Januari 05, 2017

[Buku] Hari Tak Selamanya Malam, Suryawan W. P.

Judul: Hari Tak Selamanya Malam
Penulis: Suryawan W. P.
Editor: Septi Ws
Desainer sampul: Teguh
Penata isi: Tim Desain Broccoli
Penerbit: PT Grasindo
Tebit: Juli 2016, cetakan pertama
Tebal buku: xi + 242 halaman
ISBN: 9786023755943
Harga: Rp 65.000 

Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan prilaku sehingga penderita kesulitan membedakan kenyataan dan pikiran sendiri. Belum diketahui penyebab skizofrenia secara pasti. Diduga terbentuk kombinasi faktor psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan.

Cuplikan pengetahuan mengenai Skizofrenia di atas berkaitan erat dengan isi novel Hari Tak Selamanya Malam. Kalyana sudah pacaran dengan Radite selama 2 tahun. Radite tetap menyadari ada dunia Kalyana yang tidak bisa ditembus. Kalyana tidak pernah terbuka soal ia memiliki kakak, Kartina, yang sakit jiwa atau gila. Kalyana takut Radite tidak terima dengan kenyataan itu dan akan meninggalkannya.

Tuhan, mengapa aku harus dilahirkan sebagai adik dari perempuan gila? Kenapa harus ada Kartina dalam hidupku? Seandainya saja aku bukan adik dari seorang Kartina. [hal. 38]

Lalu pada suatu hari ia memaksakan diri pulang ke Semarang sesuai permintaan ayahnya. Pulang yang tidak menyenangkan sebab di rumah itu terlalu banyak kenangan buruk menjadi adik dari kakak yang gila. Kalyana mengalami banyak hinaan dari teman-temannya sejak kecil, Kalyana juga direpotkan mengurusi kebutuhan kakaknya. Ia kerap menginginkan Kartina untuk mati saja. Alasan itu yang membuat ia menunda-nunda untuk pulang.

Pada kepulangan itu, ayahnya mengungkapkan kejujuran yang selama ini ditutupi. Sejak itulah kehidupan Kalyana bertambah suram.

Dari garis besar ceritanya di atas, sudah bisa dirasakan novel ini bernuansa kelam. Penulis mengaduk-aduk perasaan pembaca melalui kisah Kalyana yang menurut saya karakternya sudah rusak. Akhirnya ketika selesai membaca buku ini, jika ingat nama Kalyana, yang terlintas adalah kesedihan gara-gara punya kakak yang gila. Begitu melekat citra itu.

Bisa dikatakan novel ini lebih banyak bermain pada permainan psikologis.  Psikologis Kalyana jelas sangat suram. Kemudian ada psikologis orang tua Kalyana yang kok tega membiarkan Kalyana ikut mengurusi Kartina. Ini jadi pertanyaan. Kemudian ada psikologis Radite sebagai kekasih Kalyana yang terus merasakan dan bertanya-tanya  tentang sesuatu yang disembunyikan Kalyana itu apa. Cerita makin luas dan muncul karakter baru seperti dokter Saka dan Delano. Hadir juga psikologis dokter Saka yang merasa aneh untuk kehadiran Kalyana yang tiba-tiba, setelah 5 tahun Kartina dirawat di rumah sakit jiwa. Ada juga psikologis Delano, pasien rumah sakit jiwa yang bersinggungan dengan kehadiran Kalyana.

Selain konflik keluarga, muncul efek lainnya yaitu konflik asmara. Kalyana terus-terusan ragu untuk mengatakan kejujuran soal Kartina yang gila. Ia sadar betul keluarga Radite bakal susah menerima kondisinya. Dan kehadiran dokter Saka dan Delano, cerita asmara di novel ini makin seru. Menariknya, cerita asmara Kalyana itu mengalami tarik ulur. Satu waktu Radite meninggalkannya, lain waktu datang lagi ingin memperjuangkan, lain waktu lagi giliran Kalyana yang ragu setelah ditelepon mamanya Radite, dan terus saja ada kejutan-kejutan lain. Untuk menebak siapayang dipilih Kalyana, lebih baik segera baca bukunya.

Saya juga sependapat dengan yang diungkapkan Guntur Alam jika Suryawan berhasil menghidupkan sosok Kalyana menjadi manusiawi. Kadang dia marah, kadang dia senang, kadang dia geram, kadang dia pesimis, semua yang diceritakan tepat dengan keadaan Kalyana yang berubah-ubah.

Ada yang justru lebih menarik disoroti pada novel ini ialah latar tempat. Penulis memberikan rasa lokal yang kental untuk menjadi panggung cerita. Beberapa lokasi menarik dibawa ke cerita dan itu sukses membuat saya ingin piknik ke sana. Misalnya Curug Silawe dan Pantai Goa Cemara.


Selain itu novel ini juga membahas sejarah beberapa tempat. Misalnya, pendirian Mercusuar Anyer dan asal mula kata Magelang. Sehingga novel ini jadi informatif.


Novel Hari Tak Selamanya Malam diceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama - ‘Aku’. Pilihan yang menjadikan pembaca disulap menjadi sosok Kalyana. Dan bersiaplah untuk ikut merasakan kesuraman, rasa marah, rasa senang dan jenis rasa lainnya. Saya hanya menyarankan untuk segera mencari hal menyenangkan setelah selesai membaca novel ini. Nuansa muramnya lekat diingat.

Kemudian untuk karakter yang paling menonjol tentu saja Kalyana. Gadis 24 tahun yang rusak hatinya dan psikologisnya oleh masa lalu. Dan itu membentuk Kalyana jadi sosok yang suka berubah-ubah sifatnya. Bisa gampang sensitif, bisa gampang menangis, bisa jadi konyol ketika senang. Baik Radite dan dokter Saka, mereka pria yang baik. Radite yang sempat meninggalkan Kalyana bukan karena ia pecundang. Dia hanya kaget dengan kejujuran Kalyana. Sedangkan dokter Saka itu pria yang lembut, pembawaannya bijak dan mengayomi. Penulis juga membuka bagian alasan kenapa Saka bisa menjadi dokter dan bekerja di rumah sakit jiwa. Berkaitan juga dengan masa lalu lho.

Menyelesaikan membaca novel Hari Tak Selamanya Malam, saya mendapatkan banyak pelajaran. Pertama, pentingnya memaafkan sepahit-pahitnya masa lalu untuk bisa bahagia di masa depan. Kalyana menjadi contoh manusia yang pilu dan menyedihkan akibat menyangkal dan menghindari masa lalu. Kedua, jangan pernah berprasangka terhadap sesuatu yang belum terjadi. Kalyana tidak pernah berani mengambl langkah pertama untuk memeluk masa lalu. Namun saat ia bisa melakukannya, bayangan buruk yang ada di benaknya tidak pernah terjadi.


Pelajaran ketiga, tidak ada kebohongan yang bisa menyelsaikan masalah. Hubungan Kalyana dan Radite menjadi cermin pertaruhan dengan dasar kebohongan itu. Keempat, ibu tetaplah seorang ibu, seburuk apa pun beliau. Adegan mengharukan ketika Kalyana untuk pertama kalinya melihat ibunya dengan tatapan dan perasaan berbeda. Rasa yang ditimbulkan ternyata sangat dasyat.

Selain typo yang saya tulis di bawah, cara penulis berpindah-pindah antara masa kini dan masa lalu terlalu samar. Sehingga saya merasa pada beberapa bagian sering tersendat membaca untuk memastikan si Aku ini sedang bercerita masa kini atau masa lalu. Lebih elok jika memang ada pemisahan saja, entah dengan tiga bintang (***) atau pindah bab untuk memisahkan masa lalu dan masa kini.

Jadi, kalau kamu ingin membaca novel yang berat konfliknya dan suram, Hari Tak Selamanya Malam saya sodorkan. Dan novel ini juga pas untuk kamu yang mau tau dunia di sekitar keberadaan orang gila. Karena kadang kita luput memahami ada orang-orang waras di sekitar orang gila yang punya kisahnya sendiri-sendiri.

Rating Hari Tak Selamanya Malam dari saya: 3,5/5


Catatan:
Terkadang pertanyaan itu hanya perlu untuk dijawab sekenanya karena seseorang tidak begitu peduli dengan isi jawabannya. [hal. 7]
Bagaimana mungkin aku bisa membuat pacarku nyaman kalau aku tidak nyaman dengan diriku sendiri? Bagaimana mungkin aku bisa membuat pacarku bahagia kalau aku tidak bahagia dengan keadaanku sendiri? [hal. 11]
Ada hal-hal yang sebenarnya lebih menyenangkan untuk dikerjakan atau dibagi bersama seseorang. [hal. 11]
Sayangnya waktu sering menjadi terasa singkat saat kita dalam keadaan bahagia, dan berjalan amat lambat saat hati sedang nelangsa. [hal. 45]
Terkadang seseorang perlu waktu bukan untuk memantapkan diri agar tetap tinggal, tapi meyakinkan diri untuk benar-benar pergi. [hal. 156]
Kita lebih sering iba melhat kucing atau anjing yang kelaparan di jalan daripada melihat orang gila yang jelas-jelas manusia sama seperti kita. [hal. 216]

Typo
Terlau = terlalu [hal. 77]
Memberlambat = memperlambat [hal. 116]
Radite tampak tralis dengan keadaan ini = saya bingung maksudnya apa [hal. 154]
Saah = salah [hal. 222]

*******
[Oya, resensi ini belum mencakup cerita setengah bukunya. Sebab ada poin penting yang saya sama sekali tidak sentuh karena akan jadi spolier. Dijamin bikin kalian geleng-geleng kepala tidak percaya. Kalian temukan sendiri di bukunya ya]

gambar Curug Silawe : https://tempatwisataindonesia.id/curug-silawe/
gambar Mercusuar Anyer: http://jelajahin.com/tempat-wisata-di-anyer/

Januari 01, 2017

[Buku] Critical Eleven, Ika Natassa

Judul: Critical Eleven
Penulis: Ika Natassa
Desain sampul: Ika Natassa
Editor: Rosi L. Simamora
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2015, cetakan kedelapan
Tebal buku: 344 halaman
ISBN: 9786020318929
Harga: Rp79.000

Saya pernah menulis di twitter kalimat ini, ‘Setiap buku membawa pesannya sendiri. Ketika buku hanya dibaca dan diresensi tanpa dirasakan, apa buku merubahmu?’. Saya ingin buku yang saya baca memberikan efek meningkatkan kualitas diri. Bukan sebatas hiburan pas dibaca, selesai baca lupa semuanya. 

Ika Natassa, di Critical Eleven membuka lebar-lebar kehidupan rumah tangga. Diwakili pasangan suami istri Tanya Baskoro dan Aldebaran Risjad, penulis mengingatkan pentingnya memahami tujuan awal menikah untuk mencegah robohnya rumah tangga pas badai datang. Ale dan Tanya adalah pasangan suami istri yang harmonis. Ale bekerja di perusahaan minyak di tengah laut, yang punya jadwal meninggalkan istrinya di Jakarta untuk beberapa waktu, tidak membuat hubungan mereka rusak. Jarak bagi mereka hanya tantangan. Sampai pada satu waktu, keharmonisan pasangan Ale dan Tanya diuji sejak buah hati yang dinanti harus diambil lagi oleh Allah setelah dititipkan sebentar. Ditambah ketololan Ale yang mengucapkan kalimat ‘kemungkinan’ yang langsung menghancurkan perasaan Tanya. Mulai dari saat itu hubungan Ale dan Tanya jadi sedingin kutub.

“Mungkin kalau dulu kamu nggak terlalu sibuk, Aidan masih hidup, Nya.” (hal. 81)

Saya akui tidak ada rumah tangga yang tidak diterpa masalah. Bentuk masalahnya tentu saja berbeda-beda. Bisa soal uang, soal orang ketiga, soal tanggung jawab, atau faktor lain yang ukurannya bisa sepele, sedang, atau berat. Lewat Critical Eleven, penulis mempresentasikan satu contoh masalah rumah tangga yaitu kehilangan buah hati dan kesalahan ucap, dan bagaimana solusi menghadapi masalah tersebut. 

Saya melihat rumus Critical Eleven adalah memperjuangkan dan memaafkan. Ini salah satu solusi masalah rumah tangga yang ditawarkan Ika. Ale mengakui kesalahan mulutnya yang lancang. Ia berusaha dengan segala cara untuk minta maaf dan mengembalikan Tanya pada sosok sebelum kesalahan itu. Usaha keras yang dilakukan Ale kadang diakuinya tidak akan dilakukan oleh pria lain. Ale tidak ingin kehilangan Tanya, ia pun berjuang untuk di sisinya. Misal, tetap membuatkan kopi kesukaan Tanya walau kopi buatannya selalu ditolak tidak diminum. Sedangkan Tanya yang kadung kecewa dan tidak mempercayai Ale, membuka semua masa lalu sejak pertemuan pertama hingga konflik itu muncul. Tujuannya satu, mencari kekuatan dari alasan kenapa ia memilih Ale pada saat dilamar kemudian dipersunting. Proses yang dilakukan Ale dan Tanya mengingatkan kita untuk menguatkan fondasi rumah tangga sebelum membangunnya. Fondasi yang kuat akan menjadi pijakan untuk memperjuangkan dan memaafkan pasangan.

Pola alur yang mengombinasikan masa kini dan masa lalu membuat kisah Ale dan Tanya utuh diceritakan. Tidak ada bolong yang disisakan penulis, mulai dari pertemuan pertama di pesawat, pacaran, menikah, hingga masa setelah menikah. Selain kisah Ale dan Tanya, penulis menggenapkan dengan menyisipkan masa kecil Ale, kisah pertemuan pertama orang tua mereka, cerita persahabatan dan keluarga, juga beberapa momen yang menunjang alur cerita. Ini penting, sebab latar belakang yang lengkap membuat pembaca mengenali karakter dengan lebih jelas. 

Membicarakan karakter yang muncul di novel ini, penulis mempersiapkan mereka dengan lengkap dan hidup. Tanya dan Ale merupakan sosok cemerlang dengan pembawaan karakter yang unggul, paras yang menawan, juga karir yang bagus. Untuk Tanya Baskoro sendiri saya tidak melihat cela. Ia sosok perempuan yang cerdas dan istri yang berbakti. Kedewasaannya terbukti ketika ia mempertanyakan kepercayaannya pada Ale, ia tidak gegabah memutuskan berpisah. Ia terus berusaha merekonsiliasi hatinya dari berbagai sisi. Sehingga sampailah ia pada kekuatan terakhir yang dimiliki untuk melanjutkan atau menyudahi. Sedangkan pada diri Aldebaran Risjad, memiliki karakter pria dewasa yang bertanggung jawab untuk segala urusan. Bahkan sejak ia dan Tanya masih pacaran. Ada yang pernah meninggalkan bioskop ketika jam solat tiba? Ale orangnya. Ada yang pernah memikirkan kalau rumah adalah elemen penting sebelum berumah tangga? Ale orangnya. Dia dikuriani sifat yang agung. Bahkan bagi Ale, menolong orang lain itu keutamaan. Sehingga ia tidak pernah menolak permintaan tolong dari ayahnya, ibunya atau adik-adiknya.


Emosi yang dibangun penulis mengejutkan pada beberapa titik, misalnya, ketika Haris dan Tanya merencanakan ulang tahun Ale. Drama yang seharusnya mengejutkan dan berakhir di salah satu restoran, justru menjadi titik puncak ketakutan Ale kehilangan Tanya. Setelah rasa khawatir yang memuncak, penulis membuat adegan pelukan yang mengharu biru. Pelukan kerinduan, pelukan takut kehilangan, pelukan cinta sang suami kepada sang istri.

Critical Eleven menjadi sebuah bacaan yang menginspirasi. Memberikan sebuah gambaran seharusnya menjadi calon suami dan menjadi calon istri. Cinta memang memegang peran penting dalam rumah tangga. Namun banyaknya elemen pendukung yang menyokong, jika satu elemen saja lemah, rumah tangga mudah digoyang oleh angin sepoi-sepoi. Mempersiapkan maksimal untuk mengambil peran suami/istri, menjadi pilihan mutlak. Tidak ada kompromi. Bukan perkara setelah berdua jadi pasangan suami istri, melainkan di garis start harus sudah siap, sehingga pada perjalanan rumah tangga pasangan akan mudah beradaptasi untuk masalah berdua, bukan masalah yang muncul karena ego pribadi masing-masing.

Buku ini menjadi pilihan untuk mengintip contoh rumah tangga dan permasalahan yang muncul. Buku ini membuka mata para calon pasangan untuk bersiap-siap menjelang masa manis dan pahit dalam rumah tangga. Dan tidak sedikit pun buku ini memberi kesan menakut-nakuti berumah tangga. Justru sangat manis menunjukkan indahnya berumah tangga.


Kabar bahagia, buku ini sedang digarap jadi film. Di film nanti karakter Ale akan diperankan oleh Reza Rahardian, sedangkan Tanya akan diperankan oleh Adinia Wirasti. Pemilihan peran yang matang tentunya. Siapa sih yang tidak kenal aktor Reza Rahardian? Beliau ini terbilang aktor mahir yang sukses dalam memerankan karakter yang dituntut. Setahu saya, Reza sangat maksimal dalam berperan. Saya juga menyukai Adinia Wirasti untuk berperan sebagai Tanya. Saya mengetahui kiprahnya di dunia perfilman sejak ia main di film Tentang Dia bersama Sigi Wimala. Acting Adinia selalu memukau dengan sisi naturalnya. Harapan saya, Reza dan Adinia akan menjadi pasangan di film ini yang mengesankan bagi pembaca novel Critical Eleven. Sebab, kami pembaca novelnya sudah mendalami ceritanya dan memiliki banyak bayangan setiap adegannya.

Saya juga membayangkan film Critical Eleven akan memiliki soundtrack yang menghangatkan dan berkesan. Saya berharap Melly Goeslaw diajak menggarap musiknya, sedangkan penyanyi terpilih adalah Agnes Monica dan Tulus. Kolaborasi yang bakal keren dan akan diingat penonton.



Untuk sang sutradara, saya ingin adegan puncaknya dikemas sangat, sangat, sangat maksimal. Ada 2 adegan yang saya nantikan bakal muncul di film Critical Eleven. Pertama, adegan ketika Ale khawatir Tanya akan meninggalkannya di kejutan ulang tahun, dan begitu menemukan Tanya, ia berlari mendekap Tanya dengan sangat erat, tidak ingin Tanya pergi. Kedua, adegan mengharukan ketika Tanya datang ke makam Aidan untuk pertama kalinya dan menangis sesenggukan. Juga adegan Ale yang menangis di kamar Aidan setelah lama ia tidak memasuki kamar itu sejak Aidan pergi. Ale menangis dengan tangan memegang pinggiran boks bayi dan menggugu.

Film ini akan menjadi contoh kisah cinta yang dewasa, cinta yang bertanggung jawab, cinta yang rela menyeimbangkan antara peran suami dan istri. Bikin penonton melihat pada dirinya dan berkata, "Aku akan menikah dengan persiapan maksimal demi pasanganku, demi keluarga baruku." Jadi makin tidak sabar menunggu filmnya rilis.

Rating novel dari saya: 4/5


Catatan:
  • Berani menjalin hubungan berarti menyerahkan sebagian kendali atas perasaan kita kepada orang lain. (hal.8)
  • Toko buku itu bukti nyata bahwa keragaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela. (hal.13)
  • Kadang hidup lebih menyenangkan saat kita tidak punya ekspektasi apa-apa. (hal.14)
  • Waktu adalah satu-satunya hal di dunia ini yang terukur dengan skala sama bagi semua orang, tapi memiliki nilai berbeda bagi setiap orang. (hal.17)
  • Sebagai laki-laki, tugas utama kita adalah mengambil pilihan terbaik untuk diri kita sendiri dan orang-orang yang dekat dan tergantung pada kita. (hal.30)
  • Hidup memang tidak pernah sedrama di film, tapi hidup juga tidak pernah segampang di film. (hal.40)
  • Kata orang, saat kita berbohong satu kali, sebenarnya kita berbohong dua kali. Bohong yang kita ceritakan ke orang, dan bohong yang kita ceritakan ke diri kita sendiri. (hal.57)
  • Ada banyak hal dalam hidup ini yang mungkin tidak akan dimengerti orang-orang yang belum mengalami sendiri. (hal.93)
  • Kata orang, waktu akan menyembuhkan semua luka, namun duka tidak semudah itu bisa terobati oleh waktu. Dalam hal berurusan dengan duka, waktu justru sering menjadi penjahat kejam yang menyiksa tanpa ampun, ketika kita terus menemukan dan menyadari hal baru yang kita rindukan dari seseorang yang telah pergi itu, setiap hari, setiap jam, setiap menit. (hal.95)
  • Berpasarah kepada-Nya karena Dia tidak akan member cobaan lebih daripada yang bisa kutanggung. (hal.97)
  • Anak kecil terkadang memang lebih santai menghadapi perpisahan, ya. (hal.107)
  • Apakah sosok seseorang itu bagi kita tergolong pahlawan atau penjahat tergantung dari seberapa besar kita mau berkompromi dengan nilai-nilai yang dia anut. (hal.112)
  • Ujian keimanan seorang laki-laki itu bukan waktu dia digoda oleh uang, perempuan, atau kekuasaan seperti banyak yang dikatakan orang-orang. Ujian keimanan itu sesungguhnya adalah ketika yang paling berharga dalam hidup laki-laki itu direnggut begitu saja, tanpa sebab apa-apa, tanpa penjelasan apa-apa, kecuali karena itu sudah takdirnya. (hal.121)
  • Kisah cinta paling indah sebenarnya adalah yang ditulis Tuhan sendiri dan nyata di sekeliling kita. (hal.207)


[ gambar film diunduh dari twitter Ika Natassa / @ikanatassa ]
[ gambar lainnya milik pribadi yang diedit ]

Desember 26, 2016

[Intermeso] Jelang 2017


Tahun baru tinggal menghitung hari saja. Tahun 2016 ini banyak kejadian mengesankan selama saya mengendalikan blog ini. Sebagai manusia biasa, saya juga belum puas dengan pencapaian kemarin. Ada banyak buku yang diinginkan, tapi belum terkabul. Ada keinginan bikin giveaway setiap bulan sekali, tapi belum terlaksana. Saya tidak tutup mata. Hanya saja memenuhi harapan juga butuh perhitungan.

Jelang tahun 2017, saya mencatat di selembar kertas apa saja yang mau dilakukan pada blog ini. Supaya enggak bosan, saya tambahkan beberapa perubahan. Tidak terlalu bikin kaget, menurut saya itu cukup memberi perbedaan. Kalau pun ada kesamaan dengan blogger lain, yah, tambah satu orang seperti saya tidak akan jadi saingan kalian, apalah aku mah.

2016
Saya lupa bulan apa saya ikut tantangan baca goodreads, tapi jadi bagian dari tantangan itu ternyata seru. Saya jadi lebih fokus. Pas sedang ngaco dan mood turun untuk baca, saya sampai bikin permainan baca buku, mengundi buku yang akan dibaca seperti konsep arisan. Walau pun permainan tadi berlangsung hanya dua kali saja. Namanya juga memancing minat baca, hehe.

Saya juga senang karena dipilih menjadi host blogtour. Apalagi blogtour untuk buku yang bagus. Saya tambah semangat. Selain menambah buku bacaan, saya senang jadi perantara memberi buku kepada yang lain. Saya doakan, yang kemarin kerja sama, tahun ini kerja sama lagi. Kalau pun enggak, saya doakan buku-buku lainnya tambah laris.

2017
  • Ada laman Pojok Penulis. Sengaja saya bikin laman ini untuk mendekatkan diri dengan penulis. Tugas beratnya adalah mengikuti karya-karya penulis agar artikel penulis tersebut berkelanjutan dan berkesinambungan. Pertanyaan yang muncul pun acak sesuai keinginan saya. Tidak perlu rencana. Tahu hasilnya saja.
  • Ada laman Kutipan. Laman ini jadi wadah kutipan buku paling super. Ketika judul buku disebutkan, kutipan itu langsung teringat. Kutipan yang masuk laman ini adalah kutipan paling mewakili bukunya.


  • Target baca tahun 2017 adalah 53 buku. Tahun 2016 dengan target 100 buku, gagal. Saya menurunkan jadi 53 buku. Konsentrasi saya akan berubah, bukan pada jumlah. Melainkan pada pesan buku. Sehingga buku yang saya baca memberikan pelajaran mendalam. Dengan membuat resensi, semoga nilai buku tertular ke yang lain.
  • Ada giveaway. Ini semacam syukuran. Saya belum pastikan akan digelar per berapa waktu. Doakan supaya rezeki saya berkah, biar sedikit tapi cukup untuk membeli hadiah buku.
  • Aktif di twitter @adindilla. Mungkin selama ini saya bisa dibilang enggak aktif di twitter. Kalau pun muncul itu untuk sebar artikel blog. Jarang sekali menyapa sesama blogger. Pokoknya saya bakal gunakan twitter lebih maksimal untuk blog. Kalau akun IG, saya hanya syarat. Dasarnya saya kurang suka. Yah, yang penting punya akun toh!


*******
Kayaknya segitu saja dulu artikel yang mengulas jelang 2017. Jika di tengah perjalanannya muncul ide segar dan unik, saya akan gunakan di blog. Sayang sekali kan blog hanya diisi dengan hal-hal yang sama rata dengan tahun 2016. Melakukan perbedaan untuk kemajuan bukan dosa. Semangat ngeblog!

Desember 25, 2016

Tentang Kamu yang Menelan Kepedihan

Judul: Tentang Kamu
Penulis: Tere Liye
Editor: Triana Rahmawati
Cover: Resoluzy
Lay out: Alfian
Penerbit: Penerbit Republika
Cetakan: Pertama, Oktober 2016
Tebal buku: vi + 524 halaman
ISBN: 9786020822341
Harga: Rp79.000 

Resensi ini merupakan hasil baca kedua saya (klik resensi pertama). Ada beberapa hal baru yang saya temukan, yang tidak saya temukan ketika membaca pertama kali. Mungkin ada benarnya yang mengatakan, jika kita membaca buku yang sama di waktu yang lain, akan ada pemahaman baru terhadap buku tersebut. Ajaib! Tapi itulah pikiran, mampu memberikan penilaian yang berubah-ubah.

Buku Tentang Kamu mengisahkan perjalanan pengacara muda bernama Zaman Zulkarnaen mencari ahli waris Sri Ningsih. Sri Ningsih adalah sosok perempuan usia 70 tahun yang meninggal di panti jompo di Paris dengan meninggalkan warisan sebesar 19 triliun rupiah. Ia tertarik dengan sosok Sri karena di benaknya, kekayaan sebanyak itu Sri bisa tinggal di rumah yang sangat mewah, bukan di panti jompo.

Perjalanan membawa Zaman ke lima kota. Pertama ia terbang ke Paris. Aimee, si pengurus panti menuturkan kisah sejak Sri muncul di depan pintu panti hingga ia meninggal. Kisah yang diceritakan Aimee lebih banyak pada kehidupan Sri yang bersahaja. Buku harian Sri yang diberikan Aimee menjadi petunjuk Zaman untuk menggenapkan kisah Sri berikutnya. 

Pulau Bungin, Sumbawa
Sumber: jadiberita.com

Di Sumbawa, tepatnya di Pulau Bungin, ia bertemu dengan Pak Tua Ode yang mengenali Sri. Pak Tua bercerita mengenai awal mula orang tua Sri yang berasal dari Jawa bisa tinggal di pulau yang kebanyakan penduduknya keturunan suku Bajo dan suku Bugis. Juga masa kecil pilu yang dialami Sri selama tinggal dengan ibu tiri sampai kisah ia dan adiknya, Tilamuta, bisa pergi meninggalkan Pulau Bungin menuju Pulau Jawa.

Di Surakarta, Zaman bertemu dengan sahabat baik Sri, Nur’aini. Cerita mengalir dari kesaksiannya, tentang persahabatan dan pengkhianatan. Cerita di Surakarta bisa dikatakan kisah Sri paling mengerikan. Nur’aini percaya Zaman akan melakukan yang terbaik untuk menunaikan pesan Sri, ia pun mempercayakan 20 surat yang dikirim Sri selama di Jakarta kepadanya. Lalu Zaman bertolak ke Jakarta. Penutur berikutnya adalah sosok anak perempuan yang muncul di salah satu foto Sri, yang saat ini menjadi pemimpin perusahaan sabun. Jakarta menjadi saksi bagaimana Sri jatuh bangun merintis bisnis dan ia belajar banyak untuk mewujudkannya.

Keanehan pada diri Sri yang meninggalkan Jakarta tiba-tiba, membuat Zaman bingung. Ia berangkat ke London untuk mengutuhkan ceritanya. Sebuah kebetulan, Rajendra Khan si pemilik kios makanan yang biasa Zaman membeli sarapan, menjadi orang berikutnya yang berkisah.  Dengan dibantu Aami (ibu) Rajendra, kisah Sri yang semakin dewasa meluncur menghanyutkan. London jadi latar asmara Sri dengan pemuda Turki bernama Hakan. Selain jatuh cinta, Sri juga mengalami kehilangan yang sangat besar, berkali-kali. Tiba-tiba Sri membuat bingung keluarga Rajendra Khan atas kepergiannya yang tanpa berpamitan langsung, melainkan lewat surat yang ditulisnya.

Apakah Zaman berhasil menemukan ahli waris yang sah atas kekayaan Sri?

Buku Tentang Kamu memuat banyak tema. Ada tema keluarga, tema persahabatan, tema profesi, dan tema percintaan. Semua menyatu membentuk kisah Sri sejak ia lahir hingga ia meninggal, dan meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang yang pernah dekat dengannya. Warisan, premis yang kuat tentu saja membuat pembaca penasaran soal ahli waris. Dan mau tidak mau pembaca harus menghabiskan kisahnya untuk tahu siapa yang berhak. Namun, warisan juga menjadi konflik yang dihadapi Zaman dan ibunya dengan keluarga besar. Kisah Sri ini menjadi cerminan bagi Zaman untuk menyelesaikan konflik keluarganya.

Rasa drama pada buku ini sangat kuat. Tapi bukan drama yang menye-menye, sisi action yang menjadi pembuktian hobi aktif Zaman terbukti ketika ia melumpuhkan anak buah Ningrum. Ala detektif juga tampak ketika Zaman memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kemudian ia pikirkan seksama dan dirumuskan. Pemikiran inilah yang menjadikan Zaman punya akal banyak. Pembicaraan bisnis dan beberapa istilah bisnis juga sangat mendukung sehingga novel ini punya sisi cerita bisnis yang menonjol.

Gaya bahasa yang digunakan Tere Liye masih memikat dengan deskripsi yang lugas. Alur campuran yang didominasi kilas balik tidak membuat saya pusing untuk memahami cerita. Pemilahannya terstruktur dengan baik melalui pergantian bab yang rapi atau dengan penggalan 3 bintang (***).  Yang lebih menarik, Tere Liye memberikan banyak informasi baru di sepanjang novel ini. Misalnya kejadian luar biasa dunia yaitu krisi Y2K atau millenium bug (hal. 33-34) dan  krisisi keuangan di Amerika atau dikenal subprime mortgage crisis (hal. 470). Ada juga penjelasan mengenai kerusuhan besar di Jakarta yang disebut Malapetaka 15 Januari  atau Malari (hal. 251). Kemudian di halaman 403 disinggung mengenai bahaya perkawinan bagi pasangan yang berbeda rhesus darahnya.

Persitiwa Malari di Senen
Sumber: id.wikipedia.org

Sedangkan penokohan di buku ini, saya terkejut dengan pemilihan sosok Sri Ningsih. Ia perempuan sangat biasa, hitam, dan gempal. Karakter diri sederhana itu yang membuat ia istimewa, sebab tidak menjadikan dirinya menjadi biasa. Ia menjadi sosok kuat, pekerja keras, sabar, giat belajar, dan usaha-usaha yang dilakukannya tidak ada yang mengkhianati hasil. Sedang Zaman Zulkarnaen, hanya penutur tokoh utama. Sedikit saja karakter yang diulik darinya sebatas sebagai pemuda baik, tidak cerdas, pantang menyerah, berprinsip, dan tentu saja amanah. Dua tokoh utama yang dibuat tanpa cela. Dan itu memunculkan satu pertanyaan, bagaimana Sri Ningsih bisa memiliki kemuliaan seperti itu, sedangkan setahu saya masa kecilnya tidak mendapatkan pendidikan yang layak baik dari ayah, ibu kandung, atau ibu tirinya. Apakah ini yang disebut anugerah?

Pesan buku yang saya pahami dari buku ini adalah penulis mengingatkan seberapa murninya karakter baik kita. Lingkungan terus berubah dan itu menjadi tantangan terhadap kita untuk tetap jadi pribadi yang baik, sesuai anggukan universal. Jika jahat katakan jahat dan hindari, jika baik katakan baik dan amalkan. Saya tidak meperdebatkan atas sifat-sifat yang dimasukkan penulis pada karakter Sri atau Zaman yang terlalu baik. Justru tokoh seperti itu yang akan diingat dalam perjalanan hidup kita sebagai pembanding, sudahkah seperti mereka. Untuk lebih memahami pesannya, silakan baca catatan yang saya tulis di bawah.


Yang paling mengusik saya justru lembar persembahan penulis. Buku ini ia persembahkan untuk sang bunda. Di tambah cerita di dalamnya diceritakan banyak sosok ibu yang mulia. Lonceng yang mengingatkan kita untuk kembali memutar kisah baik sosok Ibu. Penulis menempatkan ibu sebagai kebaikan yang kemudian ia hadirkan melalui beberapa karakter.

Buku Tentang Kamu saya sangat rekomendasikan untuk dibaca sebab memberi banyak pencerahan dan karena ceritanya yang indah. Mudah-mudahan setelah selesai membacanya, kita akan melihat diri kita dengan lebih baik, terutama yang masih malas.

Rating dari saya: 4/5


Catatan
  • Selain bagiku, janji adalah janji, setiap janji sesederhana apa pun itu, memiliki kehormatan (hal. 45)
  • Ada cara terbaik untuk menerima takdir kejam itu dengan memeluknya (hal. 136)
  • Kita seharusnya lebih banyak bicara satu sama lain, agar bisa melewati masa-masa sulit bersama (hal. 136)
  • Dalam perkara kebaikan, bukankah sama saja siapa yang mengerjakannya.Yang lain tinggal mendukung dan membantu dari belakang (hal. 179)
  • Aku ingin sekali punya hati seperti miliknya. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak berprasangka buruk walau setetes (hal. 206)
  • Itu jelas bukan ‘keberuntungan’. Jika itu harus disebut keberuntungan, maka itulah keberuntungan kerja keras, pantang menyerah (hal. 222)
  • Kenapa orang mudah sekali mengkhianati?Bukankah dalam hidup ini kejujuran adalah hal penting? (hal. 239)
  • Yang aku tahu, jika aku berdiri kokoh, maka orang-orang yang bekerja padaku juga akan ikut kokoh (hal. 239)
  • Ada banyak hal-hal hebat yang tampil sederhana (hal. 257)
  • Kerja keras tidak pernah mengkhianati, Nur (hal. 262)
  • Tidak ada yang benar-benar bisa kita lupakan, karena saat kita lupa, masih ada sisi-sisi yang mengingatnya (hal. 270)
  • Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru (hal. 278)
  • Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita (hal. 286)
  • Setiap kali kita menunda melakukannya, semakin sedikit waktu yang kita punya (hal. 292)
  • Saat kita telah berhasil melupakan sesuatu, bukan berarti itu benar-benar telah lupa begitu saja, boleh jadi masih ada yang mengingatnya (hal. 340)
  • Lihat sampai ke mana ujung perjalanan perasaan kalian. Jika memang berjodoh, maka berjodohlah. Tidak perlu terlalu berharap, tapi tidak juga sangat negatif menanggapinya (hal. 360)
  • Ah, jatuh cinta kadang membuat orang bisa melakukan hal bodoh (hal. 369)
  • Toh, dalam kehidupan, masa sekarang dan masa depan jauh lebih penting, karena masa lalu, sehebat apa pun itu telah tertinggal di belakang (hal. 375-376)
  • Saat orang melihatnya begitu tegar menghadapi apa pun, orang-orang tidak tahu seberapa besar perjuangannya untuk membujuk dirinya sendiri untuk sabar, membujuk dirinya untuk melepaskan, melupakan, dan semua hal ringan dikatakan, tapi berat dilakukan. Karena bila bicara tentang penerimaan yang tulus, hanya yang bersangkutanlah yang tahu seberapa ikhlas dia telah berdamai dengan sesuatu (hal. 406)

Typo
  • Sebagianya = sebagiannya (hal. 254)
  • Sepuluh pengawal pusat penadah mobil curian itu digelandang, juga Lastri, dia terkulai didorong polisi naik ke atas mobil tahanan- sambil menatap penuh kebencian pada Ningrum yang duduk di lapangan rumput. Lastri adalah Ningrum, mungkin seharusnya ditulis Murni. Seharusnya memilih kata naik saja atau ke atas saja (hal. 515)

Desember 15, 2016

[Buku] Autumn In Paris by Ilana Tan

Judul: Autumn in Paris
Penulis: Ilana Tan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan keduapuluh tiga, Agustus 2013
Tebal buku: 272 halaman
ISBN: 9789792230307
Harga: Rp47.000 

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata musim gugur (autumn) dan Paris? Saya sendiri membayangkan suasana romantis di Paris yang dipenuhi guguran daun-daun kuning. Menilik kover novel Autumn in Paris, rasa romantis itu sangat terasa berkat warna lembut pink pucat dan sepasang kekasih yang sedang memadu kasih di bangku panjang. Kamu bisa mengira novel macam apa Autum in Paris ini.

Diceritakan pada suatu hari Victoria Dupont dan Sebastien makan di bistro kecil yang menyediakan masakan indonesia. Sedikit bertukar kabar, lalu Sebastien menyatakan terlanjur sudah janjian juga dengan rekan arsitektur jepang yang akan mengganti rekannya terdahulu. Namanya Tatsuya Fujisawa. Perkenalan mereka berjalan lancar dan pelan-pelan perasaan sayang tumbuh tidak terkendali. Kemudian badai datang untuk hubungan mereka yang baru bertunas ketika kenyataan besar menghampiri. Ya, kenyataan jika mereka adalah saudara tiri, saudara sebapak (p. 122).

Penilaian saya pada karya Ilana Tan selalu lekat dengan percintaan yang membuat iri. Termasuk pada novel Autumn in Paris ini. Tema percintaan dijelaskan secara teratur, dimulai dari perkenalan di bistro, cerita-cerita yang dikirim Fujitatsu, jalan-jalan mereka ke museum, dan masih banyak kedekatan lainnya yang membuat level intim antara Victoria dan Fujisawa makin tinggi. Hubungan mereka saya sebut sebagai ‘cinta abu-abu’, sebab antara Victoria dan Fujisawa tidak ada kepastian hubungan, hanya dekat seperti pacaran. Apa ini yang sering disebut teman rasa pacar?

Di awal bab juga akan dijelaskan jika mulanya Victoria menyukai Sebastien –sahabat baik yang playboy, namun kode-kode Victoria tidak pernah dimengerti oleh Sebastien. Untuk hubungan ini saya sebut ‘cinta diam-diam’. Kehadiran Fujisawa membuat perasaan Victoria ke Sebastien menjadi jelas, sekadar rasa suka sebagai teman. Urusan kisah romantis, penulis memang ahlinya sehingga sisi percintaan romantis di novel ini tidak usah diragukan. Dibuktikan dengan penulis berhasil mengolah dua bentuk cinta yang penuh drama menghangatkan. Khusus untuk ‘cinta diam-diam’, sampai menuju akhir buku tidak ada ujung yang pasti. Saya sih berharapnya Victoria dan Sebastien jadi pasangan kekasih.

Yang membuat saya terkejut adalah konflik besarnya, incest atau hubungan sedarah. Kemudian yang saya pikirkan adalah bagaimana penulis akan membuat penyelesaian untuk konflik ini. Sebab, kasus incest bukan konflik yang bisa asal diselesaikan meski hanya dalam fiksi. Fakta jika Victoria dan Fujisawa bersaudara tiri dibuka oleh penulis di awal-awal bab. Tujuan penulis adalah untuk lebih dulu menggali luka-luka yang dialami Victoria, Fujisawa dan Jean Daniel Dumpont (ayah keduanya), kemudian membuat penyelesaian yang menguras air mata. Jika dikatakan penuh drama, saya bilang iya. Apakah ceritanya jadi berlebihan? Saya bilang tidak. Kadang perlu drama yang berlebihan atau lebay untuk menyelesaikan konflik yang tidak mudah diselesaikan, termasuk pada novel ini. Membicarakan incest akan melebar kemana-mana; nilai sosial, nilai agama, nilai psikologis, dan nilai keindonesiaan. Dan saya yakin pembaca akan ikut memikirkan nasib Victoria dan Fujisawa yang saling mencintai tapi mereka adalah saudara. Sehingga pantas jika novel ini dikatakan sebagai novel yang punya konflik berat.

Pengajaran dari konflik yang muncul adalah bagaimana cara menyikapi konflik tersebut. Penulis secara tidak langsung ingin mengatakan ‘masalah pribadi tidak seharusnya mengganggu urusan profesional’. Soalnya, kamu akan menemukan kejadian lost motivation pada diri Victoria dan Fujisawa ketika masalah besar menimpa dan itu berimbas pada pekerjaan mereka.

Ditambah, pembaca akan diingatkan untuk selalu berpikir positif. Ada dua kejadian yang menunjukkan pesan ini. Pertama, penilaian awal Victoria kepada Fujisawa ketika bertemu. Victoria memberi nilai kepada sosok Fujisawa yang akhirnya nilai itu berangsur-angsur meningkat. Kedua, pikiran dan pertimbangan Fujisawa untuk bertemu dengan ayah kandungnya. Ia menunda hingga setahun karena terbayang akan terjadi hal buruk dari reaksi sang ayah ketika akhirnya ia berterus terang. Namun hal buruk yang dipikirkankannya tidak terjadi.


Kekurangan novel ini terletak pada latar tempat yang tidak dilengkapi dengan data dan sejarah. Contohnya, ketika Fujisawa dan Victoria jalan-jalan ke museum Musee Rodin, penulis tidak menyinggung sejarah museum, karya-karya apa yang ada di dalamnya dan detail bangunan museum. Juga ketika Fujisawa dan Victoria naik ke puncak Arc de Triomphe, tidak ada penjabaran tempatnya seperti apa. Akibatnya, beberapa nama lokasi, gedung atau pemandangan yang disebutkan terasa hanya sebatas tempelan untuk menunjukkan setting di Paris. Nyawa Kota Paris-nya tidak sampai kepada pembaca.


Atau pandangan di atas hanya soal selera, sebab saya lebih suka novel yang memiliki detail dengan informasi-informasi yang mendukung beberapa objek di cerita.

Novel Autumn in Paris ini bisa menjadi pilihan bacaan bagi penikmat kisah romantis dengan konflik dan drama yang lebih banyak.


Rating dari saya: 3/5 bintang.

Desember 12, 2016

[#tantangannulis] Aku Khilaf, Ibu

*******


Aku duduk dengan resah di ruangan sempit yang remang. Pintu yang hanya satu-satunya tertutup rapat. Di depanku sudah duduk gadis berkerudung warna cokelat.  Namanya Husna Aulia. Dua tahun lebih muda dariku. Dia adikku.

“Ini titipan dari ibu.” Husna menggeser rantang seng lebih dekat denganku.

Aku membuka tutup paling atas. Nasi, masih hangat. Aku angkat rantang pertama dan melihat isi rantang kedua. Telur balado, kesukaanku, masakan ibu. Aku menghela nafas, berat.

Aku menyendok nasi ke atas tutup rantang. Aku mengambil sebutir telur dan menambahkan beberapa sendok kuahnya. Aku memasukan satu suap. Belum kugigit tapi aku sudah merasa kehilangan banyak.

“Bismillah dulu, Kak Doni,” Husna mengingatkan.

“Bismillahirrohmanirrohim,” gumamku.

*******
Dua minggu lalu, puncak semua kebutaanku. Maghrib itu, aku yang sedang main gitar diajak oleh Gus dan Bayu ke rumah Bin. Ibu sempat meneriakiku solat dulu, tapi aku mengacuhkannya. Di rumah Bin yang sepi, sebab bapaknya sudah meninggal dan ibunya pergi ke Arab, sudah ada dua botol minuman favorit dan sebungkus besar kacang tanah yang terkenal.

“Bakal pesta nih, Bin?” tanyaku girang.

“Iya, lagi pusing.” Bin membuka botol yang satu. Aku, Gus, dan Bayu duduk melingkar.

“Pusing mikirin cinta yang nggak sampai! Hehehe,” sahut Bayu.

Keningku berkerut. “Lagi suka sama siapa sih, Bin?”

“Maya.” Bin mulai mengisi gelas-gelas kecil yang biasa dipakai kami.

“Maya? Pacarnya Teguh?”

“Hush! Jangan keras-keras. Iya, Maya pacarnya Teguh,” Gus membenarkan.

“Aku udah lama naksir Maya. Udah coba nembak. Eh, dia nolak gara-gara sudah punya Teguh.  Anjing, muka dia susah dihapus!”

Aku geleng-geleng kepala. “Coba kamu cari yang lain. Masih banyak yang lebih montok dari Maya, Bin!”

“Kamu nggak ngerti bagaimana rasa ini buat dia. Kamu nggak paham!”

Dan pesta dimulai. Hampir setiap pekan kami melakukannya. Yang parah, pesta pil. Tapi aku tidak pernah ikut. Kami mulai menenggak minuman itu. Gelas diisi, kemudian kosong, kami isi lagi. Akal sehat mana yang kuat jika dijejali minuman keras. Aku yang sudah merasa pusing mulai menghentikan minum dan mulai ngemil kacang saja.

Handphone Bin bunyi. “Halo! Apa, Guh? Sini, kita lagi pada kumpul. Biasa, pesta. Anjing!!! Nggak usah ceramah!”

Sesudah menerima telepon, wajah Bin tegang dan merah. Rahangnya berkedut. Bin tengah geram. Lalu, Bin mengajak kami menemui Teguh di lapangan blok tetangga. Pesta dihentikan dulu.

Kami tiba di lapangan yang sepi. Jauh dari rumah penduduk. Tempat ini cocok kalau kami mau pesta ramai-ramai atau sekedar ngobrol ngalor-ngidul. Tapi agenda sekarang bukan pesta. Bin sudah mengirim SMS agar Teguh ke lapangan. Dan tidak berapa lama orang yang kami tunggu datang. Teguh membonceng Maya.

Tanpa ada omongan apa-apa, Bin memukul kepala Teguh dengan kayu sebesar lengan dengan keras yang sudah ia persiapkan. Teguh pasti kaget dengan tindakan Bin yang tiba-tiba. Kami kira kayu itu hanya mainan Bin sambil menunggu, bukan untuk menyerang Teguh. Teguh yang tidak ada persiapan apa-apa langsung ambruk. Maya langsung berteriak seiring motor Teguh yang tumbang.

“Pegangin Maya, Goblok!!! Sumpal mulutnya!!!”

Aku masih pusing sekaligus kaget. Aku turut membantu Gus memegangi Maya. Sedangkan Bin terus memukulkan kayu ke kepala Teguh.

“Berengsek!! Kamu coba rebut Maya dariku, Anjing. Kamu pikir aku rela. Begini akibatnya merebut kepunyaan orang. Dasar berengsek!!”

Rasanya aku ingin menutup mata melihat Bin yang terus menghajar kepala Teguh yang sudah terkapar dengan darah bersimbah. Tapi otakku tidak berfungsi. Sedangkan Bayu hanya berdiri melihati Bin yang kalap.

Usai capek menghajar Teguh, Bin menghampiri Maya yang melemas akibat terus menangis. Aku sudah melepaskan peganganku begitu tubuh Maya meluruh duduk ke tanah. Bin dengan kasar menarik Maya supaya berdiri. Ia menampar gadis itu dua kali. Maya sempat meludahi Bin dan bergumam lirih, “Pembunuh!”.

Emosi Bin meledak. Matanya melotot. “Kamu sok cantik. Kamu kira aku tidak bisa membalas penolakan kamu tempo hari, hah!?”

Ia menyeret Maya ke semak-semak dan aksi bejat itu dilakukan. Aku yakin Gus dan Bayu juga mendengar teriakan yang tertahan dari Maya yang tak berdaya. Tapi kami tidak melakukan apa-apa. Entah setan apa yang membuat kami menikmati setiap lirih kesakitan Maya.

Bukan hanya Bin, Gus dan Bayu ikut-ikutan melakukan memerkosa Maya secara bergiliran di semak-semak. Aku menjauh, mengangkat motor Teguh yang jatuh dan menstandarkan. Hanya setengah meter saja posisiku dari jasad Teguh yang sudah tak berdaya dan tak bernyawa. Aku memejamkan mata dan air mata meluncur ke pipi.

*******
“Bagaimana kabar ibu?” tanyaku sambil mengunyah.

“Ibu masih kaget. Tapi dia sempat menulis surat.” Husna menyodorkan amplop putih.

Aku segera membuka amplop yang dilem dan membuka lipatan kertas kumal. Aku hafal tulisan Ibu. Nasi di mulut segera kutelan. Dengan gemetar aku mulai membaca surat ibu.



‘Doni,

Maaf, Ibu tidak bisa menjengukmu. Bukan Ibu tidak mau, tapi Ibu belum kuat melihatmu. Ibu masih ingat ketika kamu lahir kamu menangis kencang sekali. Ibu tahu kamu pasti takut menghadapi dunia ini. Ibu paham ketakutanmu. Dan karena itu, Ibu menimangmu agar kamu yakin dan kuat. Kamu akhirnya mulai anteng.

Ibu juga ingat ketika kamu masuk SD. Ibu harus mengantarmu dan harus menemani kamu di dalam kelas sampai waktu pulang. Kalau Ibu keluar, kamu akan menangis menjerit-jerit. Kamu pasti tidak ingat ketika ibu kebelet, ibu juga harus bawa kamu ke WC.

Doni,

Ibu juga bangga ketika tahu kamu ikut mewakili sekolah di seleksi olimpiade matematika. Ibu sampai solat Tahajud memohon supaya kamu dimudahkan. Ibu tidak kecewa walau kamu hanya jadi juara lima tingkat kabupaten. Ibu bangga punya anak pintar seperti kamu, Nak.

Doni,

Ibu percaya dan sangat percaya kamu tidak membunuh Teguh dan _____  menyakiti Maya. Ibu sangat yakin kamu akan ingat Ibu ketika akan melakukan hal dosa. Karena Ibu selalu mendoakan kamu supaya kamu jadi anak soleh.  Doni, kalau pun sekarang hukum memenjarakan kamu, itu karena Allah ingin mengganjar dosa-dosamu selama ini. Kamu harus bersyukur Allah menghukummu di dunia. Ibu tidak rela kamu masuk neraka, Nak. Ibu tidak pernah rela.

Doni, Ibu tidak pernah membenci kamu meski polisi mengecap kamu penjahat. Ibu tetap sayang kamu, Don. Ibu minta sama kamu, jangan pernah tinggalkan solat. Dan kamu harus sabar, Nak.’




Aku gemetaran dan air mata sudah tak terbendung. Aku memegang kertas itu dengan erat. Rasa kangen membuncah, rasa menyesal menyeruak. Aku ingin melihat wajah ibu sekarang. Aku tidak mau kehilangan ibu. Aku tidak ingin mengecewakan ibu lagi. Dan aku ikhlas menjalani hukuman di penjara ini. Ibu, maafkan aku. Ibu, tunggu aku beberapa tahun dari sekarang. Aku akan menjadi anak yang paling Ibu banggakan.

Aku, Muhammad Doni, 19 tahun.

*******


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendi