Tampilkan postingan dengan label Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Tampilkan semua postingan

September 18, 2025

Novel Koloni - Ratih Kumala

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Koloni

Penulis: Ratih Kumala

Editor: Mirna Yulistianti

Ilustrasi sampul & isi: Alit Ambara

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Agustus 2025, cetakan pertama

Tebal: vi + 246 hlm.

ISBN: 9786020684451

Tag: fabel, semut, koloni, kekuasaan, ratu



SINOPSIS

Novel Koloni ini menceritakan semut ratu muda bernama Darojak yang masih hidup setelah sarang dan koloninya porak-poranda diterjang perusakan hutan oleh mesin yang dikendarai manusia. Ia diselamatkan oleh semut jantan bernama Sunar dan membawanya ke koloninya.

Mak Momong yang bekerja di Departemen Perawatan dan Pengasuhan menyembunyikan keberadaan Darojak dari Ratu Gegana dengan mempekerjakannya sebagai pengasuh. Ini dilakukan karena Darojak adalah semut ratu dan dalam satu koloni tidak boleh ada dua ratu.

Rahasia pasti terbongkar dan begitu juga keberadaan Darojak. Ratu Gegana tahu keberadaan Darojak dari feromon cinta yang dikeluarkan Darojak saat kasmaran dengan Sunar. Mak Momong menentang pengusiran Darojak karena Darojak lebih memungkinkan melahirkan semut pekerja, bukan semut jantan, dan bisa memperkuat dan memperpanjang keberlangsungan koloni. Ratu Gegana yang selama ini hanya melahirkan semut jantan tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak itulah persaingan dua ratu semut api dimulai.



RESENSI

Sempat maju-mundur mau beli novel ini karena saya belum baca novel Gadis Kretek dan novel Saga Dari Samudra yang sudah saya punya. Tapi gara-gara diskon di Lazada akhirnya beli juga.

Novel ini kategori fabel karena tokoh ceritanya berupa hewan yaitu semut api. Konsep cerita yang menarik karena jarang banget ada novel begini. Dan setelah saya membaca sampai tuntas, jujur, rasanya kayak habis nonton drama korea.

Konflik utama novel ini tentang perebutan kekuasaan antara dua ratu semut, Ratu Gegana dan Ratu Darojak, di sebuah koloni. Ratu Gegana adalah ratu asli koloninya, sedangkan Ratu Darojak adalah ratu pendatang yang diselamatkan dan masuk koloni. 

Mak Momong sebagai semut tua di Departemen Perawatan dan Pengasuhan menjadi yang paling bertanggung jawab atas situasi tersebut. Dia mempertahankan Darojak untuk melengkapi kekurangan Ratu Gegana dan tujuan besarnya agar koloni tidak punah.

Saya suka dengan penggambaran dunia semut yang detail. Saya baru tahu kalau semut bisa mengeluarkan feromon berbagai jenis sesuai situasi yang dihadapi misalnya feromon cinta, feromon panik, feromon menyerang, feromon sedih dan masih banyak lagi. Dunia semut juga punya hierarki yang jelas. Ratu adalah posisi tertinggi yang dilayani oleh semut pekerja, semut pemburu, semut prajurit, semut dayang dan semut jantan. Setiap posisi memiliki tugas masing-masing dan tidak boleh mencampuri posisi semut lain. Yang paling dikritisi adalah semut jantan karena ternyata tugasnya hanya mengawini semut ratu, dan tidak bisa diandalkan untuk bertarung atau mencari makan.

Proses kawin semut juga sangat menarik. Semut ratu akan terbang lalu dinaiki semut jantan. Kemudian terjadilah proses transfer sperma ke spermatheca untuk dibuahi bertahun-tahun. Semut ratu bisa dikawini oleh banyak semut jantan. Naasnya kebanyakan semut jantan yang telah mengawini semut ratu akan mati sebagai konsekuensi perannya.

Saya salut dengan penceritaan penulis yang bagus yang bisa membuat saya lupa kalau tokoh di novel ini tuh semut. Gampang banget saya diajak bersimpati dengan nasib beberapa tokoh. Ini bukti kalau emosi yang dibangun penulis bisa sampai ke pembacanya. 

Kita juga bakal menemukan kejutan-kejutan yang mengagetkan. Yang paling susah saya terima itu keputusan penulis membuat beberapa tokohnya mati padahal perannya vital dan saya sudah berharap tokoh itu bakal punya happy ending. Saya kaget tapi enggak sekecewa itu karena tahu ini cara penulis agar tokoh utamanya punya kedalaman karakter dari peristiwa menyedihkan yang dialaminya. Hasilnya novel ini jadi begitu emosional.

Walau ini cerita semut, banyak momen yang justru terasa sangat manusiawi. Terutama jika menyoroti dinamika hubungan antar semut. Ada penggambaran hubungan tidak harmonis antara ibu dan anak perempuan. Ada persaingan dan iri hati antara saudara kandung. Ada romansa merah jambu sepasang kekasih semut. Ada juga gambaran hubungan antara penguasa dan bawahan. Ceritanya terasa begitu kaya pembelajaran.

Tokoh semut yang muncul begitu hidup. Ratu Darojak adalah semut ratu yang baik, tahu diri, dan bijaksana. Ratu Gegana jadi antagonis dengan sifat iri, pemarah, dan jahat. Terasa sekali ambisinya menjadi ratu satu-satunya di koloni, sampai-sampai dia tega melakukan tindakan brutal. Mak Momong jadi sesepuh di koloni dengan pembawaan tenang, cerdas, dan bijaksana. Dia terlatih karena pernah jadi semut ratu sebelum akhirnya dikudeta anaknya sendiri. Sunar sebagai semut jantan yang memiliki pola pikir berbeda dengan mimpi melakukan petualangan di luar koloni. Jantung Hati adalah anak semut Ratu Darojak yang lahir dengan kondisi sayap tidak sempurna padahal dia semut ratu yang akan jadi penerus di koloni. Hari Bahagia adalah saudara Jantung Hati yang lahir dengan kesempurnaan namun ia diperlakukan berbeda oleh Ratu Darojak sehingga membuatnya begitu kesal.

Oya, latar tempat yang dipilih penulis ternyata di IKN sebelum hutannya dibabat. "Ya sudah, kita bikin saja proposal dananya. Ini kan mau bikin ibukota baru, nggak mungkin nggak ada duitnya, kan?" (hal. 242) Jadi masuk akal kenapa koloni Darojak dihantam perusakan, buat IKN toh!

Menurut saya novel Koloni ini punya ide cerita yang fresh, seru, dan emosional. Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca yang suka cerita politik kekuasaan walau di sini masih skala kecil. 

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Koloni ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juni 25, 2025

Resensi Novel The King Of Torts (Ganti Rugi) - John Grisham

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: The King Of Torts (Ganti Rugi)

Penulis: John Grisham

Penerjemah: Hidayat Saleh

Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2004, cetakan kedua

Tebal: 544 hlm.

ISBN: 9792206760

Tag: hukum, sidang, pengacara


Dari dulu sudah pengen baca novel dari penulis John Grisham karena yang saya tahu temanya kebanyakan soal hukum dan kriminal. Koleksi saya baru dua buku, selain yang ini, ada judul lain yaitu The Confession (Pengakuan). Saya pilih novel ini jadi perkenalan karya beliau karena enggak setebal yang satunya, dan ukuran buku ini lebih kecil dibandingkan ukuran novel pada umumnya.

Ide cerita novel ini tentang pengacara Kantor Pembela Umum bernama Clay Carter yang hidupnya biasa saja, kemudian dia banting setir menjadi pengacara ganti rugi atas bujukan Max Pace dan dia berubah mendadak jadi kaya raya.

Karena tema soal hukum dan pengacara, kita akan melihat dunia seorang pengacara menjalankan tugasnya. Salah satunya membantu gugatan klien. Di sini diperlihatkan strategi-strategi menangani kasus gugatan, melawan pengacara lain di persidangan, dan proses mengumpulkan fakta-fakta agar kasusnya jadi terang benderang.

Kebusukan pengacara pun dijabarkan jelas, apalagi jika jadi pengacara ganti rugi. Mereka menyasar perusahaan yang mempunyai produk jelek dan merugikan konsumen. Dimulai dari mengumpulkan konsumen yang dirugikan pemakaian produk, ditelaah efek jeleknya oleh tenaga ahli, dan setelah divaliditas keterhubungan antara produk dan efek sampingnya, pengacara-pengacara ini mendampingi konsumen tadi menggugat perusahaan tersebut.

Sebagai perusahaan, gugatan pengacara ini bakal menimbulkan banyak kerugian. Citra perusahaan dipertaruhkan dan jika sampai ke persidangan bisa menjadi kasus pidana. Makanya para pengacara mempunyai opsi penyelesaian tanpa sidang, dengan membayarkan ganti rugi. Jumlah uang yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap penggugat akan dipotong sebagian sebagai jasa pengacara. Jika penggugat sampai ratusan bahkan ribuan, jumlah uang yang didapat juga makin banyak.

Sekilas posisi pengacara ganti rugi sedang melindungi konsumen. Pada batas tertentu memang betul, tapi penyelesaian ganti rugi kadang jadi keputusan salah jika kerugian di masa depan lebih besar dibandingkan penggantian saat kasusnya diselesaikan.

Setelah tahu kasusnya, saya jadi berpikir, jangan-jangan di Indonesia pun banyak produk-produk buruk yang bisa dibawa ke pengadilan. Contohnya, dulu pernah ada obat sirup yang dinyatakan membahayakan kesehatan anak dan harusnya masyarakat yang pernah menggunakannya bisa menggugat ganti rugi karena penggunaannya pasti memengaruhi kesehatan. Sayangnya, kasus begini belum dijadikan kasus besar. Padahal gugatan begini bisa jadi momen perubahan besar bagi semua pihak sebelum produk dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat.

Selain tema hukum dan pengacara, cerita romansanya pun menarik. Clay dan Rebecca memiliki perbedaan status sosial. Orang tua Rebecca kadang mencampuri keputusan mereka. Patah hati enggak bisa dihindari saat Rebecca menikah dengan pria lain yang lebih mapan. Move on jadi babak baru yang butuh kerja keras.



Tokoh Clay Carter digambarkan manusiawi banget. Selain kegugupan dalam gaya hidup ketika dari pengacara biasa menjadi kaya raya, ambisi menunjukkan ego pun diperlihatkan Clay saat ia membayar model cantik yang ditunjukkan di pesta pernikahan Rebecca. Apa uang menyelesaikan masalah Clay? TIDAK! Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Clay tetap merasa kesepian.

Clay juga jadi contoh tokoh yang dikalahkan keserakahan. Sukses di dua kasus awal, ia dihantam karma buruk di kasus ketiga. Sejak awal Clay tahu ada yang tidak beres di kasus terbarunya tapi jumlah duit gede membutakan firasatnya itu. Dan BOMM, kasus ketiga menyeretnya pada keterpurukan. Miris sekali, apalagi saat beberapa orang di sekitarnya mencoba mencegah tapi tidak berhasil.

Hubungan Clay dengan ayahnya dan teman-temannya juga mengharukan. Saat sukses dan terpuruk mereka ada mendampingi. Kuncinya adalah karma baik dari kebaikan yang diberikan. Saat Clay di titik terendah karena butuh uang banyak, teman-temannya yang dulu pernah diberi bonus super gede, datang menawarkan memberi bantuan dari uang yang dulu juga. Percakapan yang bener-bener menyentuh hati.

Gaya bercerita di novel ini sangat baik. Detail, runut, tahu poin-poin mana yang harus digali lebih dalam, dan penggambaran yang tidak bertele-tele. Penokohan pun sangat menarik. Tidak ada yang digambarkan baik banget bak malaikat, melainkan diselipkan juga sisi abu-abu. Latar belakang tokoh utamanya pun cukup bulat dan lengkap. 

Kesimpulannya, saya sangat menikmati cerita dengan tema hukum, kriminal, dan pengacara. Dan saya makin tertarik membaca judul karya penulis lainnya. Walau tebal, tapi ceritanya memuaskan.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel The King Of Torts ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

April 07, 2025

Resensi Novel Makhluk Bumi - Sayaka Murata

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Makhluk Bumi

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Pegy Permatasari

Editor: Kartika E.

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2025

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9786020681900

Tag: psikologi, pelecehan seksual, drama, jepang


Sinopsis

Waktu usianya 5 tahun, Sasamoto Natsuki mengaku dirinya penyihir sejak bertemu boneka landak yang dinamai Pyut, polisi sihir dari Planet Pohapipinpobopia. Khayalannya itu justru didukung oleh sepupunya, Yuu. Yuu merasa dirinya juga adalah alien. Natsuki dan Yuu memutuskan berpacaran dan itu jadi motivasi menyenangkan untuk kunjungan rutin tiap tahun ke rumah nenek, Rumah Akishina, di atas pegunungan. Sampai akhirnya sebuah kejadian membuat orang-orang sekitarnya memisahkan mereka.

Natsuki dewasa dinikahi Tomomi dengan konsep pernikahan aneh, tanpa sentuhan dan pengalihan dari tuntutan masyarakat. Setelah menikah, kali ini dituntut untuk memiliki anak. Natsuki merasa cocok dengan Tomomi karena cara berpikir yang sama. Tomomi juga merasa dirinya berasal dari Planet Pohapipinpobopia. 

Ide untuk kembali mengunjungi Rumah Akishina membuka wawasan baru dan liar tentang peran mereka di Bumi. Natsuki, Tomomi, dan Yuu bertualang lebih hebat dan mengerikan demi tidak terjebak sebagai makhluk bumi. Mereka yakin mereka bukan makhluk bumi.


Resensi

Saya kenal karya Sayaka Murata dari novel Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket. Novel yang mendalami sisi kejiwaan wanita dewasa dengan menggabungkan isu-isu perempuan yang umum ditemui di masyarakat. Buku kumpulan cerpen karya penulis yang judulnya Upacara Kehidupan juga sudah sempat dibaca tapi belum selesai karena temanya yang lumayan berat. Dan begitu novel ini diumumkan saya sudah mengantisipasi penerbitannya karena penasaran kali ini akan membahas isu apa lagi.


Dunia Anak Dan Kerentanannya

Dua bab pertama menceritakan tentang Natsuki dan Yuu waktu masih kecil, usia sekitar 5 tahunan. Saya sudah menduga di awal kalau pengakuan Natsuki sebagai penyihir dan pertemanannya dengan Pyut hanya khayalan saja. Saya maklum sebab anak-anak kadang punya teman khayalan dan imajinasi mereka tidak terbatas. Saya cukup terhibur dengan dunia yang diciptakan Natsuki dan Yuu tentang Planet Pohapipinpobopia. 

Sayangnya, beberapa orang tua meremehkan imajinasi anak-anak dan justru tegas menolak kebiasaan mereka. Cap anak tidak berguna dan suka ngomong sembarangan membuat mental anak tertekan. Ini kesalahan besar orang tua, harusnya mereka mencoba memahami perkembangan otak anak dan membantu menanamkan pendidikan karakter karena usia anak-anak adalah usia emas.

Kecolongan bahaya besar dicontohkan oleh orang tua Natsuki dalam novel ini. Natsuki mengalami pelecehan oleh guru lesnya: suka meraba tubuhnya, memintanya mempraktikan mengganti pembalut di depannya, dan sampai mengajarkannya cara mengulum. Natsuki sadar kalau gurunya aneh dan dia pun mengadukan itu kepada ibunya. Yang bikin saya marah karena respon ibunya begini, "Apanya yang aneh? Bukannya kau hanya dimarahi karena tidak becus?" (hal. 57). Saya kesal sekali pas baca bagian ini.

Saya jadi paham, bahaya terbesar buat anak-anak adalah memiliki orang tua yang tidak peka dan tidak mau memahami anak. Usia anak-anak begitu rentan dirusak oleh orang dewasa. Harusnya orang tua berperan sebagai tameng pelindung. Jika peran itu tidak jalan, anak-anak akan jadi korban, mental mereka dirusak dan traumanya akan dibawa sampai dewasa. Cara asuh salah bisa jadi lingkaran setan yang tidak ada putusnya untuk keturunan mereka selanjutnya.

Contoh cara asuh salah pada anak bisa kita jumpai di sekitar kita. Misalnya keputusan orang tua memberi ponsel untuk anak yang rewel, mengerdilkan usaha anak saat gagal, memberi cap jelek pada anak dan jarang mengajak anak untuk berbincang dengan alasan sibuk.


Tuntutan Orang Dewasa Yang Makin Menuntut

Dalam novel ini juga disinggung tentang ribetnya jadi orang dewasa. Awalnya ditanya mana pacarnya. Setelah sering melihat berduaan, ditanya lagi kapan mau nikah. Nikah sudah, ditanya kapan punya anak. Anak pertama udah gedean dikit, giliran ditanya kapan punya adik buat si kakak. Belum lagi ditanya soal kekayaan seperti rumahnya mana dan mobilnya apa.

Natsuki pun mengalami pertanyaan soal kapan punya anak. Untuk menjawabnya memang membingungkan karena pernikahan Natsuki dan Tomomi bisa dibilang rekayasa agar keduanya selamat melewati pertanyaan kapan menikah. Pernikahan mereka sudah disepakati tidak ada seksual, bahkan kamar mereka pun masing-masing padahal tinggal seatap. Jadi jangan harap bakal ada anak kalau mereka tidak pernah sekali pun melakukan intim.


Cerita Psikologi Yang Mengejutkan

Semakin ke belakang, cerita di novel ini makin seru walaupun tipikal cerita yang absurd. Mungkin dari ilmu psikologi ada istilah untuk orang dewasa yang masih percaya dengan kayalan waktu kecilnya. Natsuki, Tomomi, dan Yuu semakin tidak terkendali dengan hidupnya setelah mereka kembali ke rumah Akishina. Dan karena mereka merasa bukan makhluk bumi melainkan makhluk dari Planet Pohapipinpobopia, mereka mempraktikan hidup ala-ala survival. 

Hubungan dengan dunia luar diputus, untuk makan mereka mencuri dari kebun dan rumah di sekitar, tidur di tumpukan futon, beraktifitas dalam kondisi telanjang, bergerak dengan merangkak, dan mereka menyangkal soal pentingnya memenuhi hasrat seksual yang muncul. Yang lebih mengerikan, mereka menganggap kalau makhluk bumi adalah lawan. Ada kejadian mereka membunuh orang dan jasadnya mereka santap karena sedang kekurangan bahan makanan. Lebih gila lagi, ada percakapan jika persediaan daging manusia sudah habis, mereka saling menyerahkan diri untuk disantap. Untuk tahu mana yang lebih enak, mereka saling mencicipi dengan menggigit secara bergiliran.


Simpulan

Dibandingkan dengan novel Gadis Minimarket, novel ini punya cerita yang lebih suram. Sisi psikologi manusia digali lebih dalam dan liar karena membahas kenormalan manusia di masyarakat. Walau begitu, ceritanya tidak akan memberi pengaruh ke psikologi pembaca. Paling poin pelecehan seksual dengan korban anak-anak akan membuat pembaca mengumpat kesal ke pelaku. 

Sekian ulasan untuk novel Makhluk Bumi. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Februari 26, 2025

Resensi Buku Kumcer Mata Yang Enak Dipandang oleh Ahmad Tohari

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Mata Yang Enak Dipandang

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Anastasia Mustika W.

Sampul: sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: April 2022, cetakan kelima

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9786020300597

Tag: cerpen, drama


Ada 15 cerita pendek di buku ini dan saya menangkap kekhasan penulis dalam pemilihan tema cerita yang begitu sederhana dan manusiawi. Saya juga terkesan dengan teknik penulis dalam menyajikan ceritanya, yaitu dengan memotret peristiwa, hal, atau pemikiran, sehingga beberapa cerpen terasa kependekan dan meninggalkan ujung kisahnya dengan begitu saja.

Yang membuat saya candu menikmati deretan judul-judulnya karena penulis membawakan tokoh-tokoh yang sederhana dengan latar belakang bermacam-macam. Ada pengemis, seorang bapak, seorang anak, dosen muda, penulis amatir, petani, dan lainnya. Diksinya pun biasa saja dan ini yang membuat saya mudah memahami ceritanya. Detail situasi pada jaman dulu begitu kuat terasa sehingga saya seperti bernostalgia dengan ke lingkungan pada saat masih anak-anak di pedesaan.

Membaca cerpen-cerpen di sini ibarat melakukan perjalanan waktu ke masa lampau, menilik konflik-konflik domestik sebagai manusia. Tetapi jangan salah, beberapa cerita berhasil menggedor nurani saya untuk melakukan refleksi diri.

Nah, berikut ini saya rangkumkan cerita-ceritanya dalam paragraf pendek. Semoga bisa memberikan gambaran kekhasan yang saya maksud.

Mata Yang Enak Dipandang menceritakan pengemis buta dan penuntunnya yang membagikan rahasia membedakan mana orang dermawan dan mana yang enggak dermawan, yaitu dari matanya. Saya suka dengan penggambaran bagaimana menjadi orang yang buta, lalu dipanggang terik matahari. Narasinya begitu menghidupkan situasi itu.

Bila Jebris Ada Di Rumah Kami mengulik empati suami istri; Ratib dan Sar, kepada tetangganya bernama Jebris yang jadi pelacur. Selain mengajak pembaca memahami kehidupan Jebris hingga jadi pelacur, kita juga diajak sembunyi-sembunyi menerka kemungkinan lain dari hubungan Jebris dan pasangan suami istri tetangganya itu. Atau otak saya saja yang terlalu liar ya. Selain itu di sini kita akan melihat pemandangan kontras ketika pelacur berada di lingkungan yang religius.

Penipu Keempat menceritakan tentang seorang lelaki yang mengetahui dirinya sedang ditipu tetapi memilih menikmatinya. Ada perempuan yang datang kepadanya dengan cerita soal yayasan anak yatim piatu yang membutuhkan dana. Ada lelaki yang membawa pisau dan kemucing yang diakui buatan anak-anak cacat dan memintanya untuk membeli barang-barang itu. Ada juga lelaki yang mengaku kepadanya anaknya sakit dan dia butuh ongkos ke Cikokol. Tetapi penipu keempat ini diakui itu dirinya sendiri yang mengeluarkan uang 14.000 untuk menipu Tuhan agar diberikan berkah dari segala penjuru. Saya justru malah takjub dengan keputusan penipu keempat yang tetap dermawan kepada penipu-penipu yang datang padanya.

Kehidupan penulis pemula disorot dalam cerita Daruan. Novelnya diterbitkan oleh kawan kecilnya di Jakarta. Dan mimpi mendapatkan uang royalti kandas karena secara jujur kawannya itu menerbitkan secara indie dan novelnya dijual secara asongan. Miris sekali nasib Daruan. Saya tambah kesal ketika uang dari kawannya justru dibelikan novelnya sendiri hanya untuk meromantisasi nasib kepenulisannya. Dia tahu anak dan istri harus dinafkahi, dia tahu cincin istrinya masuk pegadaian demi ongkos ke Jakarta. Egonya ditonjolkan demi usaha yang berangin-angin.

Pasti kita pernah dengar soal tumbal penglaris warung dan di Warung Penajem kita diajak kenalan dengan suami istri bernama Kartawi dan Jum yang kehidupan mereka terangkat sejak Jum mengelola warung. Kartawi ragu dengan desas-desus tentang istrinya yang sudah memberikan tubuhnya kepada dukun bernama Koyor sebagai imbalan sudah membuat warungnya ramai. Ia pun menanyakan langsung dan jawabannya meremukkan hatinya. Walau begitu, Jum dan anak-anaknya sudah jadi bagian hidupnya selama ini yang sulit ditinggalkan begitu saja. Di sisi lain, jika mengingat kenyaataan penajem yang dilakukan istrinya itu hati Kartawi begitu kesakitan.

Perubahan seseroang bisa dikarenakan banyak faktor. Bahkan jika itu menyakut karakter baik. Ini digambaran dalam cerita Paman Doblo Merobek Layang-Layang. Paman Doblo yang dikenal masyarakat sebagai orang paling baik dan gemar menolong mendadak berubah sejak bekerja menjadi satpam di perusahaan kilang kayu. Prinsip hidupnya bergeser, kebaikannya hanya untuk yang memerintahnya. Membaca cerpen ini bikin mikir, pasti banyak banget orang yang berubah menjadi sosok lain karena tuntutan hidup, termasuk saya sendiri mungkin.

Kang sarpin Minta Dikebiri menceritakan Kang Sarpin yang meninggal sewaktu akan menjual beras akibat sepedanya tidak seimbang dan tubuhnya disambar mobil. Setelah ia meninggal, cerita bagaimana almarhum hidup terkuak. Citra Kang Sarpin memang kurang bagus, dikenal suka bertingkah aneh dan berlebihan, dan doyan main perempuan. Tapi banyak yang tidak tahu kalau sebelum kejadian naas itu Kang Sarpin menemui seseorang untuk minta tolong agar ia bisa jadi orang lebih baik.

Sudut pandang roh dipakai penulis ketika menyentil soal masyarakat perantauan yang mudik menjelang lebaran dan menyebabkan jalan jadi ramai. Utamanya untuk pamer, sisanya silaturahmi. Karsim, si tokoh utama bernasib naas harus tergilas mobil sewaktu menyebrang jalan hendak menuju sawah, padahal sebelumnya ia sudah menunggu lama di pinggir jalan dengan kekalutan sekadar menyebrang jalan. Ini bisa dibaca pada cerpen Akhirnya Karsim Menyebrang Jalan.

Nasib miris sebagai orang tua miskin kepada anaknya terjelaskan di cerita Sayur Bleketupuk. Parsih merasa bingung karena sudah menjanjikan kepada kedua anaknya; Darto dan Darti, untuk naik jaran undar di pasar malam, namun suaminya belum juga datang dari tempat proyek. Karena kebingungan yang makin bertambah, Parsih memutuskan memberi makan kedua anaknya sayur Bleketupuk. Sayuran yang bisa menghilangkan pusing dan membuat mengantuk. Keputusan yang keliru sebab rencana ke pasar malam jadi wacana walaupun suaminya akhirnya tiba meski terlambat.

Rusmi Ingin Pulang menceritakan kekhawatiran seorang Bapak yang akan menyambut anak perempuannya pulang setelah bekerja di luar kota. Pasalnya, masyarakat sudah menggunjing soal Rusmi, katanya ia bekerja di lingkungan pelacuran. Kang Hamim takut kepulangan anaknya tidak diterima warga. Bentuk cinta dari orang tua kepada anak salah satunya dalam bentuk kekhawatiran.

Kehidupan bekas terminal yang tragis dipaparkan dalam Dawir, Turah, dan Totol. Ketiganya berperan sebagai ayah, ibu, dan anak. Dawir jadi bapak Totol karena suka saja. Tidak ada yang tahu siapa bapaknya Totol, bisa jadi Dawir, bisa jadi Jeger si preman, bisa juga supir atau kernet lain. Turah menerima dirinya digarap demi melunasi jatah Dawir yang harusnya disetor. Di sini disentil juga soal penyakit menular seksual dan kemungkinan penularannya yang luas dari kalangan tunawisma.

Saya baru tahu istilah Harta Gantungan dari kumcer ini. Cadangan harta untuk biaya mengurus kematian pemiliknya. Kang Nurya punya kerbau dan dijadikan harta gantungan, sampai-sampai dia rela lehernya terus membengkak daripada harus menjual kerbaunya untuk berobat. Ia tidak mau jasadnya terbengkalai jika mati nanti. 

Pemandangan Perut mengajak kita untuk sadar kalau nilai kita dilihat orang sekitar. Melalui mata Sardupi yang bisa melihat beraneka macam pemandangan dalam perut orang-orang, patutnya kita menjaga diri. Ada pemandangan buah durian yang makin besar hingga durinya menembus kulit perut, ada gulungan gawat berduri yang berputar-putar menimbulkan suara kering dan menusuk telinga, ada pemandangan guru yang berdiri di depan kelas mengajar bidadara dan bidadari, dan masih banyak lainnya.

Pengalaman religius bertemu malaikat penyangga langit dialami Markatab saat ia ikut tahlilan. Prosesi agama yang sebagian umat membolehkannya, sebagian lain tidak mengharuskannya. Di cerita Salam dari Penyangga Langit kita akan diajak memahami makna tahlil untuk mereka yang mengerjakannya.

Bulan Kuning Sudah Tenggelam menjadi cerita favorit saya. Yuning berdebat dengan ayahnya tentang permintaan beliau agar pindah ke rumah dekat mereka. Tetapi suaminya, Koswara, menolak tawaran itu lantaran ia sakit hati kepada orang tua Yuning. Hati Yuning hancur saat tahu perdebatan itu merobohkan ketahanan ayahnya hingga meninggal. Dan ia bimbang kembali ketika niatnya menemani ibunya, justru ibunya menyuruh untuk menyusul suaminya. Drama desas-desus suaminya yang didekati mahasiswi cantik membuat Yuning menampilkan sosoknya yang lebih tenang dan anggun walaupun dalam prosesnya ia kesulitan. 

Saya merekomendasikan kumcer ini dibaca sebagai referensi untuk yang mau belajar membuat cerita. Karena dari kumcer ini saya jadi yakin untuk membuat cerita yang mengesankan tidak perlu membuat drama yang rumit, apalagi yang bertele-tele. Yang paling penting kita harus menyajikan ceritanya setulus mungkin.

Nah, sekian ulasan saya untuk kumcer Mata Yang Enak Dipandang ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Februari 05, 2025

Resensi Kumcer Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain oleh Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Indri K. Hidayat

Ilustrasi: Val Biro

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2016, cetakan ketiga belas

Tebal: 192 hlm.

ISBN: 9786020330143

Tag: cerpen, anak-anak


Di sela membaca kumcer yang berat, saya memutuskan membaca kumcer anak. Dan pilihan saya jatuh pada buku kumcer Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain yang ditulis Enid Blyton. Ada delapan cerita pendek yang kategorinya cerita anak dengan pesan moral yang layak banget disampaikan: Tiga Permintaan, Charlie si Pembohong, Pantas Jadi Tukang Sapu, Pak Topple dan Sebutir Telur, Masalah Sepele, Baskom Cuci Bu Cepat, Sally Ceroboh dan Tabby Jujur, dan Kena Batunya.


Pada cerita Tiga Permintaan mengisahkan Elsie dan Bobby yang saudaraan tapi suka bertengkar. Saat mereka sedang duduk-duduk di rerumputan tepi hutan, Elsie menemukan dan menangkap Peri. Keduanya meminta agar Peri mengabulkan tiga permintaan. Dan keduanya bertengkar lagi soal permintaan apa yang akan diminta. Namun ujung-ujungnya tidak ada permintaan yang dikabulkan yang menguntungkan mereka. "Orang yang bertengkar tak bisa berpikir jernih. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang bodoh" (hal. 22).


Pentingnya berpenampilan bersih dan rapi disampaikan lewat cerita Pantas Jadi Tukang Sapu. Dick susah disuruh untuk membersihkan diri. Tampilannya kotor dan urakan. Dick kesal kepada Bu Guru Brown karena dinasehati. Ia pun kabur ke hutan dan malah ditangkap orang-orang kerdil. Dick dipaksa membersihkan cerobong asap karena disangka tukang sapu dan dia dikunci di dalamnya. Setelah selesai, Dick dibebaskan dengan tampilan lebih kotor dan hitam. Sejak itu Dick berubah lebih memperhatikan kebersihan diri sebab tidak mau mengulang membersihkan cerobong asap rumah orang-orang kerdil.


Kita diingatkan untuk tidak menceritakan sesuatu yang kita tidak tahu dalam cerita Pak Topple dan Sebutir Telur. Pak Topple yang akan kedatangan bibinya hendak membuat kue tapi telur satu-satunya yang ada di dalam kulkas justru membusuk. Ia pun menemui tetangganya, Pak Plod yang seorang polisi yang sedang bekerja di perempatan, untuk ijin meminta telur dari kandangnya. Pak Plod mengijinkan. Pak Topple segera pulang dan masuk ke pekarangan rumahnya lalu mengambil sebutir telur. Aksinya itu diketahui oleh Nyonya Suka Berbisik dan berkesimpulan Pak Topple sedang mencuri telur. Dan dia menceritakan yang dilihatnya kepada Tuan Suka Bicara, Tuan Suka Bicara menyampaikan lagi kepada Nona Sederhana, Nona Sederhana mengulangi ceritanya kepada Ibu Pendengar, Ibu Pendengar membicarakan lagi dengan Tuan Suka Ikut Campur, sampai akhirnya Tuan Suka Ikut Campur mengadukan hal ini kepada Pak Plod dan memintanya agar Pak Topple dipenjara. Merasa ada salah paham, Pal Plod segera membereskannya dengan merunut penyebaran kabar tidak benar itu.

Cerita yang lainnya pun sama serunya dan mudah dipahami. Jika cerita di buku ini diceritakan kepada anak-anak, pasti mereka akan menyukainya.

Yang paling penting dari sebuah cerita anak adalah harus mempunyai nilai baik yang disampaikan. Anak-anak adalah generasi emas. Pelajaran kebaikan sangat penting ditanamkan kepada mereka agar menjadi karakter kuat yang akan terus dibawa sampai mereka dewasa.

Buku ini tipis dan bagusnya lagi banyak ilustrasi yang mendukung ceritanya. Saya membaca buku ini seperti nostalgia dengan buku anak pas saya masih anak-anak dulu.

Secara keseluruhan, buku ini bagus banget dibaca oleh anak-anak atau dibacakan orang dewasa kepada anak-anak sebagai bahan pendidikan karakter. Tidak menggurui, tokoh-tokohnya menarik, dan kisah-kisahnya tidak membosankan.

Nah, sekian ulasan saya untuk buku kumcer Tiga Permintaan dan Cerita-Cerita Lain. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Januari 15, 2025

Resensi Novel Sekali Lagi Si Paling Badung - Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Sekali Lagi Si Paling Badung

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Djokolelono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2017, cetakan kesembilan

Tebal: 280 hlm.

ISBN: 9789792280319

Tag: novel, remaja, teenlit, asrama, sekolah, sahabat


SINOPSIS

Semester baru dimulai di Sekolah Whyteleafe dan kali ini kedatangan anak baru; Jennifer Harris, Kathleen Peters, dan Robert Jones. Jenny dikenal begitu baik dan periang. Kathleen suka bertengkar dan mukanya tidak menyenangkan. Robert berbadan besar dan wajahnya muram.

Kali ini Elizabeth benar-benar punya musuh. Ia tidak suka Robert karena menurut kabar yang beredar dia suka merundung anak di bawah tingkatnya. Sampai akhirnya ia memergoki Robert mengayun-ayunkan Peter dengan kencang hingga Peter ketakutan. Dan saat masalah ini di bawa ke Rapat Besar, Peter menyangkal hal itu. Sejak itu Elizabeth dianggap suka mencampuri urusan orang lain oleh Robert. Dan keduanya mulai saling memusuhi satu sama lain.

Jenny menirukan gaya Mam' zelle saat memarahi Kathleen dan dilebih-lebihkannya. Saat itu Kathleen memergoki aksinya itu dan sejak itu ia begitu marah pada Jenny. Keduanya berseteru saling menjelekan. Hingga akhirnya Elizabeth turun tangan dan keterlibatannya itu justru menyeretnya ikut dimusuhi Kathleen.

Kathleen dengan keji mengerjai Elizabeth dan Jenny agar mereka dihukum. Buku Elizabeth disembunyikan, peralatan berkebunnya dikotori. Tikus Jenny diletakan di meja Bu Ranger hingga ia marah besar hingga akhirnya kabur. 

Elizabeth yakin kalau pelakunya Robert. Ditambah ia memergoki Robert yang tengah mengintimidasi Leslie. Elizabeth pun mengadukan hal itu di Rapat Besar dan berharap Robert dihukum.

Sampai kapan Elizabeth akan salah menunjuk orang sebagai pelaku yang mengerjainya dan Jenny?

ULASAN

Saya melanjutkan buku kedua dari The Naughties Series dan kali ini konflik yang dibahas mengenai perseteruan Elizabeth dengan teman-temannya. Kehidupan sekolah Elizabeth jadi lebih berdinamika karena musuh-musuhnya; Robert dan Kathleen. 

Yang menarik di sini, dalam menyelesaikan kenakalan remaja harus dicari tahu akar masalahnya. Robert sebagai siswa yang suka mem-bully anak lemah ternyata mempunyai latar belakang yang membentuknya jadi seperti itu. Kathleen pun mempunyai kisah dibalik penampilannya yang begitu kusam, wajah berbintik-bintik, rambut tidak pernah rapi, dan sikapnya yang selalu murung.

Saya begitu terharu ketika Robert dan Kathleen menemukan titik balik untuk berubah jadi lebih baik. Keduanya seperti kempompong yang berubah jadi kupu-kupu. Saya juga salut dengan Rita dan William sebagai Ketua Murid yang bijaksana memutuskan apa-apa yang harus dilakukan untuk setiap aduan dan keluhan yang disampaikan peserta Rapat Besar. Termasuk menghukum Robert dan Kathleen namun tanpa mempersulit lagi keduanya.

Dan Elizabeth sebagai tokoh utama masih saja suka lupa dengan niatnya untuk jadi anak yang baik. Beberapa kali ia masih suka bertindak tanpa berpikir dan ujung-ujungnya menimbulkan masalah. Misalnya saat ia membakar sampah tanpa menunggu arahan John. Atau saat ia membiarkan Peter menaiki kuda yang rewel hingga hampir saja Peter mengalami hal buruk.

Baca juga: Resensi Novel Cewek Paling Badung di Sekolah

Keburukan lainnya dari Elizabeth adalah gampang terpancing emosi. Sehingga ia sering tersulut amarah dan membuat teman-temannya segan. Namun semua orang di Sekolah Whyteleafe paham kalau Elizabeth itu anak manis dan dia sedang berusaha jadi anak baik dan mampu bersikap adil. Hanya kadang-kadang cara yang dipilihnya keliru.

Secara keseluruhan, novel ini sangat mengharukan dan pada beberapa bagian membuat saya hampir menangis. Ada banyak nilai-nilai kebaikan yang bisa diambil. Dan lebih baik novel ini dibaca oleh remaja sebagai pembelajaran.

Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Januari 06, 2025

Resensi Novel Cewek Paling Badung Di Sekolah - Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Cewek Paling Badung Di Sekolah

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Djokolelono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2017, cetakan kesepuluh

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9789792280302

Tag: novel, remaja, teenlit, asrama, sekolah



SINOPSIS

Elizabeth Allen, anak perempuan sebelas tahun yang dikirim ke sekolah asrama, Sekolah Whyteleafe, karena orang tuanya akan bepergian selama setahun dan mereka tidak percaya untuk menitipkan Elizabeth kepada pengasuhnya, Nona Scott. Elizabeth adalah anak badung, bahkan pengasuhnya sudah berganti-ganti karena tidak tahan menghadapi ulahnya.

Karena tidak suka pergi ke sekolah, Elizabeth berjanji akan jadi anak nakal, badung, dan bandel di sekolah agar segera dikeluarkan dan dijemput ibunya pulang. Elizabeth berat meninggalkan rumah, kuda, dan Timmy, anjingnya. Dan yang membuatnya lebih berat, ia merasa tidak punya teman. Selama ini kenakalannya membuat Elizabeth tidak disukai teman-temannya. Kalau di asrama, mau tidak mau ia harus berbaur, itu yang membuat Elizabeth tidak ingin pergi ke sekolah.

Benar saja, awal-awal Elizabeth di sekolah tingkahnya sangat menyebalkan. Ia memasang wajah cemberut, tidak tersenyum, kalau bicara ketus, punya makanan tidak mau berbagi, dan suka menentang peraturan sekolah dan asrama. Kepribadiannya ini yang membuatnya tidak berteman dengan siapa pun. Bahkan saat belajar pun, ia sering membuat gurunya marah dan menghukumnya keluar dari kelas.

Sikap buruk Elizabeth bertujuan agar dia segera dikeluarkan dari sekolah. Tetapi teman-teman dan gurunya justru tidak terprovokasi. Saat Rita menjelaskan kalau ada teman sekamarnya yang lebih menderita dari dia, yaitu Joan, Elizabeth terenyuh ingin membantunya. 

Hubungan dingin Elizabeth dan Joan di awal-awal berupah mencair. Joan bisa melihat sisi lain dari teman sekamarnya itu. Elizabeth tidak seburuk yang selama ini ditampilkan. Keduanya semakin dekat layaknya sahabat. Suka duka dilalui bersama-sama. Ujian hubungan mereka muncul saat Elizabeth ingin membuat Joan bahagia tapi dengan cara yang salah. 

Lambat laun Elizabeth menemukan banyak hal menarik di Sekolah Whyteleafe. Teman-teman yang baik, guru musik yang memujinya, sahabat yang menemaninya, kegiatan berkuda, membantu berkebun, dan masih banyak lagi.

Beberapa kejadian membuat Elizabeth berubah jadi anak perempuan baik-baik. Perlakuan teman-teman dan guru kepadanya lebih menyenangkan. Namun pikirannya tambah bingung karena dia sudah sesumbar akan meninggalkan sekolah ini pada pertengahan semester karena waktu itu sekolah ini tidak menyenangkan, sementara sekarang dia sangat suka dengan sekolah ini. 

Perpisahan itu tetap harus ada atau Elizabeth mau mengakui kalau dulu ia salah menilai sekolahnya?


ULASAN

Sengaja saya pilih bacaan ringan di awal tahun biar enggak tersendat-sendat menyelesaikannya. Rencananya saya mau baca series The Lord of The Rings di perpustakaan digital, tapi enggak jadi karena di Ipusnas ebooknya enggak bisa diunduh sebab eror, di Ijakarta dan Ruang Buku Kominfo tidak tersedia, dan di Eperpusdikbud masih antrian panjang. Hasilnya saya coba cari bacaan lain dan ketemu buku ini.

Ternyata buku ini berseri: The Naughties Girl Series. Di Goodread tampak ada 10 buku dan di Eperpusdikbud hanya ada 4 judul. Rencananya saya mau membaca semuanya.

Konflik di novel ini pasti membuat kita bernostalgia saat umur kita belasan tahun. Remaja yang keras kepala dan haus perhatian. Susah untuk mendengarkan wejangan dari orang dewasa karena saat itu pikiran kita masih pendek. Tapi momen saat itu bisa dibilang gerbang kita mencari jati diri. 

Tokoh Elizabeth keukeuh tidak suka Sekolah Whyteleafe padahal dia belum mencoba untuk berbaur dengan ritmenya. Di otak dia pokoknya harus keluar dari situ dan hanya ada satu jalan yaitu menjadi murid nakal agar sekolah mengeluarkannya. 

Dasarnya Elizabeth ini anak baik dan manis namun ia memilih menampilkan sikap yang bukan dirinya, hasilnya ia tidak bahagia. Beberapa perseteruan dengan rekan-rekannya tidak terhindarkan tetapi Elizabeth harus menghadapi dan menyelesaikannya. Hikmahnya adalah jadilah diri sendiri dalam versi terbaik. Kalau jadi diri sendiri tapi bersikap buruk, itu tetap saja pandangan yang salah.


"Memang, minta maaf sesuatu yang paling sulit di dunia. Tetapi hal kecil ini bisa membuat suatu perubahan besar. Cobalah..." (hal. 167)


Ada juga konflik sahabat Elizabeth bernama Joan yang menyoroti soal hubungan orang tua dan anak yang punya komunikasi tidak terbuka sehingga anak dan orang tua mempunyai pikiran masing-masing. Joan melihat orang tuanya tidak sayang kepadanya sehingga beberapa momen penting terlewat begitu saja. Sedangkan orang tua Joan masih berkutat dengan kesedihan di masa lalu dan melupakan anak yang lain karena si anak tidak komplen apa pun. Orang tua Joan menganggap Joan baik-baik saja padahal tidak begitu kenyataannya.

Saya suka penyelesaian konflik yang ada karena membuat karakter tokoh-tokohnya bertumbuh lebih baik. Perubahan yang dialami Elizabeth dan Joan begitu mengharukan. Banyak pelajaran karakter yang baik di novel ini yang dibutuhkan oleh remaja-remaja.

Selain Joan, banyak teman Elizabeth yang menarik dan seru. Nora adalah kepala kamar yang ditinggali Elizabeth. John Terry adalah kepala kebun yang diangkat karena kesukaanya berkebun walaupun ia masih siswa. Richard adalah kakak tingkat, teman duet Elizabeth di kelas musik Pak Lewis. Herry adalah teman yang suka memelihara kelinci dan pernah menghadiahi anak kelinci untuk Elizabeth dan Joan.

Ada juga guru-guru yang jadi pembimbing para siswa. Bu Belle dan Bu Best adalah pemimpin sekolah. Bu Ranger adalah wali kelas Elizabeth. Pak Lewis adalah guru musik.

Berkat novel ini saya bisa ikut merasakan keseruan sekolah berasrama. Kelihatannya sangat disiplin tapi peraturan-peraturan itu sengaja ditegakkan agar penghuni asrama bisa mengontrol dirinya. Misalnya ada aturan setiap anak hanya boleh menggunakan uang sejumlah tertentu setiap minggu dan sisa uang yang dikirim orang tua mereka harus dikumpulkan di ketua siswa. Kelihatannya sangat membatasi tapi tujuan dari aturan ini agar tidak ada kesenjangan. Dan sebenarnya siswa boleh menggunakan uangnya yang lebih tadi tapi harus jelas peruntukannya dan harus disetujui di Rapat Besar.

Yang menarik lainnya, guru-guru di Sekolah Whyteleafe tidak pernah menghukum muridnya. Yang menghukum murid adalah murid lainnya sesuai kesepakatan saat Rapat Besar. Aturan ini dibuat agar murid yang nakal sadar kalau kenakalannya tidak merugikan guru-guru tapi merugikan murid lainnya. Sehingga setiap murid bisa sama-sama merasakan sesama dan tidak mementingkan ego.

Secara keseluruhan, saya suka dengan cerita ringan seperti ini. Selain mudah diikuti alurnya, nilai moral yang disampaikan begitu lugas dan jelas. Saya tidak kesusahan menangkap bagian-bagian pesan yang ingin disampaikan penulis. Ke depannya, saya akan melanjutkan series ini karena seseru itu.

Demikian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Desember 24, 2024

Resensi Novel Home Sweet Loan - Almira Bastari




Judul:
Home Sweet Loan

Penulis: Almira Bastari

Desain sampul: Orkha Creative

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2022, cetakan kedua

Tebal: 312 hlm.

ISBN: 9786020658049

Tag: novel, generasi sendwich, keluarga, drama, persahabatan, romansa, metropop




Sejak novel ini banyak dibicarakan orang-orang karena difilmkan, saya pun jadi tertarik untuk segera baca. Niat saya cuma satu, pengen tahu bagaimana perjuangan Kaluna membeli rumah saat gajinya enggak seberapa. Kayaknya bakal relate banget dengan kasus saya sendiri, umur sudah enggak muda, gaji enggak gede-gede banget, tapi pengen punya rumah. Akhirnya saya langsung beli novelnya dan langsung disikat baca.

Novel ini menghadirkan empat tokoh yang sahabatan dan sekerjaan; Kaluna, Miya, Thanis, dan Danan. Walau banyak tokohnya, sudut pandang diambil dari Kaluna saja. Garis besar kisahnya soal jatuh bangun keempatnya mencari rumah impian

Kaluna sebagai tokoh utama punya masalah berat banget. Umur sudah kepala tiga, punya pacar dari keluarga berada tapi dia yang dari keluarga biasa akhirnya punya gap dengan keluarga besar, dan dia tinggal di rumah orang tua bareng dengan dua keluarga kakaknya yang masing-masing sudah punya anak satu; Kak Kamala dan Kak Kanendra.

Masalah domestik ini yang bikin saya bersimpati. Balik kerja sudah capek, datang ke rumah melihat kondisi rumah yang berantakan. Belum lagi ketemu hal sepele yang harusnya dingertiin kedua kakaknya tapi mereka cuek. Misalnya, alat makan kotor yang harusnya sudah dicuci tapi masih numpuk di dapur atau ember di kamar mandi yang dipakai tanpa dibalikin siap pakai. Belum lagi kamarnya harus digusur ke kamar pembantu demi dijadikan kamar buat keponakannya. Perihal lemari bekas yang rencananya mau dijual malah diambil kakak iparnya. Kaluna pun mung bisa sabar menahan nyeri di hati.

Ditambah punya ibu yang apa-apa selalu menyuruhnya mengerti kebutuhan kakaknya yang sudah menikah. Sumpah, siapa pun yang jadi Kaluna pasti makan hati tiap hari. Ini yang bikin Kaluna mati-matian hidup sederhana demi bisa menabung buat beli rumah agar bisa segera kabur. Ia sudah sangat sumpek dan muak dengan situasi dan kondisi di rumah.

Sementara ketiga temannya punya masalah yang memang tidak digali mendalam kecuali bagian mereka yang ikut berjuang mencari rumah impian. Thanis masalahnya dengan mertua yang ikut campur keluarga kecilnya. Miya yang punya impian jadi orang terkenal dan manajemen uangnya tidak terkontrol. Dan Danan sebagai pria, hanya berkutat mau mencari pasangan yang bisa membawanya ke kehidupan yang lebih baik.

Konflik gedenya muncul saat Kak Kanendra ceroboh memaksakan diri beli tanah yang ternyata sertifikatnya ganda. Uangnya dari pinjaman Bapak dan pinjaman online. Kaluna mau tidak mau harus terlibat untuk menyelesaikan masalah ini. Ini yang bikin dia merasa sudah capek lahir batin. Dia kerja sudah bertahun-tahun, nabung buat beli rumah sampai hidup hemat, tapi ujung-ujungnya harus dihabiskan untuk masalah keluarga. Fuck lah!

***


Saya suka dengan pesan yang dibawa novel ini: menabung dan hidup sederhana. Karena memang kita hidup bukan hanya sekarang, tapi sampai nanti kita tua. Kalau tidak direncanakan dengan baik, keuangan kita di masa depan malah berantakan. Tujuan agar hidup tua bahagia malah berubah jadi masa tua yang sengsara. Dan ceritanya kekinian juga, saat banyak anak muda sibuk flexing, novel ini jadi pengingat kalau PR kita yang muda-muda masih banyak lho soal perduitan.

Banyak contoh pengelolaan uang yang disajikan seperti melakukan budgeting dengan worksheet, menimbang antara kebutuhan dan keinginan sebelum belanja, dan beberapa trik hemat ala Kaluna salah satunya jarang jajan dengan bawa bekal.

Saya juga suka dengan cerita romansa yang disajikan. Terutama ketika Kaluna tegas kalau hubungannya dengan Mas Hansa tidak akan maju kemana-kemana dan akhirnya memutuskan untuk berhenti. Enggak kebayang gimana susahnya menyejajarkan standar hidup kita dengan orang yang kita sayangi, padahal gap-nya kelewat lebar.

Dan yang bikin gemas ya si Danan ini. Pria matang yang masalah hidupnya lebih sedikit dibandingkan masalah Kaluna, dan sudah memutuskan pilihan bakal berlabuh kemana, tapi masih nunggu momen yang pas. Dan bener juga, umur enggak menentukan seseorang sudah dewasa. Dan pria nggak bisa dipaksa dewasa kecuali atas kesadarannya. Untungnya Danan mau berubah.

Persahabatan keempatnya pun menarik karena masing-masing membawa masalah sendiri-sendiri. Hubungan mereka bukan sekadar teman yang hanya untuk haha-hihi, tapi mereka bisa sharing soal kehidupan. Jadi ketika senang bisa bareng-bareng merayakan dan ketiga galau bisa punya teman mengadu.

Di novel ini ada bagian yang bikin saya nangis yaitu pas Kaluna di telepon Kak Kamala. Kakaknya minta maaf dan bilang kalau Ibunya selalu memasak makanan kesukaan Kaluna tapi beliau segan menyuruh Kaluna pulang ke rumah. Sumpah, dramanya nonjok hati banget :(

Kesimpulannya, saya suka dengan cerita di novel ini. Relate, mengena, dan bikin mikir, "Kayaknya sudah waktunya berbenah sebelum semuanya terlambat." Dan jangan sampai duit yang mengendalikan kita tapi kita yang harus mengendalikan duit. Satu lagi, ayo berjuang lebih keras biar punya rumah.

Sekian ulasan saya untuk novel Home Sweet Loan ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa baca buku!

Agustus 16, 2024

Resensi Buku Digital Minimalism - Cal Newport

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Digital Minimalism

Penulis: Cal Newport

Penerjemah: Agnes Cynthia

Sampul: Suprianto

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2024

Tebal: xxiv + 360 hlm

ISBN: 9786020644691


Setelah membaca buku ini saya memutuskan untuk mencopot beberapa aplikasi seperti shopee, tokopedia, lazada, notion, ipusnas, dan facebook. Alasannya, saya ingin benar-benar menikmati keseharian saya. Karena saya akui, aplikasi-aplikasi tadi masuk ke golongan: yang membuang-buang waktu (ecommerce dengan game-nya) atau yang jarang saya gunakan.

Buku ini terbilang tebal tapi penulis merangkum pembahasannya hanya di dua bab besar; Fondasi dan Praktik. Kemudian mengerucut jadi tujuh sub bab yang isi pembahasannya bisa menohok kita semua.

Karena judulnya mengandung kata minimalis, seperti buku serupa lainnya, kita akan diajak untuk membuang segala yang tidak perlu. Tetapi di sini kita akan bicara soal teknologi, lebih spesifiknya ke ponsel.

Latar belakangnya adalah kita semua sudah ketergantungan dengan ponsel dan aplikasi-aplikasi yang berjubel. Banyak dari kita yang secara tidak sadar menggeser layar ponsel menonton hiburan hingga berjam-jam. Kita sedang dijajah oleh perusahaan aplikasi untuk berlama-lama di depan ponsel karena waktu kita adalah uang bagi mereka.

Dan penulis mengajak kita untuk melek pada penggunaannya. Ingat, penulis tidak meminta kita tidak menggunakan teknologi, tetapi hanya mengingatkan bagaimana kita bertanggung jawab memakai teknologi.

Yang paling utama dari saran penulis adalah dengan membersihkan diri dari keterhubungan kita dengan teknologi. Mengurangi atau melepaskan dulu selama beberapa hari, lalu lihat hasilnya, apakah kita akan kembali ke kebiasaan lama (main ponsel melulu) atau justru kita bisa mengurangi dan mulai memilih mana saja aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan.




Empat sub bab di bagian bab Praktik membuat saya lebih sadar kalau saya memang salah satu dari banyak orang yang main ponsel melulu. Ajakan untuk menyendiri membuat saya pengen lebih banyak menghabiskan waktu tanpa diganggu oleh siapa-siapa. Dan selama ini saya melakukannya dengan motoran, disamping saya memikirkan, merencanakan, mengaji diri, soal kehidupan yang sedang saya jalani. Di buku ini dikatakan tiga manfaat kesendirian adalah: ide-ide baru, pemahaman terhadap diri sendiri, dan kedekatan dengan orang lain.

Jangan menekan "like" pada postingan orang lain hanya untuk membuktikan kalau kita peduli. Penulis menyarankan untuk membuktikan kepedulian kita dengan berjumpa atau menelepon. Di kebiasaan ini saya bukan termasuk yang suka menekan like pada sosial media.

Kita harus memiliki waktu santai yang produktif. Ingat, rebahan sepanjang hari dengan ponsel di tangan bukan bentuk menikmati waktu santai. Banyak kegiatan santai yang lebih berkualitas daripada sekadar tiduran sambil memantau media sosial.

Isi di buku ini bukan hanya menata kita dalam menggunakan teknologi seperti ponsel tapi justru menyasar bagaimana kita bisa menikmati kehidupan yang membahagiakan.

Saya sangat merekomendasikan buku ini dibaca kita semua sebelum kita menyesal karena merasa kekurangan waktu setiap harinya. Padahal kita sendiri yang belum keluar dari jeratan ponsel yang selalu kita pantau setiap saat. Dan saya bakal membaca ulang buku ini karena banyak poin yang menarik dan patut diingat-ingat lagi.

Gara-gara banyak disebutkan di dalam buku ini, saya juga jadi pengen segera baca buku Walden karya Hendry David Thoreau yang kebetulan bukunya sudah ada di timbunan.


  • Teknologi-teknologi ini semakin lama semakin mendikte cara kita berprilaku serta yang kita rasakan, dan entah bagaimana memaksa kita menggunakannya lebih sering dari seharusnya, acap kali dengan mengorbankan kegiatan lain yang lebih bernilai bagi kita (hal. 9)
  • Biaya sesuatu adalah jumlah waktu dalam hidup yang kita bersedia tukarkan untuk mendapatkannya, segera atau dalam jangka panjang (hal. 49)
  • Kita mudah tergoda oleh keuntungan tak seberapa yang ditawarkan beragam program aplikasi atau layanan terbaru, tetapi kemudian lupa dengan harga yang harus kita bayarkan atas sumber daya terpenting yang kita miliki: menit-menit dalam hidup kita (hal. 53)
  • Apakah teknologi ini dapat langsung menopang sesuatu yang sangat benilai bagiku? Inilah satu-satunya syarat untuk mengizinkan perangkat tersebut masuk ke hidup anda (hal. 94)


Nah, sekian ulasan dan kesan saya untuk buku ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Agustus 14, 2024

Resensi Novel Remedies - Trissella

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Remedies

Penulis: Trissella

Editor: Dwi Ratih Ramadhany

Sampul: Orkha Creatives

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2023

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9786020673509


Review

Gerry memendam rasa bersalah atas kehancuran keluarganya. Bunda lumpuh akibat kecelakaan saat dibonceng olehnya. Ayahnya menceraikan Bunda dan pergi karena kondisi Bunda yang tidak memungkinkan menjalankan perannya sebagai istri. Di susul Bunda memutuskan mengakhiri hidupnya. Beban ini terlalu berat. Gerry meninggalkan dunia Polo Air. Ia mulai merokok. Dan sejak kepergian Bunda, ia dihantui mimpi buruk setiap memejamkan mata.

Beruntung ia bertemu dengan Retha, salah satu teman sekolahnya dulu, yang kini satu sekolah dengannya. Pembawaan Retha yang cerewet dan berisik membuat Gerry antipati, meski sesekali ia bersyukur berada di dekatnya karena suara bawelnya bisa meredam suara gemuruh di otaknya. Peran Niko dan Farhan, teman sekelasnya, pun sangat membantu Gerry melewati masa-masa beratnya itu.

Setelah berbulan-bulan tidak ada kabar, bahkan ketika Bunda dimakamkan juga tidak hadir, Ayah Gerry muncul di hidupnya lagi. Rasa kangen dan marah bercampur. Mimpi buruk Gerry makin-makin bertambah. 

Novel ini membawa tema remaja dengan konflik anak yang jadi korban atas keputusan keliru dari orang dewasa. Perceraian itu umum di masyarakat, tapi sangat lucu sekali ketika Ayah Gerry tidak muncul saat Bunda meninggal karena waktu itu berbarengan dengan calon istrinya yang habis operasi usus buntu. Jelas ini keputusan paling salah bagi seorang ayah untuk anaknya yang sedang butuh-butuhnya didampingi.

Saya juga belum jelas kenapa Bunda memilih mengakhiri hidupnya padahal ia sadar kalau mereka hanya hidup berdua saja; Bunda dan Gerry. Pikiran pendek ini yang saya sebut keputusan paling salah juga. Karena sosok Bunda pernah mengucapkan sesadar-sadarnya kalau mereka akan melanjutkan hidup berdua sampai tua nanti. 

Gerry yang masih belum berdamai dengan masa lalunya membutuhkan dukungan dari orang sekitar. Ia beruntung memiliki Tante Nisa dan Om Irfan yang begitu peduli sampai-sampai mereka rela bergantian pulang kerja cepat agar Gerry tidak sendirian di rumah. Beruntung juga Gerry memiliki teman sekelas seperti Niko dan Farhan yang mau mengerti dengan misteri hidupnya dan tidak kepo. 

Dua orang dengan masalah serupa pasti akan terkoneksi secara perasaan. Ini yang membuat Gerry perlahan-lahan bisa akur dengan Retha yang menurutnya sangat menggangu. Yang membedakan keduanya, Retha sudah lebih bisa mengendalikan diri atas luka hatinya akibat perceraian orang tua, sedangkan Gerry masih bergulat dengan perasaan menyalahkan diri sendiri untuk keputusan perceraian orang tuanya.  


Plot | POV | Gaya Bercerita | Penokohan

Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sepanjang ceritanya kita akan diajak mengikuti perkembangan Gerry yang dibantu Retha untuk berdamai dengan masa lalu. Dan ternyata prosesnya tidak mudah. Emosi kita bakal diaduk-aduk. Saya pun sampai hampir menangis di beberapa bagian, terutama kalau Gerry sedang terpuruk dan menyalahkan diri sendiri untuk semua kehilangan yang dialaminya.

Kak Trissella merajut ceritanya dengan diksi yang tidak bertele-tele. Ketika momen dramatis bisa dibuat dengan apik. Yang jadi ganjalan saya justru di lelucon para tokohnya yang susah dinikmati. Ini selera sih, saya lebih suka kekonyolan itu munculnya dari adegan para tokoh, bukan dari ucapan candaan.

Untuk para tokoh yang dimunculkan sudah sangat hidup dan membawa peran yang saling terkait. Gerry sebagai tokoh utama digambarkan beraura gelap, tertutup, dan ketus. Saya bersimpati dan mengerti kenapa Gerry bisa sebegitu memilukannya. Dan perubahan yang dialami Gerry pun cukup memuaskan karena penulis membangun hal itu dengan sangat sabar, tidak ujug-ujug berubah akibat satu momen. Retha sebagai tokoh utama kedua pun punya peran penting sebagai pembanding atas masalah yang dihadapi tokoh utamanya. Tipikal remaja yang cerewet, kepo, dan penuh empati. Perbedaan warna karakter ini yang membuat hubungan keduanya menarik diikuti. Dan bisa dibilang tipis sekali sisi romansa yang mau dibangun penulis, tapi saya sendiri masih samar melihatnya. 

Tokoh yang patut diacungi jempol tentu saja untuk Tante Nisa dan Om Irfan. Mereka pasangan yang tulus banget memperhatikan keponakan. Berusaha memahami Gerry yang sedang di fase susah diprediksi, secara emosi dan mentalnya belum stabil dan solid. Apalagi cara mereka berbicara dengan Gerry yang tidak menghakimi, tidak menyudutkan, tidak menambah beban pikiran, dan justru kelihatan sekali keduanya begitu bijak menghadapi remaja. Mereka sangat hati-hati sekali bersikap di depan Gerry.

Tambah meriah saja ceritanya dengan kemunculan teman-teman Gerry; Niko dan Farhan. Duo yang memahami posisi sebagai teman baik, tidak mau mengorek masalah Gerry, justru memahami situasi. Mereka lebih memilih menunggu Gerry yang mengutarakan dibandingkan harus kepo. Selain mereka, ada juga Reno (kakaknya Retha) dan Kendra (teman Retha).



Petik-Petik

Membaca novel ini membuat saya makin yakin kalau mental anak bisa dilihat dari kondisi di rumahnya. Jika keluarganya harmonis, akan lebih besar kemungkinannya membentuk mental dan sikap anak lebih baik. Tetapi jika orang tuanya tidak harmonis, anak-anaknya pasti akan terpengaruh, mental dan sikapnya bisa buruk.

Satu lagi, seberat apa pun masalah yang menimpa kita, semuanya harus dihadapi. Kalau kita merasa tidak sanggup berjuang sendirian, minta tolong orang sekitar kita. Saya yakin dan sudah membuktikan sendiri kalau di sekitar kita itu ada banyak orang-orang baik yang bakal membantu kita asal kita mau bercerita. 


Penutup

Saya ingin berterima kasih kepada Kak Trissella yang sudah menghadiahi saya novel bagus ini. Dan saya mohon maaf ternyata proses bacanya tidak cukup mulus sehingga baru saya ulas sekarang.

Oya, ini pengalaman kedua saya membaca buku Kak Trissella. Sebelumnya saya sudah membaca karya lainnya berjudul Heart Reset.

Saya merekomendasikan novel ini untuk kalian yang pengen nangis dan membayangkan gimana terlukanya ketika kita kehilangan orang tua tapi kita belum siap. Ada bagian-bagian ketika Gerry meratapi nasibnya dan itu makin bikin saya mengingat kalau saya harus lebih berusaha berbakti kepada orang tua mumpung mereka masih sehat.

Nah, sekian ulasan novel kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!