Oktober 10, 2023

Resensi Komik Detektif Conan No. 3 - Aoyama Gosho


Judul:
Detektif Conan No. 3

Komikus: Aoyama Gosho

Alih bahasa: Tita Feronti

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: Januari 1997

Tebal: 176 hlm.

ISBN: 9796635771




[1]

Gara-gara ketinggalan kapal, Detektif Mori, Conan, dan Ran, menumpang di kapal pesiar sewaan keluarga Hatamoto dalam perjalanan ke Tokyo. Rupanya keluarga Hatamoto berkumpul setelah menghadiri pernikahan Natsue, cucu Pak Gozo Hatamoto.

Anggota keluarga Hatamoto tidak akur. Tampaknya ada isu perebutan warisan. Sampai akhirnya terjadi pembunuhan terhadap Pak Gozo Hatamoto di kamarnya. Yang tertuduh adalah Takeshi Hatamoto, suami Natsue, karena dia adalah orang terakhir yang bertemu Pak Gozo. Di tengah kebingungan menduga-duga pelakunya, korban kedua ditemukan yaitu Tatsuo Hatamoto, suami dari kakak Natuse.

Semua menunjuk Takeshi sebab dia ternyata kabur dari gudang setelah sebelumnya dikurung atas tuduhan pertama tadi. Dan tidak lama setelahnya, lampu kapal tiba-tiba mati, dan Ichiro Hatamoto ditemukan terluka tusukan di toilet.

Apakah betul Takeshi pelakunya? Lalu apa motif dia melakukan pembunuhan di atas kapal ini?

[2]

Setelah kejadian di kapal pesiar, kantor Detektif Mori kedatangan dokter bedah bernama Ogawa yang membawa banyak mainan bekas. Menurut pengakuannya, dia mendapatkan mainan itu untuk anaknya dan kiriman uang sejumlah 25 juta. Ada surat yang isinya kalau pengirim akan mengambil penggantinya.

Hadiah misterius itu dikirim setiap tanggal 3 Agustus dan sudah berjalan selama 2 tahun. Dokter Ogawa meminta bantuan Deketif Mori untuk mencari tahu apa tujuan si pengirim. Pencarian pelaku pun mengerucut kepada pasien yang berobat di tanggal 3 Agustus atau yang pulang di tanggal tersebut.

Siapa pengirim hadiah misterius itu? Dan apa yang akan diambil pengirim tersebut?




Saya tidak banyak membaca komik tetapi setelah melihat koleksi komik di aplikasi perpustakaan Kominfo, saya memutuskan menjajal beberapa judul. Pilihan pertama saya adalah komik Detektif Conan. Hanya saja saya tidak bisa membaca berurutan nomornya sebab menyesuaikan ketersediaan komik yang belum dipinjam orang lain.

Di komik Detektif Conan No. 3 ini, rasa formula detektifnya memang seperti yang sudah saya tahu karena dulu pernah membaca komik Conan secara random dan sepintas. Templatnya adalah ada satu acara dimana banyak orang berkumpul, lalu ada yang terbunuh secara misterius. Semua yang hadir akan mengemukakan alibinya.

Yang selalu saya tunggu adalah detail-detail yang dibongkar Conan berupa petunjuk-petunjuk yang mengarah ke pelaku. Sayangnya di komik ini tidak banyak detail yang dibahas, hanya soal remah roti saja yang membuat saya takjub, sisanya biasa saja.

Pada kasus pertama yang membuat saya penasaran adalah bagaimana pelaku akan kabur mengingat kejadian pembunuhan ada di kapal pesiar. Tidak terbayang kalau pelaku mau kabur, pilihannya hanya melompat ke laut.

Sedangkan di kasus kedua, lumayan menyedihkan sebab membahas tentang balas dendam karena kehilangan orang tersayang. Sayangnya, di kasus kedua ini penyelesaiannya begitu cepat, si pelaku langsung sadar merasa bersalah.

Bagian lain yang menarik adalah soal kecurigaan Ran kepada Conan yang begitu mirip dengan pacarnya, Shinichi Kudo. Tetapi di ujung cerita kecurigaan Ran bisa dipatahkan berkat bantuan profesor Agasa sehingga Conan bisa menjalani nasib tubuhnya yang mengecil dengan lebih tenang.

Sekian ulasan saya untuk komik ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Oktober 09, 2023

[NOTICE!] Novel Yellowface karya R. F. Kuang

Halo... Halo... Halo

Ada buku baru yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dari penulis trilogi The Poppy War yaitu Novel Yellowface karya R. F. Kuang.




Setelah membaca blurb di kover belakang novel ini, yang menarik karena novel ini membahas soal profesi penulis. Rasa-rasanya kita akan diajak menyelami dunia penulisan novel sampai ke penerbit walaupun kita akan dikasih lihat satu sisi gelap soal mencuri manuskrip dan satu karya itu digadang-gadang miliknya.

Saya memang belum membaca karya R. F. Kuang yang trilogi The Poppy War itu meskipun banyak pembaca yang bilang kalau novel series itu bagus banget. Dan mungkin novel ini akan jadi momen saya berkenalan dengan karya beliau.

Doakan terus saya ya supaya bisa ada rejeki untuk akhirnya mempunyi novel ini, membacanya, lalu akan saya ulas.

Amin... Amin... Amin.

Oktober 08, 2023

Resensi Novel The Shark Caller (Sang Pemanggil Hiu) - Zillah Bethell


Judul:
The Shark Caller (Sang Pemanggil Hiu)

Penulis: Zillah Bethell

Penerjemah: Endang Sulistyowati

Desainer: Alif Mustofa

Penerbit: Bhuana Sastra

Terbit: Januari 2022

Tebal: 320 hlm.

ISBN: 9786230407536




Dua tahun lalu orang tua Blue Wing tewas diserang hiu dan sejak itu ia ingin menjadi pemanggil hiu agar bisa balas dendam. Sarangen, pengasuhnya sekaligus ahli pemanggil hiu, menolak untuk mengajari.

Blue Wing mendapatkan teman baru bernama Maple Hamelin. Awal-awal hubungan keduanya panas terus, tetapi lama-lama keduanya menemukan persamaan dan menjadi dekat, bisa saling memahami. Blue Wing kehilangan orang tuanya dan Maple kehilangan ibunya. Keduanya menyimpan penyesalan mendalam dan kerap menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab kehilangan tersebut.


The Shark Caller berlatar di Papua Nugini dan ini pengalaman menarik mengingat saya hampir tidak pernah mendengar tentang kehidupan dan kebudayaan di negara tersebut. Kita juga akan belajar beberapa kosa kata dalam bahasa Papua Nugini yang tidak dialihbahasakan oleh penerjemah.

Novel ini mempunyai cerita yang menyedihkan dengan pesan moral untuk bisa mengikhlaskan kepergian orang yang kita sayang. Terkadang kita yang ditinggalkan akan mempunyai pikiran menyalahkan diri sendiri dan menyesal melakukan kesalahan di masa lalu, dan belum meminta maaf kepada yang meninggalkan kita.

Tema kehilangan tidak hanya dialami oleh dua remaja karakter utamanya, Blue Wing dan Maple, tetapi juga dialami oleh ayahnya Maple dan Sarangen. Makin mendalam sekali nilai kehilangan yang diangkat di novel ini. Emosi saya campur aduk oleh perdebatan karakter-karakternya dalam menanggulangi rasa kehilangan tersebut.

Isu menjaga habitat hiu pun beberapa kali dibahas. Keberadaan hiu bisa terancam dengan adanya life style membunuh hiu jadi kebanggan bagi orang kaya. Melalui karakter Sarangen, kita diingatkan untuk merubah kebiasaan itu, walau kegiatan membunuh hiu pernah menjadi kebudayaan di masa lalu.

Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca muda yang suka cerita ringan, isu habitat hewan, dan yang masih menyimpan penyesalan atas kepergian orang yang kita sayang.

Demikian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Oktober 03, 2023

Resensi Buku Komunikasi Bebas Konflik - Hiromi Yamasaki


Judul:
Komunikasi Bebas Konflik

Penulis: Hiromi Yamasaki

Penerjemah: Faisal

Editor: Tilarama

Desain sampul: Suprianto

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2020

Tebal: 145 hlm.

ISBN: 9786020633060

Buku ini membahas bagaimana melakukan komunikasi yang baik untuk menghindari konflik atau konfrontasi dengan orang lain. Tujuannya, selain mendapatkan ketentraman bersosialiasi, juga agar maksud pesan kita tersampaikan dengan tepat.

Lingkungan yang dibahas kebanyakan untuk dunia pekerjaan, tapi cara-cara di dalam buku ini bisa dipraktikkan juga di lingkungan lain seperti di keluarga atau di pergaulan.

Sebagai langkah awal, kita diminta untuk sadar kalau setiap orang memiliki pola berbeda-beda, baik pola tindakan, pola pikir, maupun pola emosi. Ada penekanan keharusan kita untuk paham pola sendiri agar kita tidak memaksakan standar/pola kita kepada orang lain. Sehingga ketika mau melakukan komunikasi, kita sudah lebih dulu paham kalau lawan kita memiliki keunikan sendiri. 


"Masa lalu dan orang lain tidak bisa diubah. Diri kita dan masa depanlah yang dapat diubah." (hal. 24)

Dengan mengetahui pola sehari-hari, kita bisa memilih pola yang berbeda saat diperlukan. (hal. 25)


Tips berikutnya adalah mengutamakan rasa tentram yaitu dengan mengakui eksistensi lawan. Maksudnya, kita harus bisa memanusiakan lawan komunikasi kita. Caranya bisa dengan melakukan sapaan yang ramah dan berterima kasih dengan tulus. 


Manusialah yang mematahkan semangat dan yang menumbuhkan semangat. (hal. 40)

Lawan tidak akan terlihat jika kita memiliki ketertarikan tapi tidak melibatkan diri. (hal. 43)


Lalu saran selanjutnya adalah menggunakan kelebihan sebagai kekuatan tim. Dalam group kita harus memastikan kalau goal yang akan dicapai dipahami semua anggota. Dan semuanya harus paham peran masing-masing dalam tim termasuk kelebihan masing-masing, sehingga ketika kondisi tidak lancar, kita tahu harus menekan tombol off pada pola dan peran siapa.

Sesekali pujilah rekan kita melalui bisikan yang disampaikan kepada rekan lain. Hal ini akan memberikan semangat karena eksistensinya diakui.

Selain melihat kelebihan, kita pun harus mengakui kelemahan sendiri. Dan jangan sungkan untuk meminta tolong kepada orang lain. 


Kegagalan yang dialami saat usaha semakin keras dilakukan kebanyakan disebabkan oleh hilangnya tujuan. (hal. 61)

Memang menyenangkan mendapatkan pujian langsung, tapi lebih menyenangkan lagi mengetahui ada seseorang yang menghargai diri kita di saat kita tidak ada. (hal. 65)

Ada kalanya menyatakan kelemahan diri kita secara terbuka dan meminta pertolongan akan lebih mudah membuahkan hasil. (hal. 70)



Membangun relasi akan memperluas kesempatan dan fakta ini memang pasti sudah diakui banyak orang. Tantangannya adalah asumsi negatif yang kita ciptakan sebelum bertindak, sampai akhirnya kita tidak melakukan apa yang ingin dilakukan. Ini masalah setiap orang kayaknya. Misalnya, kita mau menelepon seseorang untuk minta tolong tapi di otak kita sudah ada asumsi, 'Jangan-jangan dia lagi sibuk. Nanti malah mengganggu.' Ujung-ujungnya kita tidak jadi menelepon dan melewatkan kesempatan itu. Padahal, yang memiliki jawaban Ya dan Tidak adalah lawan komunikasi kita. Tetapi karena tidak melakukan tindakan tersebut, kita tidak pernah tahu jawaban Ya atau Tidak yang akan kita terima.

Dalam berkomunikasi, kita pasti akan mendapatkan komplain atau perbedaan pendapat. Dalam menghadapi situasi ini disarankan menggunakan hukum "Ya, dan." 

Maksudnya, ketika orang lain berbeda pendapat, apalagi sambil marah-marah, kita harus mengiyakan lebih dulu sampai apa yang disampaikannya selesai dan tuntas diutarakan. Setelahnya baru kita tambahkan dengan "dan" yang berisi opini kita. Ingat, sampaikan bahasa kita dengan cinta agar tidak menyulut api lagi. Jika kita berhasil melakukannya, bukan tidak mungkin pelanggan yang komplain dan marah-marah akan jadi pelanggan setia.


Berbagai kesempatan dan pekerjaan jauh lebih banyak datang dari orang-orang di sekitar kita daripada dari tempat yang jauh. (hal. 88)

Sepak terjang kitalah yang memperbaiki dan memperburuk hubungan kita dengan manusia lain. (hal. 98)


Tak kalah penting kita harus berteman dengan perasaan. Kita harus memegang kendali perasaan apa yang akan kita keluarkan. Dalam buku ini dicontohkan mengenai rasa marah. Di dalam kemarahan biasanya ada perasaan orisinalnya, antara pengharapan, kekhawatiran, atau kesedihan. Dan disarankan ketika kita marah, lebih baik keluarkan saja perasaan orisinalnya.

Menanggapi kegagalan, kita akan diberikan 3 cara agar bisa kembali bangkit:

  1. Mengakui kematian emosi
  2. Pertanyaan "kenapa?" di saat Gagal alah tidak baik
  3. Dalam hidup hanya ada berhasil atau belajar.

Untuk lebih jelasnya lebih baik langsung baca bukunya saja. 

Sebagai bab pamungkas, kita harus berteman dengan kondisi kita saat ini. Mungkin di masa lalu kita ingin menjadi X, tetapi saat ini kita menjadi O. Enggak apa-apa, kita tidak sendiri, banyak sekali yang mengalaminya. Yang perlu dilakukan adalah bersyukur. 


Bukankah hidup adalah mengubah 1% "hal yang tidak menyenangkan" menjadi 60% "hal yang disyukuri." (hal. 132)


Secara keseluruhan, membaca buku ini mempertajam soal bagaimana memanusiakan orang lain. Ada dua bagian yang membuat saya terkesan:

Pertama, kita harus enteng berterima kasih. Dan cara mengucapkan terima kasih harus dengan bahasa yang baik. Mengucapkan "terima kasih banyak" terdengar mudah tapi rasanya belum tentu tulus. Di buku ini diberi tahu kalimat yang lebih bermakna, misalnya dengan mengucapkan, "wah kalau enggak ada kamu saya enggak tau bisa selesai atau enggak."

Kedua, mengenai mengungkapkan rasa orisinal di balik kemarahan. Contoh di buku ini sangat mengharukan. Anak perempuan mengendap-endap keluar rumah di malam hari untuk bertukar jurnal harian dengan sahabatnya. Saat kembali ke rumah, ibunya sudah berdiri di ruang tamu. Harusnya si ibu marah dan mengatakan kalau anak perempuannya bengal. Tetapi karena tahu rasa orisinal di balik kemarahan itu, si ibu mengucapkan, "Syukurlah kamu sudah pulang. Ibu khawatir kamu kenapa-kenapa di malam begini." Cukup jelas bukan kalau di balik si ibu marah sebenarnya ia hanya ingin mengatakan kekhawatirannya.

Buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca oleh siapa pun yang mau meng-upgrade kemampuannya berkomunikasi. Enggak masalah dari buku nonfiksi seperti ini yang kita tangkap ilmunya hanya 30%, tetapi dari yang sedikit itu akan kita praktikkan dan syukur-syukur menjadi habbit dan karakter kita.

Sekian ulasan saya untuk buku Komunikasi Bebas Konflik. Terakhir, jaga kesehatan dan tetap membaca buku.



Oktober 01, 2023

Resensi Novel Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan - Amalia Yunus


Judul:
Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan

Penulis: Amalia Yunus

Penyelaras aksara & tata letak: Irman Hidayat

Desain sampul: Nadya Noor

Penerbit: Banana Publisher

Terbit: Mei 2023, cetakan pertama

Tebal: xiii + 158 hlm.

ISBN: 9786238845903 



Menjadi perempuan muda dengan berat badan 170 kg bukan perkara mudah. Kamu harus berhenti kuliah karena badanmu sulit diajak aktifitas. Akhir-akhir ini pun kamu kerap diserang sesak yang menyakitkan. Dan menurut dokter, dengan berat badan yang kelebihan itu, umurmu tidak lebih dari dua tahun lagi.

Karena tidak mau mati muda, kamu memilih ikut program televisi XXXL yang tujuan utamanya menurunkan berat badan. Rencana ini justru ditanggapi dengan skeptis oleh pacarmu. Walau begitu kamu tetap mendaftar dan mulai terlibat di acara tersebut.

Apakah tujuanmu menurunkan berat badan akan berhasil? Dan bagaimana nasib pacarmu nantinya?



Premis novel ini keren karena membahas kasus obesitas pada perempuan. Secara enggak langsung penulisnya bersebrangan dengan jargon 'love your self' yang biasa digembar-gemborkan perempuan gendut. Saya setuju dengan sudut pandang penulis soal tema ini karena ada batasan jelas yang dipakai yaitu hubungan kelebihan berat badan dengan kesehatan.

Melalui tokoh Kamu, pembaca dikasih lihat betapa enggak enaknya jadi orang gendut. Gerak susah, aktifitas terbatas, kemana-mana merepotkan orang, dan terancam penyakit yang kapan waktu bisa datang. Situasi ini yang kemudian jadi motivasi tokoh Kamu untuk ikut program XXXL, walaupun disinggung cara mudah jadi kurus dengan Operasi Bariatrik.


Operasi Bariatrik adalah pembedahan yang dilakukan untuk membantu menurunkan berat badan. Prosedur ini dilakukan pada penderita obesitas yang sulit diatasi hanya dengan diet dan olahraga. Biasanya dilakukan dengan membuang sebagian lambung agar membatasi makanan yang ditampung lambung dan mengurangi penyerapan nutrisi di usus halus. (sumber: alodokter.com)


Ada banyak tips yang disampaikan penulis melalui ceritanya dan sebenarnya kita pasti sudah tahu dari banyak artikel. Merubah gaya hidup. Caranya dengan memilih makanan sehat, cukup minum air putih, rutin olahraga, tidur cukup, dan jaga kesehatan mental. Semua judul bab di novel ini mewakili step by step proses perubahan itu.



Kamu tidak mungkin berharap berat badanmu turun jika gaya hidup dan kebiasaan makananmu selalu sama (hal. 66)


Di tengah tema kesehatan, novel ini tetap berada pada jalur genre romansa. Konflik ada dari sisi pacar si tokoh Kamu yang kurang setuju dengan keikutsertaannya di acara tersebut. Alasannya karena acara reality show sebenarnya hanya menjual drama. Pacarnya tidak mau Kamu di-bully, ditertawakan, dibikin konyol, dan diatur-atur untuk mendramatisasi acara.

Poin ini masih relevan dengan tema kesehatan itu. Kadang komentar orang sekitar bisa mematahkan proses yang sedang dilakukan. Saya pun sempat kesal dengan si pacarnya ketika dia marah besar mengungkit komentar dan chat si Kamu dengan peserta laki-laki lain di acara yang sama. Si pacar malah memberikan pilihan antara tetap ikut acara tersebut atau dirinya. Duh gusti!


Aku rasa sejak awal dia takut kamu berhasil. Selama ini kamu sangat bergantung padanya. Apa pun yang dia katakan, kamu menurut. Kamu tidak punya siapa-siapa kecuali dia. Kamu selalu ada setiap dia butuh seseorang... Sekarang temanmu banyak, kamu populer dan punya banyak pengikut di medsos, bahkan ada laki-laki yang memujimu cantik. Tentu dia merasa tersisihkan, merasa tidak penting lagi, bahkan cemburu. (hal. 125)


Intinya, pesan di novel ini sangat vokal dan menohok ditujukan untuk perempuan gendut kalau siapa pun bisa menurunkan berat badan, asalkan MAU.



Novel ini disajikan dengan sudut pandang kedua. Agak membingungkan sih tapi tetap bisa diikuti dan masih bisa dipahami keseluruhan ceritanya. Pengalaman baru juga, kayaknya saya baru kali ini baca novel dengan POV Orang Kedua.

Untuk kover novelnya saya kurang suka. Ilustrasinya aneh. Opini pribadi ya, mungkin saya memang kurang berseni.

Nah, sekian ulasan untuk novel Bagaiaman Cara Mengurangi Berat Badan. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



September 29, 2023

Resensi Novel 23:59 - Brian Khrisna


Judul:
23:59

Penulis: Brian Khrisna

Penyunting: Juliagar R. N.

Ilustrasi isi: Dalila Arrumaisha

Sampul: ORKHA CREATIVE

Penerbit: MediaKita

Terbit: Januari 2023

Tebal: iv + 232 hlm.

ISBN: 9789797946692

Novel 23:59 ini menceritakan hubungan Ami dan Raga yang sudah terjalin dua tahunan harus kandas. Raga memutuskan hubungan mereka tanpa penjelasan dan itu membuat Ami sangat patah hati.

Perasaan Ami hancur. Dia berusaha mencari tahu alasan kenapa Raga memilih pergi tapi tidak berhasil. Selama patah hati itu tak terbilang berapa kali dia menangis, berapa kali dia berusaha mengakhiri hidup. Beruntung Ami memiliki teman-teman dan keluarga yang memperhatikan dan menjaganya agar hal buruk tidak dilakukannya.

Ami mencoba move on dengan menerima Aransyah sebagai kekasih. Tetapi selama itu pula ia tidak bisa melupakan Raga. Walau Ami masih meradang dengan hubungan masa lalunya, Aransyah bersabar untuk terus di sisi Ami dan menerima semua perlakuan Ami yang belum sepenuhnya menganggapnya ada.

Athif, sahabat Raga, tahu betul apa alasan Raga pergi dan membiarkan Ami menderita begitu. Sebagai orang luar, Athif tidak bisa mencampuri masalah di antara keduanya. Bahkan di saat Ami dan Aransyah bertunangan, Athif tidak membuka mulut meski Ami mendesaknya.

Dua hari menjelang pernikahan, Ami bertekad untuk menyudahi meratapi nasib kegagalan hubungannya dengan Raga. Foto polaroid dan gelang manik-manik sejumlah 24 membawa Ami pada momen ajaib dan di sanalah dia menemukan jawaban apa yang membuat hubungannya dengan Raga tidak berhasil.

Membaca novel ini sangat mengaduk emosi. Banyak bagian cerita yang membuat saya sedih. Tema novel ini adalah tentang patah hati dan memaafkan masa lalu. Pasti banyak banget pembaca yang akan relate dengan kisah Ami dan Raga.

Saya sendiri punya pengalaman serupa, diputuskan tanpa penjelasan. Setahun saya merasa sakit di dada dan sulit tidur. Biar bisa istirahat, saya harus minum Antimo. Awalnya satu pil, makin lama tidak berhasil, dan sampai saya harus minum empat pil agar bisa tidur. Saat itu mau minum lima pil tapi saya diingatkan oleh kenalan seorang apoteker jika itu beresiko.

Saya baru benar-benar bisa ikhlas setelah setahun berlalu dan waktu itu saya memaksakan diri menemui dia untuk mengatakan maaf jika selama dengan saya dia tidak bahagia sampai akhirnya memutuskan pergi begitu saja. Pertemuan kurang dari lima menit itu berhasil membuat saya bisa move on sampai hari ini.

Menurut saya, ketika ingin mengakhiri hubungan, please, beri closure yang tuntas. Jika ada yang harus dijelaskan, tolong beri kesempatan untuk menjelaskan. Jangan sekali-sekali membiarkan salah satu pasangan menebak-nebak ada apa, siapa yang salah, dan sebenarnya ada masalah apa. Ibaratnya begini, selama berhubungan kita pelan-pelan mengikat benang ke sepuluh jari masing-masing. Lalu saat putus, ada dua benang di dua jari yang tertinggal tidak diputuskan. Mau berapa tahun pun kejadian itu, bagi salah satu pasangan akan menjadi beban yang belum selesai. Ini yang membuat susah untuk memulai dengan orang lain karena masih ada ikatan yang belum dituntaskan.

Eh, saya malah curhat, hehe. Tapi memang betul, berada di posisi Ami itu tidak enak. 


Secara penceritaan penulis, saya suka, karena runut dan utuh sehingga rasa dan emosi ceritanya sampai ke saya sebagai pembaca. Sedikit kekurangan, di sini banyak sekali paragraf narasi yang agak panjang. Bahkan untuk adegan dramatis pun dipangkas dengan narasi saja. Sayang sekali memang, padahal bisa makin membuat nangis kejer kalau part itu dibikin adegan. Contohnya ketika Ami marah, kesal, dan mencaci maki Raga, penulis merangkum dalam narasi, tidak ada detail caci maki Ami seperti apa.

Building karakter di novel ini cukup baik, terutama tokoh Ami dan Raga. Mungkin karena keduanya tokoh utama jadi karakter mereka menonjol. Walau pun tokoh Raga baru benar-benar akan kita kenali setelah mulai ketengah buku. 

Di awal buku kita akan kenal Ami sebagai gadis yang sendu akibat patah hati. Walau dulunya dia sangat cemerlang tapi setelah diputuskan Raga, karakternya menjadi mendung. Bagian cemerlang ini yang tidak saya rasakan, tahu-tahu sudah jadi gadis yang memprihatinkan.

Sedangkan Raga akan dikenalkan di awal sebagai pemuda yang berengsek karena membuat Ami menderita. Pengecut karena pilihan sikapnya untuk menunda penjelasan kepada Ami. Saya geram sekali saat tahu begitu. Tetapi setelah membaca momen ajaib itu, saya jadi ikut bersimpati. Sebagai lelaki, kita akan memperjuangkan sesuatu yang kita sukai dengan maksimal. Tetapi ada waktunya kita berhenti karena tahu kalau dipaksakan akan menimbulkan banyak ketidakbahagiaan. Ibaratnya, keinginan hidup itu enggak melulu akan terpenuhi, dan kadang kita harus berkorban untuk hal baik yang lebih banyak.

Untuk tokoh Athif sendiri cukup menyita perhatian. Awalnya saya kira dia akan punya momen penting di masalah Ami dan Raga, tetapi ternyata peran dia memang hanya sebagai katalisator bagi kedua sahabatnya itu.

Ada bagian yang tidak digali penulis yaitu bagaimana orang tua Ami menghadapi anaknya yang patah hati. Walau ibunya Ami sering menyumpahi Raga, tapi itu belum menunjukkan sisi orang tua dalam menghadapi anaknya yang dirundung pilu. Akan lebih pilu lagi jika ada bagian yang memaparkan sama terlukanya ayah dan ibunya Ami melihat anaknya yang putus harapan karena seorang Raga.

Oya, novel ini juga tergolong bacaan dewasa dan pembaca harus terbuka dengan sesuatu yang tabu. Sebab ada pernyataan yang menjelaskan kalau Ami dan Raga melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Secara terselubung penulis menganggap hal itu bukan masalah besar. Tapi bisa jadi untuk beberapa orang bagian ini tidak sependapat.


"Aku memang menyesal karena pada akhirnya kita enggak bisa bersama seperti semua rencana kita dulu, tapi untuk satu hal itu, enggak. Aku gak menyesal." (hal.152)

Secara keseluruhan, novel ini berhasil membuat saya sedih mengikuti kisah Ami dan Raga. Dan novel ini saya rekomendasikan buat pembaca yang suka cerita romansa tapi punya kisah yang bikin pengen nangis.

Oya, jangan lupa juga mendengarkan lagu dari Andre Mastijan yang judulnya Khianatiku.


Sekian ulasan novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!