bantuan yang diberikan, percayalah, akan ada kebaikan lain yang bakal membantu kita di kesempatan lain.

Walau pun novel ini terbilang tebal, tapi menarik sekali karena di dalamnya ada ilustrasi-ilustrasi yang ampuh menjadi jeda. Setiap babnya pun disusun dengan pendek-pendek sehingga cepat selesai bacanya. Penerjemahannya mudah dipahami.


Sebelum membaca novel ini, saya pernah menonton filmnya lebih dahulu. Kalau dibandingkan, lebih seru filmnya. Dalam film lebih berhasil menghidupkan ceritanya dengan menonjolkan warna-warna alam liar, memperjelas konflik-konflik dengan hewan-hewan, dan momen pertempuran pun rasanya lebih epik. Karena di bukunya berupa bab pendek-pendek menajdikan narasinya kurang detail dan kurang emosional. Bahkan bentuk robotnya pun berbeda antara film dan buku. Kalau di buku kepalanya agak kotak sedangkan di filmnya bulat dan lebih detail.

Secara keseluruhan, novel The Wild Robot cukup menarik diikuti. Novelnya mempunyai pesan moral yang jelas dan ceritanya cukup ringan jika ingin dibacakan untuk anak-anak. Dan ternyata buku ini adalah buku pertamanya. Petualangan Roz masih berlanjut. Saya penasaran dengan nasib Roz dan kira-kira bagaimana dia bisa kembali kepada teman-temannya. 

Nah, sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juli 03, 2025

Resensi Novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta - Mikhael N. Naibaho

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Utang Dan Sampah Sesudah Pesta

Penulis: Mikhael N. Naibaho

Editor: Afrianty P. Pardede

Desain sampul: Gofar Amar

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: Juni 2025

Tebal: viii + 192 hlm.

ISBN: 9786230071027

Tag: batak, bapak, keluarga, adat


Novel ini membahas soal keresahan Tona sebagai kepala keluarga yang tidak ingin dua anaknya menjadi budak. Pikiran ini muncul gara-gara Orang Asing yang datang ke Siborongborong mengucapkannya. Sejak itu pikiran Tona berlarian dan ia mendapatkan banyak wawasan baru.

Dia jadi pemikir yang beda dengan kebanyakan orang. Koyai, istrinya, sangat terkejut. Selalu ada beda pendapat. Tona berpikiran mendalam, Koyai belum cukup mampu memahami. Perdebatan kadang selalu muncul dan bisa kapan pun meledak.

Ide besarnya adalah bagaimana seorang Tona membawa perubahan kepada masyarakat Batak agar mereka sadar kalau kemiskinan mereka dibikin oleh keputusan sendiri. Isu paling disorot tentang pesta pernikahan yang dibiayai dengan hutang akibat permintaan sinamot yang mahal. Awal mula kemiskinan itu datang ya karena memaksakan diri, padahal adat aslinya tidak menuntut dengan perayaan besar. Ditambah paham masyarakat tentang 'banyak anak banyak rejeki' yang justru melanggengkan kemiskinan secara turun temurun.

Tapi jika melawan arus adat, tahu sendiri tekanannya seperti apa. Beruntung Tona memiliki kawan yang berpikiran terbuka seperti Gokma. Kawannya ini pemilik Buku Lapo, yang kemudian dijadikan tempat berdiskusi soal apa pun, paling sering membahas soal pemerintah yang belum becus mengatur negara.

Saya suka ceritanya karena sudut pandangnya menggunakan pria yang sudah jadi kepala keluarga. Di tengah tuntutan menafkahi keluarga, Tona justru dibuat pusing dengan semangatnya memperbaiki diri dan keluarga. Dan novel ini tidak menyodorkan keserbamudahan karena Tona yang berubah malah menimbulkan banyak masalah. Satu momen dia membikin istrianya marah dan Koyai pulang ke rumah orang tuanya. Makin sedih hati Tona karena kekeliruannya.

Banyak isu negara yang disinggung. Tapi banyak juga pelajaran soal keluarga yang disodorkan. Yang paling mengena itu soal pentingnya kematangan seseorang sebelum memutuskan menikah. Dan benar juga kalau pelajaran setelah menikah itu jarang diberikan, kebanyakan hanya membahas soal pentingnya melaksanakan pernikahan. Padahal kehidupan setelah pernikahan justru lebih dinamis dan menantang.

Tona dan Koyai adalah pasangan suami istri yang romantis dengan kadar pas. Naik turun hubungan mereka sebagai pasangan dan orang tua untuk kedua anaknya sangat menggemaskan. Kadang bikin kesal, lebih banyak bikin saya mesem-mesem. Mereka punya pikiran yang polos meski berusaha lebih cerdas agar keluarga mereka naik taraf.

Ada fenomena joget-joget yang disinggung di sini. Pilihan masyarakat kampung untuk mendapatkan uang lebih cepat dan mudah tapi tetap berdampingan dengan resiko pengabaian kepada keluarga. Efeknya angka perceraian naik. Kekinian banget isu yang dibawakan.

Penggalan cerita yang mengesankan saya adalah keberhasilan Tona mendirikan rumah di tanah yang dibeli sendiri dan dia persembahkan kepada istrinya, Koyai. Benar-benar mengharukan. Apalagi jika mengingat kalau mereka harus keluar dari kontrakan yang sudah lama mereka tempati. Dari sini saya belajar kalau jadi laki-laki harus bekerja keras untuk keluarga. Contohnya Tona, dia melakukan beberapa pekerjaan dan terus mengasah ilmu pertukangannya demi mewujudkan impian memiliki rumah sendiri walau sederhana. Jangan malas dan jangan gampang menyerah dengan keadaan.

Secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Konflik yang dibawa sangat dekat dengan kita. Menampilkan tokoh-tokoh yang berasal dari masyarakat biasa. Dan walau banyak sindiran kepada pemerintah, ceritanya dibikin ringan. Beberapa bagian malah bikin saya ketawa.

Nah sekian kesan saya setelah membaca novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

***

Kutipan-Kutipan

  • Langkah pertama memang selalu berat (p.6)
  • Pernikahan hanya topeng untuk menormalisasi perbudakan (p.7)
  • Semua yang berlebihan selalu membawa kerusakan (p.13)
  • Hidup bukan tentang seberapa banyak uangmu, tapi bagaimana nasibmu yang telah tertulis (p.14)
  • Ini yang kukatakan sebelum kau menikah. Kau harus mempersiapkan mental, pemikiran dan iman (p.23)
  • Orang-orang kota sekarang ingin hidup di desa, kita ingin hidup seperti orang kota. Itu yang membuat hidup terasa berat (p.28)
  • Rezeki itu gabungan dari kerja keras, kecerdasan, dan keberanian (p.31)
  • Kejahatan di sekitar kita terjadi karena tidak adanya kepedulian (p.37)
  • Kalau kau yakin, lakukan. Kalau kau ragu, lupakan. Jangan lama-lama terlarut, masih banyak mimpi yang bisa kau wujudkan jadi kenyataan (p.41)
  • Pemikiran bagus itu harus diikuti sikap yang optimis (p.46)
  • Jika kebahagiaanku diukur dengan punya uang, maka seumur hidup aku tidak akan bahagia (p.63)
  • Perjalanan hidup mengajarkanku, ada yang harus direlakan hilang dan ada yang harus dipertahankan mati-matian (p.96)
  • Pikiranmu menentukan apa yang kau bicarakan, yang kau bicarakan membentuk sikapmu, sikapmu membentuk karaktermu, dan karaktermu menentukan nasibmu (p.104)
  • Ada kemudahan, ada kesulitan. Berjalanlah. Sesekali berhenti. Sesekali mundur, tapi jangan ubah tujuan hanya karena merasa tidak mampu. Ubah tujuan, jika memang untuk ditingkatkan. Jangan menurunkan standar (p.107)
  • Bunuh diri dan berbuat jahat pada manusia lain adalah kesalahan berpikir (p.112)
  • Cara terbaik bagi orang miskin untuk bertahan hidup adalah menyadari dia miskin dan tidak bertindak seperti orang kaya. Tidak perlu berutang untuk hidup seperti orang yang berpunya. Jalani hidup apa adanya (p.113)
  • Jika uang memang bisa mengatur segalanya, maka orang yang tidak kompeten mengatur masyarakat, akan bisa menjadi pejabat sebab ia dapat posisi karena banyak uang (p.140)
  • Kalau mau kayak, usahakan kekayaan. Jangan cari kekayaan, tapi mau bijak juga. Akhirnya nanti satu pun nggak dapat (p.145)
  • Jika hanya bekerja keras tanpa ada rencana dan strategi, itu akan sia-sia atau hasilnya jauh di bawah harapan (p.146)
  • Atas nama mengikuti zaman, kami dengan cepat mengubah budaya. Melakukan improvisasi. Yang semakin hari, bergerak semakin jauh. Adat sepertinya telah kehilangan esensinya (p.171)
  • Semakin banyak pengetahuan, akan semakin banyak kesedihan (p.173)
  • Setiap orang memiliki perjuangan hidup masing-masing. Nilai perjuangan hidup seseorang berbeda dengan orang lain. Tidak ada tolok ukur yang valid untuk perjuangan itu dan tak bisa digeneralisir (p.184)
  • Hidup mengikuti pendapat orang banyak, itulah yang membuat kami miskin lintas generasi (p.184)