Tampilkan postingan dengan label clarissa goenawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label clarissa goenawan. Tampilkan semua postingan

Februari 13, 2024

Resensi Novel Watersong - Clarissa Goenawan

Dahulu kala, ketika masih kecil, dia bermimpi tenggelam (kalimat pertama novel Watersong; 5)


Judul:
Watersong

Penulis: Clarissa Goenawan

Penerjemah: Lulu Fitri Rahman

Sampul: Sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2022

Tebal: 392 hlm.

ISBN: 9786020664972

RINGKASAN

Shouji memutuskan ikut pindah dengan kekasihnya, Youko Sasaki, dari Tokyo ke Akakawa. Dia yang belum bekerja akhirnya menerima tawaran dari Youko untuk bekerja di tempat kerja yang sama, sebuah kedai teh mewah, sebagai pendengar bagi klien yang memilihnya. Ini jenis pekerjaan yang menuntut kerahasiaan, apa yang diucapkan klien tidak boleh sampai diceritakan ke orang lain.

Mizuki sebagai klien pertama Shouji yang merupakan korban kekerasan suaminya, mendorong niat baiknya untuk menolong. Kemunculan Tooru Odagiri yang mengaku sebagai reporter justru membuat Shouji diincar untuk dihabisi.

Merasa nyawanya terancam, hampir ditabrak mobil misterius dan apartemennya tiba-tiba kebakaran, Shouji melarikan diri kembali ke Tokyo, meninggalkan Youko. Sejak itu pasangan ini terpisah dan Shouji diteror untuk melupakan Youko dibandingkan dengan resiko kematian jika ia terus mencarinya.

Sepanjang pelarian itu Shouji bertemu dengan beberapa orang dari masa lalu, seperti Liyun, Eri, dan Yoshioka. Ada rahasia yang terungkap, ada kisah penghubung yang akhirnya diketahui, dan ada masa lalu yang harusnya dimaafkan.

Berhasilkah Shouji menemukan kekasihnya lagi?

Kemudian, bagaimana dengan keselamatan nyawanya?

ULASAN

Saya suka dengan cerita di novel ini karena menggabungkan cerita romansa dengan cerita misteri thriller. Di samping kita mengikuti perkembangan hubungan Shouji dan Youko yang terpisah, kita juga dibuat penasaran dengan ujung nasib teror pembunuhan yang menimpa keduanya.

Shouji pernah diramal waktu kecil dan dikatakan kalau ia akan bertemu dengan tiga perempuan yang memiliki unsur air dalam namanya. Salah satunya mungkin akan jadi belahan jiwa namun jika tidak hati-hati, Shouji atau salah satu dari ketiga perempuan tersebut akan mengalami kematian. Kita akan menebak-nebak kira-kira siapa saja perempuan itu dan ada cerita romansa apa antara Shouji dan ketiganya. Ini juga bagian yang menarik diikuti.

Novel ini juga membahas soal konflik keluarga antara anak dan orang tua. Shouji kurang rasa hormat kepada ayahnya karena trauma kekerasan yang dia alami. Dia juga menyalahkan ibunya karena waktu kekerasan itu terjadi, dia tidak dilindungi dan justru dia diminta berbohong kepada orang lain atas luka-luka yang ada di tubuhnya. Peristiwa ini ternyata membekas sampai dewasa dan jadi rahasia yang dia pendam. Bagian ini jadi pelajaran penting untuk orang tua dalam mengasuh dan membesarkan anak.

Selain itu, kita juga akan diajarkan untuk memaafkan masa lalu, baik berupa kemarahan, penyesalan, dan kesedihan. Hampir tokoh-tokoh yang muncul di novel ini mempunyai masa lalu yang kelam dan itu jadi luka batin sampai dewasa. Kebanyakan orang akan memendamnya, segan untuk membicarakannya, padahal dengan membicarakannya bersama orang yang tepat itu bisa menjadi proses awal penyembuhan. Tidak enak lho menyimpan perasaan negatif dalam dada.

Sepanjang membaca novel ini emosi saya seperti diaduk-aduk karena masalah setiap tokohnya kebanyakan tragis dan memilukan. Masalah yang ditampilkan di sini pasti pernah dialami oleh kita atau orang terdekat kita. Jadi ceritanya terasa dekat sekali dengan pengalaman kita sebagai pembaca.

Tokoh-tokoh di sini juga begitu hidup dan menonjol. Mudah sekali untuk dibedakan dan kita tidak akan bingung atau kesulitan untuk mengingatnya saat proses membaca. Gaya bercerita pun menunjang kesan baik saya untuk novel ini karena penulis membuat diksinya terasa tenang, lembut, teratur, lengkap dan sarat rasa. Ini juga yang dulu saya rasakan ketika membaca novel debutnya, Rainbirds.

Kejutan yang menarik di sini yaitu peran tokoh-tokoh yang ada ternyata berhubungan dengan kedua tokoh utama, Shouji dan Youiko. Padahal saat awal-awal kayak hanya sebagai peran tambahan, eh ternyata mereka bagian penting di masa lalu. Enggak kepikiran lho!


  • Setiap orang memiliki bagian dari diri mereka yang sengaja mereka tutupi dari orang lain (hal. 51)
  • Kita tidak bisa kehilangan sesuatu yang sejak awal tak pernah dimiliki (hal. 53-54)
  • Banyak hal yang kita anggap remeh, sampai hal itu direnggut dari kita, meninggalkan lubang menganga (hal. 61)
  • Bakat itu hanya kerja keras dan kepercayaan diri (hal. 64)
  • Tak akan ada yang berubah jika semua orang terus menutup mata (hal. 90)
  • Orang yang bilang dirinya tidak kesepian biasanya yang paling kesepian (hal. 196)
  • Kalau ingin berubah, itu harus karena diriku sendiri (hal. 234)
  • Kau harus bisa mencintai diri sendiri dan berkembang lebih dulu sebelum mencintai orang lain (hal. 241)


Kesimpulannya, novel Watersong ini mempunyai cerita yang seru, pilu, dan mengajak pembaca untuk merenung soal kebahagiaan. Disampaikan dengan cara baik dan menghanyutkan. Saya merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang suka dengan literasi Jepang dan berisi cerita soal psikologi manusia terutama yang membahas tentang emosi manusia.

Balon itu terbang semakin lama semakin tinggi, lenyap ditelan langit biru (kalimat terakhir novel Watersong, 390)

Sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Oktober 28, 2022

[Buku] Rainbirds - Clarissa Goenawan


Judul:
Rainbirds

Penulis: Clasrissa Goenawan

Penerjemah: Lulu Fitri Rahman

Penyunting: Barokah Ruziati

Perancang sampul: Sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2020, cetakan kedua

Tebal: 400 hlm.

ISBN: 9786020379197


Tahun 1994, Ren Ishida menerima kabar kakak perempuannya, Keiko, ditikam berulang kali hingga tewas di Akakawa, kota terpencil tempat kakaknya tinggal. Ia pun memutuskan untuk sementara pindah ke kota itu sambil mengurus pemakaman dan membantu polisi menyelidiki kematian Keiko.

Namun kemudian, tanpa sadar Ren seolah mengikuti jejak-jejak terakhir yang Keiko tinggalkan. Ia mengisi posisi pekerjaan Keiko di kursus bimbingan belajar Yotsuba. Ia bahkan menerima syarat aneh untuk tinggal di rumah politisi terkemuka, di kamar yang sebelumnya ditempati Keiko.

Gadis kecil yang terus-menerus muncul dalam mimpi, seorang siswi bimbingan belajar yang agresif, suasana suram, penuh misteri dan teka-teki sepanjang menyusuri Akakawa, membuat Ren penasaran ingin mengetahui apa yang sebenar-benarnya terjadi pada malam Keiko terbunuh.

***

Sinopsis

Ren Ishida datang ke kota Akakawa untuk mengurusi pengkremasian kakak perempuannya, Keiko Ishida, sekaligus mengurus barang-barangnya. Selain itu ia juga ingin mencari tahu kenapa kakaknya bisa terbunuh dan siapa pelakunya. 11 tahun mereka tidak bertemu, hanya berkabar lewat telepon setiap hari Minggu, namun masih saja Ren kecolongan soal kakaknya. 

Di Akakawa, Ren dibantu Honda, salah satu rekan kerja Keiko di Yotsuba, tempat bimbel. Honda membantunya mengurusi akomodasi selama di sana. Ren juga bertemu dengan induk semang kamar Keiko, yang juga orang penting di kota itu, Kosugi Katou. Keluarga kecil yang tertutup dan penuh misteri sebab istrinya mengurung diri di kamar dan berhenti bicara.

Saat kesempatan untuk menggantikan mengajar kakaknya di bimbel, Ren memutuskan untuk tinggal lebih lama di Akakawa. Dia berniat untuk mencari tahu lebih dalam mengenai kehidupan kakaknya selama di sini. Dia pun pindah dari hotel dan tinggal di rumah Kosugi dengan kesepakatan yang persis sama dengan yang pernah dilakukan kakaknya.

Di bimbel, Ren bertemu dengan salah satu murid perempuan bernama Rio Nakajima, yang sebelumnya ia temui di dekat lokasi kakaknya terbunuh. Karena sebuah kejadian di minimarket, Ren bisa bertemu dengan ayahnya Rio, Nakajima. Pertemuan itu meninggalkan pertanyaan besar mengenai istrinya yang seorang model tangan, dikabarkan kabur. 

Ren tidak menyangka bisa bertemu dengan orang-orang yang dulunya berhubungan dengan kakaknya. Dari merekalah Ren menyusun kisah hidup Keiko, juga tentang rahasia-rahasianya. Ada banyak kisah yang mengejutkan Ren. Ternyata kakaknya selama ini tidak baik-baik saja.

Resensi

Alhamdulillah, semesta akhirnya menjodohkan saya dengan buku yang sejak dulu membuat saya penasaran. Dulu itu saya penasaran karena nama penulisnya sangat Indonesia banget, eh tetapi ternyatab dia penulis Singapura. Pada saat dia mau menerbitakan novel ketiganya, sebentar lagi terjemahannya akan terbit, barulah saya ketemu kesempatan membaca novel debutnya ini. 

Saya juga senang banget karena setelah beberapa kali ganti novel yang dibaca, baru novel ini yang akhirnya bisa kelar dibaca sampai tuntas. Yah, semoga ini sinyal bagus kalau ke depannya saya bisa membaca novel lainnya dengan sama lancarnya.

Saat membaca pembukaan novel ini, perhatian saya langsung tersedot karena penulis langsung menyinggung soal pembunuhan. Kita yang baca tentu jadi penasaran dengan apa motif pembunuhan itu dan siapa pelakunya. Secara jelas penulis menggiring pembaca ke arah sana. 

Dalam perkembangan ceritanya, si tokoh utama dibuat melakukan petualangan untuk mencari jawaban. Pertemuan Ren dengan orang-orang yang dulunya bersinggungan dengan kakaknya semacam pancingan buat pembaca untuk menebak siapa pelakunya. Dan yang menarik dari itu, penulis mengupas dengan apik soal hubungan mereka dengan kakaknya. Semua yang terhubung, semua punya ceritanya.

Misalnya tokoh Honda, salah satu rekan kerja Keiko, yang membantu Ren selama di kota itu ternyata memiliki masa lalu indah dengan kakaknya. Hampir saja mereka bersatu tapi takdir justru berkata sebaliknya. Ren menyadari fakta ini setelah cukup dekat dengan Honda dan gara-gara ia melihat gantungan kelinci yang persis seperti yang kakaknya punya.

Ada juga tokoh Kosugi Katou, seorang pria penting di kota itu, yang dulu pernah punya perjanjian khusus dengan kakaknya hingga kakaknya bisa tinggal di rumahnya. Penulis menjabarkan masalah yang dihadapi Katou dan keluarganya. Dan masih ada beberapa tokoh lain yang ditemui Ren, dan cerita bagaimana mereka berhubungan dengan kakaknya sangat menarik diikuti.



Membaca buku ini tuh rasanya seperti sedang mengikuti orang-orang dengan masalah hidupnya masing-masing. Kebanyakan masalah mereka memang terasa getir dan memilukan, tapi cerita yang begini memang nyaman diikuti ketimbang cerita yang senang-senang saja. Masalah kan bisa jadi konflik, dan dari konflik tersebut kita bisa menarik hikmah pelajaran.

Banyak sekali kejutan yang diberikan penulis dalam ceritanya. Dan itu menjadi jawaban kenapa mereka begini, kenapa mereka begitu. Dibuka tipis-tipis dan pelan tapi ketika sudah gamblang kita akan memahami ternyata masalah yang terjadi lebih pelik dari yang diduga.

Novel ini tidak diisi dengan konflik percintaan saja, ada juga konflik keluarga. Dan dimensi hubungan keluarga ini lumayan bervariasi. Ada hubungan kakak-adik, hubungan suami-istri, dan hubungan anak-orang tua. Jadi, cerita di dalamnya akan memperkaya kita soal kenyataan kehidupan yang bisa saja sebenarnya sudah dan akan kita alami. 

Tokoh-tokoh yang hadir dalam novel ini memang lumayan banyak dan semuanya berkarakter. Walau porsinya tidak sama banyak untuk semua tokohnya, tapi saya bisa terkesan dan mampu mengingat mereka. Misalnya tokoh perempuan berkimono yang menjaga hotel, walau tidak banyak adegan ia dengan Ren, tapi kehadirannya dapat dikenali dan perannya bisa saya ingat. Secara keseluruhan tokoh-tokoh di novel ini berhasil dihidupkan dengan baik dan berkarakter kuat.


Alur cerita yang digunakan penulis adalah campuran maju dan mundur. Pilihan alur ini memang harus dilakukan, terutama alur mundur untuk menerangkan cerita ketika Keiko masih hidup. Dan gaya bercerita penulis terasa sangat lembut, adem, tapi menghanyutkan. Yang cukup mengagetkan, penulis mampu pula menjabarkan adegan seksual dengan kalimat singkat tapi cukup jelas untuk dibayangkan. Uh, apalagi lumayan banyak bagian cerita yang membahas soal ini.

Terlepas dari konfliknya yang runcing dan sensitif, saya menangkap pelajaran lain dari novel ini yaitu tidak pernah rugi menjadi orang baik, apapun takdir kita nantinya. Tokoh Ren ini kelihatannya cukup baik.

Oya, judul Rainbirds ini saya belum paham apa kaitannya dengan kisahnya. Tapi memang kata ini sempat dibahas pada halaman 387 mengenai sebutan Rainbird untuk buruk kukuk atau burung hujan. Mereka akan berkicau sebelum hujan. Dan kemudian disusul kalimat, "Sejauh apa pun pergi, mereka selalu pulang." Atau jangan-jangan ini membahas soal kepulangan ke kematian? Tapi mungkin juga soal kepulangan Ren kembali ke Tokyo setelah 6 bulan ia lewati di kota kecil Akakawa menelusuri jejak kakak perempuannya.

Setelah selesai membaca novel ini, saya jadi tidak sabar untuk membaca novel penulis berikutnya yang berjudul The perfect World of Miwako Sumida. Tokoh Miwako Sumida ini sempat disinggung di novel ini sebagai seorang gadis, ketua OSIS, yang sempat tidur dengan Ren. Saya penasaran akan dibahas apa di novel itu.

Untuk pengalaman membaca yang menyenangkan ini saya ingin memberikan nilai 5/5 bintang. Novel yang cukup padat, mengesankan, dan membuka pandangan hidup.


Berikut beberapa kutipan yang saya tandai:

  • ...kesedihan itu sendiri tak akan menyakiti siapa pun. Hal-hal yang kaulakukan ketika sedang sedihlah yang bisa menyakitimu dan orang-orang di sekitarmu. - hal.125
  • ...saya sudah belajar untuk tidak memedulikan pendapat orang lain. Kita tak mungkin menyenangkan semua orang. - hal.140
  • Kenalan adalah orang yang kita kenal, tapi teman adalah orang yang bisa kita andalkan. - hal. 167
  • Jika kita saling mencintai, segalanya bisa diselesaikan dengan permintaan maaf sederhana. Tapi jika tidak, hubungan akan sulit dipertahankan. - hal. 213

Nah, sekian ulasan dari saya. Terkahir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.