November 29, 2022

[Buku] Ferryman - Claire McFall


Judul:
Ferryman (Pergi dan Kembali)

Penulis: Claire McFall

Alih bahasa: Nadya Andwiani

Editor: Reita Ariyanti

Cover: Azam Raharjo

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2021

Tebal: 384 hlm.

ISBN: 9786020648088


Dylan selamat dari kecelakaan kereta api yang mengerikan. Sepertinya begitu.

Namun, hamparan suram di sekeliling gadis itu tenyata bukanlah Skotlandia. Itu padang kekosongan, yang terbentuk dari berbagai perasaan dan ketakutannya, perbatasan menuju alam kematian.

Dan ada Tristan, sang Ferryman. Ia bertugas memandu dan menyebrangkan roh Dylan. Hanya saja penyebrangan kali ini sangat berbahaya, karena para wraith mengincar roh gadis tersebut.

Saat berjuang untuk bertahan hidup, Dylan lantas bertanya-tanya di alam manakah ia seharusnya berada-dan apa yang harus ia pertaruhkan untuk sampai ke sana.

***

SINOPSIS

Novel Ferryman ini bercerita mengenai remaja perempuan bernama Dylan yang pada awal novel langsung digambarkan kerap bertengkar dengan ibunya, Joan. Di sekolah Dylan bukan remaja yang bersinar. Dia murid biasa saja. Dylan memiliki sahabat bernama Katie, sayangnya, sahabatnya itu harus pindah karena orang tuanya berpisah. Sejak kepindahan Katie, kehidupan sekolahnya berubah suram sebab tidak ada selain dia yang mengerti tentangnya.

Dylan pun punya nasib sama, orang tuanya berpisah. Dan akhir pekan ini dia berencana mengunjungi ayahnya. Dylan menaiki kereta menuju tempat ayahnya. Tiba-tiba saat kereta masuk terowongan terjadi guncangan hebat. Dylan terbangun dalam kegelapan. Ia berusaha keras keluar dari kereta saat sadar kalau kereta yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Begitu keluar dari lorong, Dylan tidak mengenali tempat ia berada. Saat bingung itulah ia melihat sosok remaja laki-laki yang memiliki mata biru. Merasa tidak punya rencana baik dan enggak menunggu pertolongan sendirian, Dylan mengikuti remaja laki-laki tadi yang bernama Tristan. Dialah sang Ferryman, pemandu roh.

Ini adalah perjalanan Dylan melintasi padang kekosongan menuju batas dunia, tempat dia bisa menunggu keluarganya turut berkumpul. Perjalanan yang tidak mudah sebab akan ada roh jahat yang menyerang dan bisa membunuh rohnya kedua kali hingga dinyatakan tamat riwayatnya. 

Tapi Dylan memiliki ide aneh, menentang aturan dunia roh. Apalagi setelah ia sampai di batas dunia, Dylan merasa takdirnya bukan ini. Ia pun bertekad menemukan sang pemandu roh-nya dengan bertaruh dirinya sendiri karena tidak pernah ada yang berusaha kembali ke padang kekosongan untuk menemukan sang Ferryman-nya.

Berhasilkah Dylan menemukan Tristan? Dan bisakah Dylan kembali ke dunia manusia dengan membawa sang Ferryman?


IDE CERITA

Begitu membaca awal novel ini yang membahas dunia setelah kematian, mengingatkan saya akan dunia kubur setelah kita meninggal. Katanya, kita akan diberikan balasan di dunia kubur atas amalan di dunia sambil menunggu Hari Kebangkitan. Tapi pada novel ini justru roh akan melakukan perjalanan panjang melintasi padang kekosongan menuju batas dunia. Sedangkan pada ajaran islam, akan ada dua kondisi: yang amalnya baik akan tidur dengan nyaman dan nyenyak, sedangkan yang amalnya buruk akan ditimpa siksa kubur sepanjang penantian itu.

Tema petualangan bisa juga disematkan pada novel ini sebab ada momen melakukan perjalanan panjang, ada usaha menghindari serangan roh jahat, bahkan ada bagian lika-liku melewati medan yang aneh-aneh seperti padang kerikil dan rawa yang menjijikan. Roh jahat merupakan ketakutan paling besar sebab jika sampai ditarik ke bawah tanah, maka roh korban akan dinyatakan mati. Eksistensinya sudah berakhir, bahkan ada juga yang berubah menjadi roh jahat.

Tema percintaan pun akan kita temukan pada hubungan Dylan dan Tristan. Hubungan terlarang sebab Dylan adalah roh dari manusia, sedangkan Tristan adalah roh sesungguhnya yang mengemban tugas memandu. Gara-gara percikan roman ini, Dylan melawan aturan yang berlaku di dunia roh. Seharusnya ia menunggu di batas dunia, tapi Dylan memilih kembali ke padang kekosongan. Dylan tidak sendirian melakukan kegilaan itu, ia membawa Tristan bersamanya. Tristan menentang ide Dylan, tapi karena alasan 'mencintai', ia pun menurut melakukannya.

Tidak banyak yang dibahas pada novel ini, dan bagi saya novel ini terlalu sederhana konfliknya sehingga saya sempat merasa bosan mengikuti perjalanan Dylan dan Tristan. Lebih banyak membahas bagaimana mereka harus segera sampai di tujuan dan bagaimana kedua roh ini berhubungan satu dengan yang lainnya.

PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Novel Ferryman ini menggunakan plot maju. Kalau pun membahas masa lalu lebih banyak disajikan dalam bentuk narasi saja. Sayangnya, masa lalu dari kehidupan Dylan sangat singkat dibahas sehingga saya tidak cukup mengenal Dylan dengan baik kecuali mengenalnya sebagai murid yang biasa saja di sekolah.

Penulis bercerita dengan baik, apalagi pada bagian mendeskripsikan dunia roh yang menurut saya cukup berhasil sehingga pembaca bisa membayangkan rupa padang kekosongan itu. Karena dunia roh bukan dunia yang mesti sesuai nalar, penyajian dunia roh ini memang agak absurd dan aneh-aneh. Saya masih ingat mengenai deskripsi lautan hitam yang airnya begitu mengundang hasrat ingin menyelami. Tapi saking hitamnya, kita tidak bisa mengantisipasi ada mahluk dan ancaman apa yang menanti di dalam sana. Airnya juga berbau busuk. Pokoknya menyeramkan membayangkan lautan hitam yang riaknya tenang tapi penuh misteri.

Untuk POV yang digunakan pada novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ini pilihan yang akan membuat pembaca bisa merasakan pengkarakteran pada semua tokoh, baik Dylan atau Tristan.


Untuk karakter di novel ini tidak banyak. Dylan ini gadis yang menurut saya masih labil. Saya beberapa kali kesal karena dia kadang memutuskan sesuatu semau sendiri. Misalnya keputusan dia untuk kembali mencari roh pemandunya karena alasan sayang dan cinta. Menurut saya alasan ini terlalu dangkal sedangkan posisi saat itu kita dalam kondisi sudah mati, menjadi roh. Keserampangannya dalam bertindak seringnya membahayakan. Dan Dylan ini bukan tipikal kapokan makanya momen dia keras kepala terjadi beberapa kali.

Tristan sendiri sang pemandu roh yang polos meski dia sudah menjalankan perannya beratus-ratus tahun. Dan tidak ada alasan yang kuat kenapa dia begitu terkesan dengan Dylan sehingga pada akhirnya Tristan ini kalah oleh perasaannya dan mendukung keputusan Dylan yang sembarangan.

Kedua tokoh utama ini tidak ada yang membuat saya simpati. Sebab mereka memiliki karakter yang tidak loveable. 

Selain Dylan dan Tristan, ada beberapa karakter pendukung seperti Joan (ibu Dylan), James (ayah Dylan), Katie (sahabat Dylan), Jonas (salah satu roh yang dipandu Tristan), Eliza (roh wanita yang sudah lama tinggal di batas dunia).

BAGIAN FAVORIT

Jujur, saya tidak menemukan momen favorit yang membuat saya merasa suka banget. Cerita di novel ini terlalu berjarak dengan pembaca karena membahas dunia setelah kematian. Saya sendiri bingung mau memosisikan diri sebagai siapa dan bagaimana mencari keterhubungan pengalaman tokohnya dengan pengalaman sendiri. Jadi, ya, memang tidak ada bagian favorit di novel ini bagi saya.


PETIK-PETIK

Agak susah sih menemukan pesan moralnya. Tapi saya menemukan poin indah ketika sudah di ujung cerita. Yaitu mengenai sosok Joan sebagai orang tua yang kerap bertengkar dengan Dylan, sebenarnya dia sangat menyayangi sepenuh hati. Sebagai ibu, sekeras-kerasnya ia bertentangan dengan anak, tidak akan mau dia kehilangan anak itu, apalagi kalau sampai anaknya meninggal, pasti sedihnya luar biasa.

RATING

Novel Ferryman ini adalah buku pertama dari trilogi. Kesan saya memang kurang bagus dengan novel ini. Meski begitu saya masih berminat untuk membaca buku selanjutnya sebab pada ending novel pertama ini meninggalkan tanda tanya besar mengenai nasib Dylan dan Tristan selanjutnya. 

Saya memberikan nilai 3/5 bintang. Novel ini memadukan cerita kehidupan setelah kematian dengan romansa hubungan roh manusia dengan roh pemandunya. Agak aneh tapi penasaran.

Nah sekian ulasan versi saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



November 20, 2022

[Buku] 28 - Jeong You-Jeong


Judul:
28

Penulis: Jeong You-Jeong

Alih bahasa: Iingliana

Editor: Juliana Tan

Ilustrator sampul: Martin Dima

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2022

Tebal: 520 hlm.

ISBN: 9786020663654

Segalanya berawal dari pria paruh baya yang ditemukan sekarat dengan mata semerah darah di lantai kamar mandi apartemennya. Anjing-anjing di dalam apartemennya juga tewas atau sekarat dengan kondisi yang sama. Keesokan harinya, para anggota damkar dan paramedis UGD yang berusaha menyelamatkan pria tersebut mulai mengalami gejala mata merah yang serupa, lalu tewas dalam waktu singkat. Hanya Han Ki-joon, ketua tim tanggap darurat, yang belum terinfeksi.

Sejak saat itu, semakin banyak warga Hwayang yang tewas akibat wabah misterius tersebut. Ki-joon berusaha mengeluarkan istri dan bayinya dari Hwayang, tetapi pemerintah mendadak mengumumkan situasi darurat dan mengerahkan pasukan militer untuk memblokir setiap jalan keluar dari kota. Tidak seorang pun boleh masuk ataupun keluar.

Kota Hwayang yang dulunya damai pun berubah menjadi neraka anarki penuh darah.

***

SINOPSIS

Novel 28 ini menceritakan tentang warga yang tinggal di Hwayang dan terjebak wabah aneh. Wabah itu memiliki gejala awal membuat mata anjing dan manusia menjadi merah darah. Disusul pecahnya pembuluh darah di sekujur badan sehingga banyak organ tubuh yang gagal fungsi sehingga menyebabkan kematian. Kebanyakan korban mengalami muntah darah akibat rusaknya paru-paru. Dan sampai mereka meninggal hanya butuh kurang dari 3 hari sejak mata mereka berubah warna menjadi merah.

Jae-Hyeong adalah mantan pembalap Iditarod (balapan kereta yang ditarik anjing di belahan salju) yang pulang dari Alaska, kembali ke Korea, setelah mengalami tragedi mengerikan saat lomba berlangsung. Ia mengelola rumah penampungan anjing bernama Dreamland. Pada satu waktu ada wartawan bernama Kim Yun-Ju yang membongkar masa lalu Jeo-Hyeong dan membuat eksistensinya dipertanyakan publik; dokter hewan atau pembiak anjing.

Kim Yun-Ju sebagai wartawan yang artikelnya mendapat sorotan publik mengenai Jae-Hyeong, bertekad membongkar lebih banyak. Dia pun berupaya untuk mendekati sosok dokter hewan tersebut. Tapi wabah yang tiba-tiba merebak membuatnya terjebak di Hwayang dan ia pun berkeliling di tengah berantakannya kota sembari memburu berita.

Park Dong-Hae adalah pemuda yang harus didepak dari pelatihan militer sejak ia kedapatan membunuh anjing-anjing di lokasi tersebut. Ia harus menjalani pelayanan publik dengan bergabung ke tim tanggap darurat Pemadam Kebakaran di bawah arahan Ki-Jun. Aksinya ketika menyiksa anjing bernama Cookie yang merupakan peliharaan ayahnya digagalkan Jae-Hyeong dan sejak itu ia memburu Jae-Hyeong dan anjing-anjingnya.

Ki-Jun adalah ketua tanggap darurat Pemadam Kebakaran yang menemukan korban pertama wabah mata merah. Seorang lelaki ditemukan tewas di kamar mandi dengan luka gigitan dan mata merah. Kondisi serupa pun ditemukan pada anjing-anjing di apartemen itu. Tidak ada yang menduga jika orang-orang yang ikut menangani pasien pertama ini akan mengalami gejala yang sama. Satu per satu mereka meninggal.

Noh Su-Ji adalah perawat UGD yang ikut menangani orang pertama terkena wabah mata merah. Dan dari sekian banyak tenaga medis yang terlibat, hanya beberapa saja yang tidak terinfeksi, termasuk dirinya. Perjuangannya tambah berat karena rekan-rekannya bertumbangan sedangkan pasien dengan gejala sama terus bertambah.

Rango, satu-satunya anjing yang bercerita. Dia merupakan anjing yang diselamatkan korban pertama di apartement. Dan saat korban pertama ditemukan meninggal oleh tim tanggap darurat, Rango berhasil kabur. Pengelanaanya pun di mulai.

Kota Hwayang di-lockdown demi mencegah wabah mata merah keluar dari wilayah itu. Kebijakan pertama yang ditempuh pemerintah adalah dengan membantai semua anjing, baik yang dipelihara maupun yang di tempat penampungan. Bersamaan dengan itu, pergolakan warga mulai terjadi dimana-mana karena kota tidak lagi kondusif. Bnayak warga yang berusaha kabur dari Hwayang dan mau tak mau tentara harus menembaki warga yang tidak patuh. Pilihan yang tersisa di kondisi ini adalah bertahan hidup, tapi entah sampai kapan.



***

IDE CERITA

Saya membaca novel ini awalnya karena blurb-nya yang menarik. Soal wabah mengerikan, jadi ingat dengan wabah covid yang baru-baru ini menjadi pandemi. Saya temukan poin-poin yang relate dengan kondisi saat ini seperti penggunaan masker, lockdown, dan harapan pada vaksin.

Saya juga mencari tahu soal penulisnya, dan ternyata Jeong You-Jeong sudah menerbitkan dua novel yang sudah dialihbahasakan berjudul The Good Son (Anak Teladan) dan 7 Years of Darkness (7 Tahun Kegelapan). Saya pun berburu novel lainnya itu dan sudah punya yang 7 Tahun Kegelapan, semoga segera bisa dibaca walau tebalnya itu butuh keteguhan untuk membacanya.

Adanya wabah mematikan yang misterius menjadi awalan cerita yang menarik. Pembaca akan dibuat penasaran soal asal wabah mata merah, gejala, penanganan, dan nasib yang terkena. Saya pun demikian, sangat ingin tahu penyebab awal mulanya wabah merah ini.

Lalu kebijakan lockdown atau pengisolasian suatu daerah menjadi babak lain yang menuntun pembaca untuk mengetahui usaha-usaha tokoh-tokoh cerita untuk bertahan hidup (survive). Dan sepanjang mengikuti kisahnya, kita akan disodorkan porak-porandanya sebuah kota akibat dijangkiti wabah. Ini mengingatkan saya pada hebohnya masyarakat saat covid dinyatakan melanda Indonesia. Harga kebutuhan pokok terpengaruh, masker mulai langka, pengobatan belum jelas akan menyembuhkan atau justru mengulur waktu. Dan saat itu keputusan lockdown menimbulkan pro dan kontra karena masyarakat sudah ketakutan akan nasib masa depan.

Wabah mata merah menyebar cepat bagaikan api neraka. Orang-orang yang berhasil lolos dari wabah mati kelaparan, mati beku, atau mati dibunuh orang lain. Penjarahan, penembakan, pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran... semua kejahatan yang bisa dilakukan manusia terjadi dimana-mana setiap hari dan setiap saat. -(hal.508)

Di balik wabah dan ketakutan yang ditimbulkannya, pembaca akan diseret menyelami kehidupan tokoh-tokoh yang ada, dengan masalah masing-masing. Jae Hyeong yang harus berjuang menyelamatkan anjing-anjing dari pembantaian tentara. Ki-Jun yang harus meninggalkan istri dan anaknya untuk menyelamatkan orang-orang. Kim Yun-Ju yang harus mengesampingkan idealis jurnalisnya di tengah kekacauan. Noh Su-Ji yang harus mengutamakan kesehatan pasien dibanding dirinya. Dan Park Dong-Hae yang harus bergelut dengan mentalnya yang rusak karena ayahnya.

Kita akan melihat ragam emosi manusia saat menghadapi situasi genting. Pilihan yang ada hanya seputar mendahulukan kepentingan sendiri atau kepentingan orang banyak. Walau wabah mengerikan, namun manusia yang terdesak jauh lebih membahayakan. 

Membaca novel ini tuh seperti sedang berkaca atas kejadian Covid kemarin. Nuansa ketakutan, kebingungan, dan kepanikannya hampir serupa. Namun di Indonesia sendiri tidak sampai parah karena menurut saya pemerintah bisa mengatur arah warganya harus berbuat apa, walaupun pada pelaksanaanya harus mengalami drama-drama yang membagongkan.

Di novel ini lebih mengerikan dari sekadar Covid kemarin. Apalagi keputusan penanggulangannya harus melibatkan tentara dalam upaya menghalangi warga Hwayang keluar dari zona merah. Membunuh warga yang mungkin akan jadi perantara menularnya wabah dianggap keputusan akhir paling baik daripada harus membuat banyak warga di luar daerah itu yang bisa kena. Sehingga ada narasi yang menyebutkan 'lubang-lubang' mayat anjing dan manusia. Ini mengindikasikan kalau mereka lebih brutal menghalangi penyebaran penyakitnya.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Novel 28 ini mengusung plot campuran antara alur maju dan alur mundur. Namun lebih dominan alur maju. Alur mundur dibuat untuk menjelaskan lebih rinci apa yang terjadi di masa lalu. Contohnya, narasi mengenai backround hidup Park Dong-Hae sejak kecil hingga ia bisa masuk ke tim tanggap darurat Pemadam Kebakaran, untuk menjelaskan kenapa Park Dong-Hae memiliki mental yang tidak stabil.

Yang menarik dari novel ini, walau banyak tokoh yang difokuskan, mereka saling memiliki pertalian cerita. Dalam bukunya sendiri, setiap tokoh akan diberikan porsi bagian cerita, ditandai dengan judul nama tokohnya. Semua tokoh yang saya sebutkan di sinopsis saling bersinggungan, ada yang memang intim, ada juga yang sekelebatan.

Gaya bercerita penulis memang detail dan menyeluruh. POV-nya dibuat bergantian untuk semua tokoh sentral. Sehingga jangan heran kalau kita akan membaca jalan cerita yang sama tapi diceritakan oleh dua tokoh yang berbeda. Misal ketika POV Ringo menyaksikan perseteruan Park Dong-Hae dengan ayahnya di rumah yang sudah hangus terbakar, kita juga akan mendapatkan ceritanya dari POV Jae-Hyeong yang kebetulan sedang melangkah ke arah rumah itu juga. Teknik menulis dan bercerita yang seperti ini yang membuat novel ini menjadi novel bantal. 

Ritme ceritanya tidak meledak-ledak walau ada bagian aksi dan tembak-menembak. Saya kira karena setting novelnya di musim salju, jadi diksi yang dipakai pun membawa nuansa dingin yang akhirnya sampai juga ke pembaca.

Untuk karakter yang muncul di novel ini memang terbilang banyak. Awalnya rada bingung tapi lama-lama akan terbiasa juga. Mengingat profesi mereka yang berbeda-beda, kita pun akan bisa membedakannya dengan lebih mudah. 

Bagi saya tidak ada karakter yang saya sukai walau secara pembentukan karakternya sudah sangat berhasil dihidupkan. Mungkin karena nasib mereka semuanya tragis jadi tidak ada tokoh yang membuat saya mau memujinya. Penulis memang tega sekali membuat nasib tokoh-tokohnya begitu, tanpa memikirkan perasaan pembaca.

Banyak tokoh sampingan yang muncul. Dan yang masih kerasa emosinya tentu saja karakter anak kecil yang buta bernama Seung-Ah. Setelah kakeknya meninggal karena terinfeksi, Seung-Ah dibawa dan diurus oleh Jae-Hyeong dengan dibantu Kim Yun-Ju. Kehilangan yang dialami Seung-Ah bukan sekali, tapi dua kali. Awalnya anjingnya yang mati, lalu disusul kakeknya yang meninggal. Dan nasib hidupnya pun lebih tragis lagi ke depannya.

BAGIAN FAVORIT

Di novel ini tidak ada momen yang menyenangkan atau yang membuat saya mau menangis gara-gara terharu. Tetapi ada bagian novel ini yang membuat saya begitu mual ketika membacanya.

Su-Jin yang akhirnya kembali ke apartemennya demi menunggu kepulangan ayahnya justru harus mengalami pemerkosaan oleh tiga pemuda. Penulis dengan apik menjabarkan proses mengerikan itu. Narasinya tidak menjadi vulgar tapi justru lebih ke memilukan. Su-Jin digambarkan sampai linglung.

Yang membuat saya mual karena mempertanyakan kenapa nasib orang-orang baik harus dibawa ke titik itu. Penulis memang tega. Tidak memberikan kebahagian yang harusnya menjadi balasan bagi mereka yang sudah berjuang dengan keras di tengah wabah yang memporak-porandakan kota Hwayang.

Setelah selesai membaca bagian itu, saya harus berhenti baca karena saya terbawa emosi, mual, kesal, dan pilu. Ini bisa jadi efek karena saya sudah mengikuti nasib orang baik lainnya yang sama-sama tidak bahagia. Saya jadi ikutan capek dan dongkol. 

Pria itu menyeret Su-jin ke kamar utama dan melempar Su-Jin ke ranjang ayahnya. Begitu tangan pria itu terlepas dari rambutnya, tubuh pria itu langsung menindih perutnya. Kedua lutut pria itu mengepit kedua lengan Su-Jin. Lalu tinju pria itu melayang ke dagu Su-Jin.

Pria itu orang pertama. Lalu, orang kedua, dan orang ketiga.... Lalu orang pertama lagi... Ketiga pria itu makan, minum, menggeledah, dan menghancurkan seisi rumah. -(hal.454-455)

Tragis pisan!


PETIK-PETIK

Sepanjang membaca novel 28 ini saya lebih ke menikmati jalan ceritanya. Namun setelah selesai dibaca, hikmah yang bisa petik adalah mengenai keharusan memiliki tujuan hidup yang jelas. Tidak masalah walau tujuan hidup kita itu receh. Tapi perlu diketahui kalau adanya tujuan hidup akan membuat kaki kita terus bergerak. Kita tidak boleh hidup dengan konsep mengikuti alurnya saja. 

Penekanan usaha bertahan hidup dalam kondisi genting sangat terasa di novel ini. Bertahan hidup ini pun yang kemudian menjadi tujuan hidup Jae-Hyeong, yang kemudian diikuti juga oleh Kim Yun-Ju.

Saya pun jadi merasa lebih bersemangat dan berani menentukan apa yang menjadi tujuan hidup saya dan akan saya upayakan semaksimal mungkin. Karena saya muslim, saya percaya Allah SWT akan melihat usaha itu, dan akan mengganjarnya karena "Allah tidak tidur."

KUTIPAN

  • Jadi selama ada tekad, di situ ada jalan. -Hal.148

RATING

Sebenarnya emosi yang muncul setelah membaca novel 28 ini tidaklah bagus. Saya sendiri merasa masih marah dan entahlah, karena nasib tragis yang dialami tokoh-tokohnya. Tidak rela saja mereka dibegitukan oleh penulisnya. Tapi ini jadi semacam parameter kalau penulis sudah berhasil menggaet pembaca pada cerita yang ditulisnya.

Saya memberikan nilai 4/5 bintang. Novel ini seru dibaca, penuh emosi. Saya merekomendasikan untuk pembaca lain. Tapi setelah ini, saya ragu kalau harus membaca ulang. Selain faktor cerita yang suram, novel ini juga terbilang tebal cuy!



November 08, 2022

[Buku] Toko Tukar Tambah Nasib - Lia Seplia


Judul:
Toko Tukar Tambah Nasib

Penulis: Lia Seplia

Penyunting: Prisca Primasari

Ilustrasi sampul: Abdul M.

Penerbit: PT Falcon

Terbit: September 2022, cetakan pertama

Tebal: viii + 330 hlm.

ISBN: 9786026714749


"Selamat datang di toko Tukar tambah Nasib. Kami bisa memperbaiki hidupmu dan menukarnya dengan kehidupan orang lain yang ingin kamu jalani. Sudah puaskah kamu dengan hidupmu? Datanglah ke toko kami."

Toko Tukar Tambah Nasib memberi kesempatan bagus kepada orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya. Salah satunya adalah Naya Saura, seorang pegawai minimarket yang hidupnya penuh luka dan ketidakberuntungan. Toko tersebut memberi Naya privilese untuk menjalani kehidupan seperti yang selama ini ia idam-idamkan: Lala (balerina ternama), Sato (direktur sebuah perusahaan kosmetik), Meri (istri pengusaha kaya dengan dua anak yang lucu-lucu), dan Riko (koki muda yang berlimpah harta).

Namun, ternyata tak ada kehidupan yang sesempurna dan seberkilau kelihatannya. Ada syarat yang harus dipenuhi. Ketika Naya sadar bahwa setiap pertukaran nasib harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga, kehidupan siapakah yang akan ia pilih?

***

SINOPSIS

Novel ini menceritakan tokoh utama bernama Naya Saura, yang kerja jadi kasir di sebuah minimarket. Kehidupannya tidak berjalan mulus seakan-akan nasib malang sudah jadi garis tangannya. Di keluarga, di lingkungan kerja, Naya tidak pernah menjadi sosok yang bersinar. Justru posisinya seperti beban saja.

Naya menjalani hidup dengan perasaan hampa. Sampai akhirnya ia menerima surat tawaran dari sebuah Toko Tukar Tambah Nasib untuk bertukar nasib dengan orang lain. Naya menyebutkan keempat temannya: Lala, Meri, Sato, dan Riko. Ia ingin menjalani hidup seperti mereka. Tetapi, pertukaran itu tidak gratis, ada harga yang harus Naya korbankan. Sebelum memutuskan kehidupan siapa yang akan dipilih, Naya berkesempatan untuk mengintip kehidupan keempat temannya itu.

Lala adalah balerina ternama. Hidupnya begitu disorot. Tetapi di balik pencapaiannya saat ini, Lala hanya boneka dari mimpi ibunya, Belinda. Lala kehilangan kebebasan, dan secara otomatis kehilangan kebahagiaan. 

Sato lahir dari keluarga yang kaya. Tapi dia pengecut di lingkungannya. Korban bully. Karena yang ia punya hanya uang, maka kekuatan uang digunakannya untuk melindunginya. Sebagai keturunan yang kelak mewarisi perusahaan kosmetik besar, Sato bersaing dengan sepupunya. Demi menyelamatkan nasib warisan itu, Sato melepaskan perempuan yang ia kasihi dengan tulus, dan harus memilih perempuan yang sama-sama memiliki tujuan soal uang. Pilihan yang membuatnya tidak bahagia.

Meri terlahir di keluarga yang ramai. Saudaranya banyak. Dan impiannya adalah bisa segera meninggalkan rumah orang tuanya agar punya privasi. Doanya dikabulkan semesta, Meri memiliki pasangan idaman semua wanita; kaya dan tampan. Tetapi bukannya ketenangan yang didapatkan, justru banyak hal membuatnya cemas. Suaminya yang populer rawan diambil perempuan lain, mau tak mau Meri tidak bisa bersantai sebagai dirinya sendiri sehingga ia harus terlihat selalu cantik. Belum lagi soal pengasuhan anak yang kadang bersebrangan dengan ipar-ipar dan mertuanya. Kehidupan Meri tidak semenyenangkan yang dilihat orang-orang.

Riko adalah koki bintang yang wajahnya masuk di kover majalah ternama. Perjalanannya untuk mearih posisinya kini penuh liku-liku. Ia mulai kerja di restoran sejak belia. Bakatnya yang membawanya menjadi asisten Chef Ilga. Keputusan Chef Ilga, sosok yang sudah dianggapnya sebagai ayah, untuk membuat restoran sendiri justru membawa Riko di fase terjerembab. Hutang Chef Ilga menjadi bebannya. Beruntung Riko bertemu dengan Vera, teman SMA-nya yang mau membantu menyelesaikan semua masalah. Sayangnya Riko tidak berumur panjang. Pilihan yang sulit, hidupnya aman dan mapan tapi tidak berumur panjang.

Naya tidak tertarik dengan kehidupan keempat temannya karena akhirnya ia tahu hidup mereka tidak sebaik yang ia sangka. Tapi kontrak sudah disepakati, memilih salah satu kehidupan yang sudah diintip atau membatalkan kontrak tapi berujung meninggal. Naya tetap harus memutuskan.


IDE CERITA

Judul novel memakai kata 'toko' mulai bermunculan. Tapi novel ini jadi yang pertama yang saya baca. Penasaran sih apakah ada kesamaan di antara novel-novel itu. Dugaan saya sih semua novelnya membawa unsur fantasi. Biar jelas, nanti saya buktikan setelah membaca semua novelnya.

Di novel ini unsur fantasi sudah bisa diketahui dari judulnya. Di kehidupan nyata mana ada toko yang melayani tukar tambah nasib. Yang ada jual beli barang kebutuhan sehari-hari atau jual pulsa. Tapi di sini kita akan diajak masuk ke toko yang dikelola oleh pasangan T1 dan T2 dan membuktikan jasa tukar tambah nasib itu. Bingungkan bacanya, hehe.

Pengunjung akan datang ke toko itu setelah menerima surat tawaran. Jadi enggak semua orang bisa tahu dan datang ke situ. Dan layanan tukar tambah nasib ini memang ada. Hanya saja, sebagai kontrak transaksi, pengunjung terpilih harus menyerahkan barang yang memiliki nilai berharga. Ingat, yang berharga bukan melulu diukur dari harga ya. Barang berharga bisa karena muatan memorinya.

Pengunjung terpilih sudah dipastikan tidak bahagia dengan hidupnya. Banyak alasan yang membuat itu. Tawaran merubah nasib pasti menggiurkan. Pada poin ini, kita sepakat dong ternyata manusia itu, termasuk kita-kita, kadang masih buta sama yang namanya kebahagiaan atau happiness, dan pasti masih mencari-cari. Jangan-jangan kita-kita yang begitu bisa digolongkan mengalami sakit mental.

Pepatah yang bilang 'rumput tetangga selalu lebih hijau' memang banyak dialami kita semua. Iri dan dengki yang kemudian kita rasakan. Membanding-bandingkan menjadi kerjaan harian. Ujung-ujungnya malah galau dan resah sendirian.

Ide ini yang tampaknya ingin disampaikan penulis melalui toko anehnya itu. Tema sakit mental atau gangguan psikologi memang sedang marak. Di novel ini penulis memfokuskan untuk mengulik soal makna bahagia di kehidupan. Pertanyaannya: Sudah bahagiakah kita selama ini?

Lapis demi lapis kita akan disodorkan kehidupan tokoh-tokoh yang ternyata tidak semanis yang terlihat. Isunya banyak dan beragam, tentang keluarga, tentang pertemanan, tentang karir, tentang cita-cita, dan masih banyak sisi lain dari hidup yang dibahas. Dalam satu buku, kita akan berkenalan dengan beberapa kehidupan orang-orang. Kita akan belajar banyak di situ.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Karena ada momen mengintip kehidupan orang lain, ada plot mundur untuk menceritakan ulang tokoh yang kehidupannya diintip. Di bagian itu penulis menerangkan sebab-akibat kenapa kehidupan tokoh yang diintip itu tidak sempurna. Setelah beres dipaparkan, alur berubah ke plot maju. Giliran Naya yang merenung pertimbangan apa yang membuatnya harus memilih kehidupan yang diintipnya tadi.

Untuk gaya bercerita Kak Lia Seplia ini terasa kaku buat saya. Walau kadarnya masih aman untuk dinikmati sih. Saya seperti melihat air dan minyak ketika membaca bukunya. Karena ceritanya ada unsur fantasi yang condong ke sisi filsafat hidup, harusnya diksi yang digunakan lebih lembut dan tenang. Yang ada sekarang gaya berceritanya terasa lugas dan kekinian. Ini jadi gap buat saya ketika ingin memasuki ceritanya. Penilaian ini murni pendapat pribadi ya, bisa saja kesan di pembaca lain berbeda. 

Sedangkan sudut pandang yang digunakan adalah POV Orang Ketiga. Penulis berhasil menempatkan si tokoh utama untuk terus terlibat dengan kehidupan yang diintip meski perannya sebagai sampingan. Sempat aneh di awal-awal karena pada halaman depan disebutkan jika Naya berteman dengan keempatnya. Dan saat mengintip itu, Naya mendadak jadi asing bagi mereka. Ini yang harus dipahami pelan-pelan.

Novel akan berkesan jika ditopang juga oleh karakter-karakter yang mengesankan. Untuk saya, di novel ini tidak ada karakter yang membuat saya sangat menyukainya.

Naya Saura: Perempuan lajang yang ternyata menyimpan trauma. Sering rendah diri dan sering overthinking. Hidupnya demi kebahagian orang lain dan mengabaikan kebahagiannya sendiri.

Untuk karakter keempat temannya Naya sudah saya paparkan di bagian Sinopsis ya. Dan tidak ada yang saya sukai.

Aji: Pacar Naya yang dewasa dan tulus. Karena porsi cerita untuk karakter Aji tidak banyak jadi belum tergali semenarik apa sosoknya. Tapi di keterbatasan itu, sosok Aji terbilang bagus dan baik sebagai pasangan.

Kila dan Kenzi: Adik kembar Naya yang cuek. Hubungan mereka dingin dan kaku. 

Dan masih ada beberapa karakter pendukung lainnya, seperti Bapak Ibunya Naya, saudara-saudara Meri, dan karakter lainnya.

BAGIAN FAVORIT

Bagian cerita yang hampir membuat saya menangis adalah ketika Naya sudah bertekad membatalkan kontrak. Artinya dia harus meninggal. Lalu pada hari H, Naya berbuat baik sebanyak-banyaknya untuk keluarganya. Bangun pagi, membersihkan rumah, membuatkan sarapan untuk adiknya, dan membuatkan kopi untuk ayahnya. Semua orang rumah heran. Saat disinggung soal kematian, semua hening. Sumpah sedih banget.

"Palingan mati doang pas tidur. Sebagai beban keluarga, aku enggak keberatan." - hal.296.

Jokes-nya dark pisan ya! Siuen aing!

Selain itu saat Naya menelepon teman-temannya dan berterima kasih karena sudah menjadi temannya, juga membuat sedih. Saya bisa merasakan kegetiran, ketakutan, kepasrahan, yang dialami Naya. Hidup begini-begini saja, tanpa tujuan, hanya membuat sedih saja, dan jika kematian pilihan terbaiknya, Naya ingin berpisah dengan sebaik-baiknya.


PETIK-PETIK

Saya sadar kalau hidup semua orang tidak ada yang sempurna. Pasti mereka juga punya masalah. Jadi sebaiknya tidak pernah membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. Cukup dijalani dan dinikmati, apa pun bentuk kehidupan kita.

Selain itu, saya juga belajar untuk terus berbuat baik. Karena setiap perbuatan baik itu pasti akan ada balasannya. Mungkin bukan dibalas untuk kita, tapi bisa jadi dibalas untuk orang tua kita, saudara kita, atau bahkan untuk pasangan kita. Pada bagian akhir novel ini dibahas pesan kebaikan ini. Naya banyak berbuat baik, dan kebaikannya dibalas untuk orang di sekelilingnya sehingga Naya terlihat selalu tidak beruntung.

Oya, jika kita melihat orang seperti Naya, yang perlu dilakukan adalah menolongnya. Mereka sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Tetapi mereka tidak tahu cara keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Ini sempat diucapkan oleh T-2 mengenai kondisi Naya, "...karena tidak ada yang menolongnya. Dia merasa berjuang sendirian. Dia mungkin sudah merasa lelah." -hal. 298.

KUTIPAN

  • Kesempatan bagus seringnya tidak datang saat kamu mengharapkannya. Kesempatan bagus seringnya datang saat kamu tidak berekspektasi apa-apa. -hal. 2
  • "Mana ada kata terlambat untuk belajar? ... Sekolah itu cuma tempat kita mementingkan nilai, bukan keterampilan..." -hal. 23
  • "...Jangan pernah menganggap hidup semua orang sama seperti produk pabrik. Setiap orang membawa alasan tersendiri, termasuk luka-luka, masalah-masalah, dan pilihan-pilihannya." -hal. 28
  • "Banyak anak di dunia ini yang tidak akrab dengan ibunya sendiri. Bukan karena tidak sayang, melainkan karena sayanglah mereka menjaga jarak agar tidak menyakiti lebih jauhdan lebih dalam lagi..." -hal. 33
  • "Kamu bisa saja mengenal seseorang, tapi kamu nggak akan pernah tahu jalan cerita hidupnya." -hal. 38
  • "Rumah bukan soal tempat. Rumah itu tentang perasaan pulang." -hal.104
  • "Sebelum ingin didengarkan dan dipahami orang lain, coba belajar untuk mendengarkan dan memahami orang lain terlebih dahulu." -hal. 131
  • "Jangan membesar-besarkan hal sepele. Jangan mengada-adakan masalah yang sebenarnya nggak pernah ada." -hal.170
  • "Pemimpin keras kepala sekaligus bodoh adalah awal kehancuran rakyatnya." -hal.214
  • "... pintar adalah orang yang mampu mengakali hidup, sekeras apa pun hidup mencoba mengakalinya." -hal. 224
  • "Apa pun yang terjadi pada anak, berakar dari rumah dan lingkungannya." -hal.237


NILAI

Novel Toko Tukar Tambah Nasib ini terbilang sangat fresh. Ceritanya menarik dan memiliki pesan moral yang berbobot. Akan menyadarkan pembaca mengenai makna bahagia. Sayangnya, saya belum mendapatkan klimaks pada ceritanya. Jika boleh berandai-andai, saya lebih suka tokoh Naya dibuat meninggal. Lalu orang-orang yang ditinggalkan Naya mulai sadar akan keberadaan kebaikannya. Sesuatu yang berharga akan terasa nilainya saat sudah tidak ada. Pasti akan lebih dramatis dan menggunjang hati pembaca.

Namun untuk keseluruhan cerita Naya ini saya memberikan nilai 4/5 bintang. Bacaan yang baik dan saya rekomendasikan.



Oktober 28, 2022

[Buku] Rainbirds - Clarissa Goenawan


Judul:
Rainbirds

Penulis: Clasrissa Goenawan

Penerjemah: Lulu Fitri Rahman

Penyunting: Barokah Ruziati

Perancang sampul: Sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2020, cetakan kedua

Tebal: 400 hlm.

ISBN: 9786020379197


Tahun 1994, Ren Ishida menerima kabar kakak perempuannya, Keiko, ditikam berulang kali hingga tewas di Akakawa, kota terpencil tempat kakaknya tinggal. Ia pun memutuskan untuk sementara pindah ke kota itu sambil mengurus pemakaman dan membantu polisi menyelidiki kematian Keiko.

Namun kemudian, tanpa sadar Ren seolah mengikuti jejak-jejak terakhir yang Keiko tinggalkan. Ia mengisi posisi pekerjaan Keiko di kursus bimbingan belajar Yotsuba. Ia bahkan menerima syarat aneh untuk tinggal di rumah politisi terkemuka, di kamar yang sebelumnya ditempati Keiko.

Gadis kecil yang terus-menerus muncul dalam mimpi, seorang siswi bimbingan belajar yang agresif, suasana suram, penuh misteri dan teka-teki sepanjang menyusuri Akakawa, membuat Ren penasaran ingin mengetahui apa yang sebenar-benarnya terjadi pada malam Keiko terbunuh.

***

Sinopsis

Ren Ishida datang ke kota Akakawa untuk mengurusi pengkremasian kakak perempuannya, Keiko Ishida, sekaligus mengurus barang-barangnya. Selain itu ia juga ingin mencari tahu kenapa kakaknya bisa terbunuh dan siapa pelakunya. 11 tahun mereka tidak bertemu, hanya berkabar lewat telepon setiap hari Minggu, namun masih saja Ren kecolongan soal kakaknya. 

Di Akakawa, Ren dibantu Honda, salah satu rekan kerja Keiko di Yotsuba, tempat bimbel. Honda membantunya mengurusi akomodasi selama di sana. Ren juga bertemu dengan induk semang kamar Keiko, yang juga orang penting di kota itu, Kosugi Katou. Keluarga kecil yang tertutup dan penuh misteri sebab istrinya mengurung diri di kamar dan berhenti bicara.

Saat kesempatan untuk menggantikan mengajar kakaknya di bimbel, Ren memutuskan untuk tinggal lebih lama di Akakawa. Dia berniat untuk mencari tahu lebih dalam mengenai kehidupan kakaknya selama di sini. Dia pun pindah dari hotel dan tinggal di rumah Kosugi dengan kesepakatan yang persis sama dengan yang pernah dilakukan kakaknya.

Di bimbel, Ren bertemu dengan salah satu murid perempuan bernama Rio Nakajima, yang sebelumnya ia temui di dekat lokasi kakaknya terbunuh. Karena sebuah kejadian di minimarket, Ren bisa bertemu dengan ayahnya Rio, Nakajima. Pertemuan itu meninggalkan pertanyaan besar mengenai istrinya yang seorang model tangan, dikabarkan kabur. 

Ren tidak menyangka bisa bertemu dengan orang-orang yang dulunya berhubungan dengan kakaknya. Dari merekalah Ren menyusun kisah hidup Keiko, juga tentang rahasia-rahasianya. Ada banyak kisah yang mengejutkan Ren. Ternyata kakaknya selama ini tidak baik-baik saja.

Resensi

Alhamdulillah, semesta akhirnya menjodohkan saya dengan buku yang sejak dulu membuat saya penasaran. Dulu itu saya penasaran karena nama penulisnya sangat Indonesia banget, eh tetapi ternyatab dia penulis Singapura. Pada saat dia mau menerbitakan novel ketiganya, sebentar lagi terjemahannya akan terbit, barulah saya ketemu kesempatan membaca novel debutnya ini. 

Saya juga senang banget karena setelah beberapa kali ganti novel yang dibaca, baru novel ini yang akhirnya bisa kelar dibaca sampai tuntas. Yah, semoga ini sinyal bagus kalau ke depannya saya bisa membaca novel lainnya dengan sama lancarnya.

Saat membaca pembukaan novel ini, perhatian saya langsung tersedot karena penulis langsung menyinggung soal pembunuhan. Kita yang baca tentu jadi penasaran dengan apa motif pembunuhan itu dan siapa pelakunya. Secara jelas penulis menggiring pembaca ke arah sana. 

Dalam perkembangan ceritanya, si tokoh utama dibuat melakukan petualangan untuk mencari jawaban. Pertemuan Ren dengan orang-orang yang dulunya bersinggungan dengan kakaknya semacam pancingan buat pembaca untuk menebak siapa pelakunya. Dan yang menarik dari itu, penulis mengupas dengan apik soal hubungan mereka dengan kakaknya. Semua yang terhubung, semua punya ceritanya.

Misalnya tokoh Honda, salah satu rekan kerja Keiko, yang membantu Ren selama di kota itu ternyata memiliki masa lalu indah dengan kakaknya. Hampir saja mereka bersatu tapi takdir justru berkata sebaliknya. Ren menyadari fakta ini setelah cukup dekat dengan Honda dan gara-gara ia melihat gantungan kelinci yang persis seperti yang kakaknya punya.

Ada juga tokoh Kosugi Katou, seorang pria penting di kota itu, yang dulu pernah punya perjanjian khusus dengan kakaknya hingga kakaknya bisa tinggal di rumahnya. Penulis menjabarkan masalah yang dihadapi Katou dan keluarganya. Dan masih ada beberapa tokoh lain yang ditemui Ren, dan cerita bagaimana mereka berhubungan dengan kakaknya sangat menarik diikuti.



Membaca buku ini tuh rasanya seperti sedang mengikuti orang-orang dengan masalah hidupnya masing-masing. Kebanyakan masalah mereka memang terasa getir dan memilukan, tapi cerita yang begini memang nyaman diikuti ketimbang cerita yang senang-senang saja. Masalah kan bisa jadi konflik, dan dari konflik tersebut kita bisa menarik hikmah pelajaran.

Banyak sekali kejutan yang diberikan penulis dalam ceritanya. Dan itu menjadi jawaban kenapa mereka begini, kenapa mereka begitu. Dibuka tipis-tipis dan pelan tapi ketika sudah gamblang kita akan memahami ternyata masalah yang terjadi lebih pelik dari yang diduga.

Novel ini tidak diisi dengan konflik percintaan saja, ada juga konflik keluarga. Dan dimensi hubungan keluarga ini lumayan bervariasi. Ada hubungan kakak-adik, hubungan suami-istri, dan hubungan anak-orang tua. Jadi, cerita di dalamnya akan memperkaya kita soal kenyataan kehidupan yang bisa saja sebenarnya sudah dan akan kita alami. 

Tokoh-tokoh yang hadir dalam novel ini memang lumayan banyak dan semuanya berkarakter. Walau porsinya tidak sama banyak untuk semua tokohnya, tapi saya bisa terkesan dan mampu mengingat mereka. Misalnya tokoh perempuan berkimono yang menjaga hotel, walau tidak banyak adegan ia dengan Ren, tapi kehadirannya dapat dikenali dan perannya bisa saya ingat. Secara keseluruhan tokoh-tokoh di novel ini berhasil dihidupkan dengan baik dan berkarakter kuat.


Alur cerita yang digunakan penulis adalah campuran maju dan mundur. Pilihan alur ini memang harus dilakukan, terutama alur mundur untuk menerangkan cerita ketika Keiko masih hidup. Dan gaya bercerita penulis terasa sangat lembut, adem, tapi menghanyutkan. Yang cukup mengagetkan, penulis mampu pula menjabarkan adegan seksual dengan kalimat singkat tapi cukup jelas untuk dibayangkan. Uh, apalagi lumayan banyak bagian cerita yang membahas soal ini.

Terlepas dari konfliknya yang runcing dan sensitif, saya menangkap pelajaran lain dari novel ini yaitu tidak pernah rugi menjadi orang baik, apapun takdir kita nantinya. Tokoh Ren ini kelihatannya cukup baik.

Oya, judul Rainbirds ini saya belum paham apa kaitannya dengan kisahnya. Tapi memang kata ini sempat dibahas pada halaman 387 mengenai sebutan Rainbird untuk buruk kukuk atau burung hujan. Mereka akan berkicau sebelum hujan. Dan kemudian disusul kalimat, "Sejauh apa pun pergi, mereka selalu pulang." Atau jangan-jangan ini membahas soal kepulangan ke kematian? Tapi mungkin juga soal kepulangan Ren kembali ke Tokyo setelah 6 bulan ia lewati di kota kecil Akakawa menelusuri jejak kakak perempuannya.

Setelah selesai membaca novel ini, saya jadi tidak sabar untuk membaca novel penulis berikutnya yang berjudul The perfect World of Miwako Sumida. Tokoh Miwako Sumida ini sempat disinggung di novel ini sebagai seorang gadis, ketua OSIS, yang sempat tidur dengan Ren. Saya penasaran akan dibahas apa di novel itu.

Untuk pengalaman membaca yang menyenangkan ini saya ingin memberikan nilai 5/5 bintang. Novel yang cukup padat, mengesankan, dan membuka pandangan hidup.


Berikut beberapa kutipan yang saya tandai:

  • ...kesedihan itu sendiri tak akan menyakiti siapa pun. Hal-hal yang kaulakukan ketika sedang sedihlah yang bisa menyakitimu dan orang-orang di sekitarmu. - hal.125
  • ...saya sudah belajar untuk tidak memedulikan pendapat orang lain. Kita tak mungkin menyenangkan semua orang. - hal.140
  • Kenalan adalah orang yang kita kenal, tapi teman adalah orang yang bisa kita andalkan. - hal. 167
  • Jika kita saling mencintai, segalanya bisa diselesaikan dengan permintaan maaf sederhana. Tapi jika tidak, hubungan akan sulit dipertahankan. - hal. 213

Nah, sekian ulasan dari saya. Terkahir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.




Oktober 21, 2022

[Buku] Ayat-Ayat Mantan - Asef Saeful Anwar


Judul:
Ayat-Ayat Mantan

Penulis: Asef Saeful Anwar

Penyunting: Ipank Pamungkas

Ilustrasi sampul: Hannan Hafizh Rizq

Terbit: 2022, cetakan pertama

Penerbit: Shira Media

Tebal: xiv + 94 hlm.

ISBN: 9786027760592

Apabila engkau

Menemukan cinta baru

Nyanyikanlah bait ini

Setiap pagi;

"Bangun tidur kuterus rindu

Tidak lupa mengingat kamu

Habis mandi kutolong ibu

Membawakan calon menantu"

***

Resensi

Buku ini tipis dan memiliki label sebagai buku Self-Improvement. Nah, saya langsung bingung, sebab di dalamnya berisi puisi-puisi atau prosa. Ini bisa dilihat dari penggalan-penggalan kalimat yang disusun bak puisi dengan membubuhkan judul pada setiap bagiannya.

Menepiskan dulu kebingungan soal hubungan label dan bentuknya, saya akui kalau buku ini asyik dibaca ketika suntuk. Pasalnya, sesuai judul bukunya, isi dari puisi-puisi di dalamnya memang menceritakan semua hal soal mantan. Rasanya hampir semua hal yang berhubungan dengan mantan dibahas. 

Seperti status mantan dan efeknya akan kita temukan pada puisi pertama berjudul Hakikat Mantan. Di situ disinggung soal apa reaksi kita saat nama mantan disebut dan penulis membaginya menjadi tiga: Mantan akan membuat kita marah tanpa alasan, mantan akan membuat kita berpura-pura tak kenal, atau mantan akan membuat kita masih merasakan sisa debaran di dalam dada. 


Membaca 41 puisi soal mantan kita akan mendapatkan pandangan baru mengenainya. Kita akan diberikan solusi ala penulis dalam menghadapi dan menyikapi mantan. 

Contohnya ketika kita mendapatkan undangan mantan apa yang harus dilakukan. Pada puisi Menghadiri Pernikahan diberikan dua opsi jika kita diposisi demikian. Pertama, jika masih belum cukup ikhlas, cukup sampaikan saja pesan ucapan selamat dan turut berbahagia. Kedua, kalau sudah berdamai dengan perasaanmu, silakan datang menghadiri. Di situ ditegaskan, "Sesungguhnya mantan paling lemah merengek minta balikan, mantan paling kuat datang ke pernikahan."

Contoh lain yaitu ketika teman kita menyukai mantan kita, mesti bersikap bagaimana kita? Ini pun dijelaskan penulis dalam puisi yang berjudul Ketika Teman Bertanya Tentang Mantan, kalau perasaan suka tidak bisa dicegah. Bisa jadi temanmu selama ini mendoakan hubunganmu bersama mantan dengan mengesampingkan perasaannya. Maka biarkan mereka berbahagia. kecuali jika temanmu pengkianat, bolehlah ditonjok sekali, sekali saja jangan lebih dari itu.

Masih banyak sisi soal mantan yang disampaikan penulis di puisinya. Kalian bisa membacanya dalam buku ini dan menurut saya cukup mengena pesan yang ingin disampaikan penulis. Kalau pun saat ini tidak dalam kondisi sedang ingat mantan atau sudah move on dari mantan, buku ini bagus untuk bernostalgia ke momen ketika awal-awal putus dulu. 

Ah, kadang kumerasa bego dulu sampai bucinnya kebangetan. Bisa jadi kita akan komentar demikian


Kovernya yang berwarna merah darah memang mencolok. Ditambah ilustrasi sampul ala kitab-kitab membuat buku ini jadi kelihatan sakral dan kaku. Bagi saya tidak cukup menarik. Saya berharapnya mendapatkan kover yang lebih lembut dan sedikit penghiburan. Berandai-andai saja, akan bagus kalau kovernya berupa foto pemandangan atau ilustrasi lukisan yang berwarna-warni pada backround putih. Duh, pasti pembaca akan banyak yang naksir bukunya.

Terlepas dari kovernya, isi buku ini lebih menarik sih. Dan saya senang membaca puisi-puisinya. Makanya saya memberikan nilai 4/5. Buku ini bisa juga untuk memantik semangat membaca setelah cukup lama kesulitan menuntaskan satu judul. Alasannya selain bukunya tipis, temanya pun terbilang ringan.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


Oktober 08, 2022

[Buku] Penaka - Altami N. D.


Judul:
Penaka

Penulis: Altami N. D.

Penyunting: Nonie Pahmi

Perancang sampul: Orkha Creative

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: September 2022

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9786020664125


Pernikahannya memang baru berumur dua tahun, tapi Sofia sudah mau menyerah saja. Suaminya tidak hanya kecanduan game online, tapi juga super berantakan. Laksana bahkan beberapa kali membahayakan anak mereka tanpa sadar. Ngawur!

Karena tidak mau terjebak lebih lama, Sofia minta cerai. Ia bertekad mewujudkan impiannya agar tidak lagi merasa ketinggalan dari orang-orang di sekelilingnya. Namun, sehari setelah berikrar siap menjadi single parent, Sofia terbangun dan menyadari dirinya berubah menjadi... botol minum!

Sofia panik. Situasi yang menyebabkan ia tiba-tiba berubah menjadi kucing, anjing, atau orang asing ini membingungkan. Apalagi ketika ia menemukan rahasia-rahasia tak terduga dari orang-orang terdekatnya.

Lalu, bagaimana dengan rencana-rencana hidupnya? Bagaimana nasib anak semata wayangnya yang masih balita? Sofia harus segera menemukan cara untuk bisa kembali ke wujud asalnya.

***

Sinopsis

Novel ini menceritakan pasangan suami istri bernama Sofia dan Laksana yang sudah memiliki anak perempuan berusia dua tahunan, Raisa. Hubungan suami istri ini sedang diuji lantaran sikap keduanya yang tidak sesuai dengan keinginan masing-masing. 

Sofia kesal bukan main saat suaminya di rumah disibukkan dengan main game dan bukan membantunya menjaga Raisa. Dia merasa sudah capek mengurus rumah dan anak sampai-sampai ia kesulitan untuk makan dan mandi. Sofia berharap Laksana bisa diajak gantian. Belum lagi hal remeh lainnya yang dilakukan Laksana yang membikin Sofia naik darah.

Dan Laksana geram karena Sofia selalu ribut dan cerewet tanpa lihat kondisinya yang capek sepulang kerja. Ia merasa segala hal dikomentari. Nadanya ketika diajak bicara selalu ngotot.

Suatu malam, Raisa yang sedang dititipkan kepada Laksana karena Sofia harus ke toilet, terluka akibat terbentur pojok meja. Laksana lalai karena ia sibuk main game. Kejadian ini men-trigger Sofia untuk meminta cerai.

Pada pagi harinya, Sofia kaget karena ia berubah jadi botol minum. Ia melihat kelanjutan hidupnya dari sosok Sofia lain yang sesuai keinginannya selama ini. Perceraian itu pun disetujui Laksana. Pagi berikutnya Sofia menjadi kucing, dan seterusnya, setiap ia bangun tidur, jiwanya berpindah-pindah menjadi banyak hal.

Bagaimana Sofia bisa kembali ke wujud aslinya? Dan apa kabar dengan perceraian mereka? Bagaimana nasib Raisa kalau mereka bercerai?

***


Resensi

Karena judulnya unik, saya mencari artinya di KBBI. Di situ diterangkan artinya kalau Penaka adalah sebagai; seperti; seolah-olah. Saya menyimpulkan sendiri hubungan judul novel ini dengan isi ceritanya, kurang lebih begini: Kita bisa melihat semuanya jika kita berperan sebagai sesuatu.

Novel ini punya label Metropop tapi tema yang diangkat adalah tema domestik rumah tangga. Kita diajak menyelami keluarga kecil yang baru berjalan dua tahunan, melihat konflik yang biasa muncul ketika suami istri memiliki anak kecil. Saya bisa mengerti kemarahan Sofia saat Laksana keranjingan main game. Saya tidak setuju dengan siapa pun yang mengabaikan prioritas karena game walau dalam novel ini sebenarnya ada alasan masuk akal kenapa Laksana begitu. Pada bagian ini saya ikutan kesal membaca sikap Laksana saat menghadapi Sofia yang marah-marah karena ia melakukan pembenaran tanpa menyampaikan alasannya.

Intinya adalah dalam berumah tangga perlu dibuka ruang berdiskusi selebar-lebarnya. Jangan ada yang dipendam, jangan ada yang ditutupi. Sebab kalau tidak terus terang, siapa pun akan bermain asumsi. Dan jika dilanjutkan akan bermuara pada kesalahpahaman. Jika masih dianggap remeh kondisinya, saya yakin pasangan ini akan membuat keputusan gegabah.

Yang menyegarkan dalam novel ini, ide mengubah tokoh Sofia dan Laksana menjadi bentuk lain (botol minum, anjing, burung, nenek, kakek, remaja SMA, penjaga kasir minimarket) agar mereka melihat kehidupan mereka dari sisi lain, jadi cara ampuh yang bagus. Ini pukulan telak bagi pembaca agar tidak gegabah, tidak menghakimi, tidak menduga-duga, sebab setiap orang membuat keputusan pasti memiliki dasar dan alasan. Yang dibutuhkan oleh kita adalah menilai alasan dan dasar itu sudah baik atau belum.

Mengikuti perubahan bentuk Sofia dan Laksana menjadi hal seru seperti berpetualang. Kita sebagai pembaca akan dibikin penasaran mereka akan berubah jadi apa dan apa yang akan mereka lihat. Karena jadi botol minum, Sofia akhirnya tahu bagaimana Laksana di perjalanan berangkat dan pusingnya saat kerja di kantor. Karena jadi teplon, Laksana jadi tahu bagaimana Sofia sibuk dan lelahnya mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Sudut pandang lain akan menghasilkan pemahaman yang lain. Yang paling lucu saat Laksana jadi perempuan yang sedang mens, ia kebingungan mengganti pembalut, hehe.


Gaya bahasa penulis sangat renyah dan lincah. Tidak banyak bertele-tele dan runut. Dan penggunaan dua tokoh yang sama untuk satu adegan dibedakan salah satunya dengan tulisan miring. Ini membantu sekali pembaca memahami narasi jiwa tokoh utama dan peran tokoh utama. 

Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari novel ini, terutama kalau kita membahas keluarga. Yang paling vokal tentu saja soal komunikasi anggota keluarga yang harus dijaga. Pelajaran lain yang mengena buat saya ketika dibahas soal keuangan dan gaya hidup. Ini penting juga diketahui oleh siapa pun, tidak melulu yang sudah nikah. Kalau kita memahami hikmah cerita di novel ini, saya yakin itu bisa jadi bekal untuk diri sendiri dan untuk kelak ketika berumah tangga.

Saya juga suka dengan penokohan yang ada. Perubahan karakter ketika mereka awal menikah, setelah menikah, saat konflik, dan saat semua mulai menyadari kekeliruan, digambarkan dengan baik oleh penulis. Ending ceritanya mampu membuat hati saya menghangat. Dan yang pasti, kita akan diajak untuk menjadi lebih dewasa, baik bersikap atau pun bertindak. 

Gradasi emosi yang disajikan dalam cerita di novel ini berwarna. Pembaca akan dibikin kesal di awal, diajak seru-seruan di tengah, lalu kita akan dibuat tumbuh lebih besar di akhir cerita. Novel ini menyegarkan dan memberi makna lebih. Meski terbilang tipis, buat saya novel ini bernilai tebal.


Beberapa kutipan yang menarik buat saya sebagai berikut:

  • Mereka yang berhasil mengendalikan diri dan terbiasa dengan kebaikan, niscaya akan berpikir dan berperilaku terpuji juga dalam kesehariannya. (hal. 14)
  • Rumah itu soal rasa, tempat penghuninya berbagi rasa sama-sama. (hal. 32)
  • Kesempatan itu momen, tidak datang dua kali. (hal. 50)
  • Manusia sering kali baru menyadari betapa berharganya sebuah kesempatan jika tidak lagi bisa mendapatkannya dengan cuma-cuma. (hal. 194)
  • Terkadang hal yang kita inginkan bukan hal yang kita butuhkan. (hal. 204)
  • Sesuatu yang dimulai dengan nggak baik itu seperti bom waktu, tinggal nunggu meledaknya. (hal. 209)

Untuk kovernya yang didominasi warna orange cukup bikin menarik. Gambar ketiga karakter inti yang berada di depan pintu saling melingkar cukup menggambarkan isi cerita tentang keluarga. Enggak pernah kecewa sih sama pilihan sampul penerbit satu ini. Variatif.

Keseluruhan cerita novel Penaka ini menarik dan unik. Ditambah konflik yang relate dengan banyak orang, novel ini akan sangat berharga dibaca oleh mereka. Saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca. Yakin dah, banyak hal baik yang akan didapatkan. Dan saya memberikan nilai 4/5 bintang untuk novel ini.

Sekian ulasan saya, terakhir, terus jaga kesehatan dan jangan lupa baca buku!