Juli 13, 2025

Komik Solanin - Inio Asano

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Solanin

Komikus: Inio Asano

Penerjemah: Ayu Arsandhi Patty

Grafis: Heru Lesmana

Penerbit: M&C

Terbit: 2024, cetakan kedua

Tebal: 476 hlm. 

ISBN: 9786230310966

Tag: komik, dewasa, passion, musik, band



Meiko Inoue dan Naruo Taneda adalah pasangan kekasih yang tinggal bersama. Keduanya berhenti bekerja dan menggantungkan hidup pada impian band yang sekarang dijalani Taneda bersama temannya; Kato dan Yamada.

Hidup yang tidak bernilai, tanpa arah, dan perlahan-lahan terpuruk membuat hubungan Meiko dan Taneda penuh pikiran dan ketakutan. Hingga suatu hari Taneda menghilang dan membuat Meiko galau. Walau banyak kekurangan, kehilangan Taneda sudah seperti kehilangan daya hidup. 

Saat Taneda memberi kabar lagi, justru itu momen terakhirnya. Kecelakaan membuatnya meninggalkan impian band yang tetap jadi impian dan meninggalkan Meiko yang mendekap kehilangan.

Pertemuan dengan ayahnya Taneda, memunculkan gairah hidup lagi. Tujuan Meiko adalah melanjutkan hidup tanpa perlu menghapus kenangan Taneda. Ia memutuskan bergabung dengan band teman-teman Taneda.

***



Membaca komik Solanin seperti mengingatkan kepada kegagalan hidup saya sendiri. Karena terlalu berleha-leha dan bergantung pada impian-impian yang ketinggian akhirnya banyak yang enggak tercapai. Saya ketinggalan dibandingkan teman-teman sepantaran.

Pedih banget pas baca bagian Mieko dan Taneda yang mengakui kalau mereka gagal menjalani hidup. Ketika pengen berubah pun terasa sulit karena sudah ketinggalan jauh. Komik Solanin ini sukses memotret kehidupan menjadi dewasa yang enggak mudah, banyak hal harus diperjuangkan dan dikorbankan.

Punya impian itu sah saja. Tapi saat kita sudah dewasa, yang paling utama adalah bagaimana hidup yang baik. Jangan menganggur karena apa-apa butuh biaya. Terasa banget efek menganggur bagi hidup Mieko dan Taneda sampai mereka harus menghitung-hitung waktu mau bayar listrik dan memperbaiki AC yang mati.

Patah hati yang dialami Mieko pas Taneda menghilang juga sangat menyayat hati. Apalagi pas Taneda meninggal, sumpah rasanya sesak banget baca narasinya. Yang biasanya apa-apa berdua, ngobrol apa aja, bercanda receh, dan dalam waktu sekejap harus kehilangan momen itu, rasanya kayak ada yang dicabut dari dada. Saya bisa bersimpati karena saya pernah mengalaminya. Patah hati paling dalam saat orang tersayang kita sudah tidak bersama kita lagi. Dan butuh waktu lama untuk menerima kenyataan kehilangan itu.

Dan di sini kita tidak hanya dikasih lihat kehidupan pasangan Mieko dan Taneda saja. Kita juga dikasih tahu apa pergulatan hidup orang-orang di sekitarnya seperti Kato yang jadi mahasiswa abadi dan Yamada yang diam-diam menyimpan perasaan kepada Mieko tapi memilih menghormati Taneda.

Ceritanya berwarna dan banyak banget bagian yang relate dengan kita. Siap-siap saja tersindir dan diajak merenung soal kehidupan.




Karakter favorit saya adalah Yamada. Walau orangnya ketuaan dan kadang tingkahnya kekanakan, tapi dia tipikal yang berpikiran dewasa. Cukup realistis memandang hidup dan asmara. Saya kira Mieko bakal jadi pasnagan Yamada tapi di akhir buku kayaknya bukan Yamada.

Secara keseluruhan saya sangat menikmati membaca komik dewasa ini. Dewasanya bukan mesum ya tapi sisi karakternya. Bukan sekadar hiburan saja tapi jadi perenungan juga. Dan harus diakui, selesai baca pun meninggalkan rasa perih yang agak lama di dada. Kayak getir gitu.

Komik ini sangat saya rekomendasikan untuk pembaca yang mulai masuk ke kejamnya hidup setelah lulus kuliah. Sebelum kalian terjerat kemalasan dan berujung penyesalan, lebih baik belajar bahkan dari sebuah komik.

Nah, sekian ulasan saya untuk komik Solanin ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juli 09, 2025

Resensi Novel The Wild Robot: Sang Robot Liar - Peter Brown

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: The Wild Robot: Sang Robot Liar

Penulis & ilustrasi : Peter Brown

Penerjemah: Maria Lubis

Penerbit: Noura Kids

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: 300 hlm.

ISBN: 9786238094752

Tag: buku anak, robot, petualangan, hewan



Novel The Wild Robot menceritakan robot bernama ROZZUM unit 7134 yang terdampar di sebuah pulau setelah kapal kargo yang membawanya tenggelam di laut. Dia kemudian bertemu banyak hewan dan mesti beradaptasi dengan kondisi pulau yang baru pertama kali ia ketahui.

Satu kejadian bebatuan yang menewaskan keluarga angsa dan menyisakan satu telur memaksa Roz bertanggung jawab. Ia kemudian mengambil peran sebagai induk bagi anak angsa yang diberi nama Brightbill.

Momen perpisahan Roz dengan Brightbill yang sudah remaja tak terelakan karena angsa terbiasa melakukan migrasi menjelang musim dingin. Tanpa anaknya, Roz tidak merasa kesepian sebab di tengah musim salju yang ganas, ia justru melakukan hal besar untuk membantu teman-temannya.

Situasi memanas saat pulau kedatangan robot lain dengan kode RECO yang akan membawa semua robot jenis ROZZUM ke pembuatnya. Pertarungan antara robot dan hewan-hewan di pulau itu terjadi sangat seru. Tiga robot RECO dikalahkan tapi itu akan membawa banyak robot lain ke pulau itu. Keputusan sekaligus pengorbanan besar diambil Roz untuk menyelamatkan penguni pulau. Sedih tapi ini demi kebaikan banyak nyawa.

***


Ide ceritanya sangat menarik, dua hal bertentangan antara robot dengan kecanggihannya harus berpetualang di alam liar yang sangat konvensional dan sangar dasar. Ada gap besar dan menariknya kita diajak mengikuti bagaimana Roz beradaptasi dengan geografis, cuaca, dan hewan-hewan penghuni pulau. Proses yang tidak mudah, beberapa kejadian yang dialami Roz malah merusak bagian-bagian robot dan itu cukup memprihatinkan.

Konflik besar diwakilkan oleh pergulatan dan perjuangan Roz menjadi sosok induk untuk anak angsa bernama Brightbill. Robot punya program terstruktur, tidak mempunyai emosi natural, dan pengetahuannya terbilang kontekstual, menimbulkan kegugupan saat mengurus anak angsa yang punya naluri hewannya sendiri. Beruntung Roz dikelilingi banyak teman yang membantunya dengan banyak saran logis. Dan hubungan induk-anak ini yang paling banyak menyedot simpati saya. Penulis memotret kalau peran orang tua, terutama menjadi ibu, bukan peran gampang. 

Alasan kenapa Roz dibantu banyak hewan lainnya karena Roz juga selalu membantu yang lain. Karma baik akan berbalik baik. Bahkan pengorbanan besar yang dipilih Roz di akhir buku pun berdasarkan untuk kebaikan semua hewan di pulau itu. Roz paham kalau peperangan menimbulkan banyak kerugian, termasuk bisa membunuh hewan-hewan. Dan jika solusinya harus mengorbankan dirinya, Roz memilih jalan itu meski ia tidak tahu akan seperti apa hasil dari keputusannya.

Nilai moral paling kuat yang disampaikan novel ini yaitu kesadaran untuk saling membantu. Sekecil apa pun bantuan yang diberikan, percayalah, akan ada kebaikan lain yang bakal membantu kita di kesempatan lain.

Walau pun novel ini terbilang tebal, tapi menarik sekali karena di dalamnya ada ilustrasi-ilustrasi yang ampuh menjadi jeda. Setiap babnya pun disusun dengan pendek-pendek sehingga cepat selesai bacanya. Penerjemahannya mudah dipahami.


Sebelum membaca novel ini, saya pernah menonton filmnya lebih dahulu. Kalau dibandingkan, lebih seru filmnya. Dalam film lebih berhasil menghidupkan ceritanya dengan menonjolkan warna-warna alam liar, memperjelas konflik-konflik dengan hewan-hewan, dan momen pertempuran pun rasanya lebih epik. Karena di bukunya berupa bab pendek-pendek menajdikan narasinya kurang detail dan kurang emosional. Bahkan bentuk robotnya pun berbeda antara film dan buku. Kalau di buku kepalanya agak kotak sedangkan di filmnya bulat dan lebih detail.

Secara keseluruhan, novel The Wild Robot cukup menarik diikuti. Novelnya mempunyai pesan moral yang jelas dan ceritanya cukup ringan jika ingin dibacakan untuk anak-anak. Dan ternyata buku ini adalah buku pertamanya. Petualangan Roz masih berlanjut. Saya penasaran dengan nasib Roz dan kira-kira bagaimana dia bisa kembali kepada teman-temannya. 

Nah, sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juli 03, 2025

Resensi Novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta - Mikhael N. Naibaho

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Utang Dan Sampah Sesudah Pesta

Penulis: Mikhael N. Naibaho

Editor: Afrianty P. Pardede

Desain sampul: Gofar Amar

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: Juni 2025

Tebal: viii + 192 hlm.

ISBN: 9786230071027

Tag: batak, bapak, keluarga, adat


Novel ini membahas soal keresahan Tona sebagai kepala keluarga yang tidak ingin dua anaknya menjadi budak. Pikiran ini muncul gara-gara Orang Asing yang datang ke Siborongborong mengucapkannya. Sejak itu pikiran Tona berlarian dan ia mendapatkan banyak wawasan baru.

Dia jadi pemikir yang beda dengan kebanyakan orang. Koyai, istrinya, sangat terkejut. Selalu ada beda pendapat. Tona berpikiran mendalam, Koyai belum cukup mampu memahami. Perdebatan kadang selalu muncul dan bisa kapan pun meledak.

Ide besarnya adalah bagaimana seorang Tona membawa perubahan kepada masyarakat Batak agar mereka sadar kalau kemiskinan mereka dibikin oleh keputusan sendiri. Isu paling disorot tentang pesta pernikahan yang dibiayai dengan hutang akibat permintaan sinamot yang mahal. Awal mula kemiskinan itu datang ya karena memaksakan diri, padahal adat aslinya tidak menuntut dengan perayaan besar. Ditambah paham masyarakat tentang 'banyak anak banyak rejeki' yang justru melanggengkan kemiskinan secara turun temurun.

Tapi jika melawan arus adat, tahu sendiri tekanannya seperti apa. Beruntung Tona memiliki kawan yang berpikiran terbuka seperti Gokma. Kawannya ini pemilik Buku Lapo, yang kemudian dijadikan tempat berdiskusi soal apa pun, paling sering membahas soal pemerintah yang belum becus mengatur negara.

Saya suka ceritanya karena sudut pandangnya menggunakan pria yang sudah jadi kepala keluarga. Di tengah tuntutan menafkahi keluarga, Tona justru dibuat pusing dengan semangatnya memperbaiki diri dan keluarga. Dan novel ini tidak menyodorkan keserbamudahan karena Tona yang berubah malah menimbulkan banyak masalah. Satu momen dia membikin istrianya marah dan Koyai pulang ke rumah orang tuanya. Makin sedih hati Tona karena kekeliruannya.

Banyak isu negara yang disinggung. Tapi banyak juga pelajaran soal keluarga yang disodorkan. Yang paling mengena itu soal pentingnya kematangan seseorang sebelum memutuskan menikah. Dan benar juga kalau pelajaran setelah menikah itu jarang diberikan, kebanyakan hanya membahas soal pentingnya melaksanakan pernikahan. Padahal kehidupan setelah pernikahan justru lebih dinamis dan menantang.

Tona dan Koyai adalah pasangan suami istri yang romantis dengan kadar pas. Naik turun hubungan mereka sebagai pasangan dan orang tua untuk kedua anaknya sangat menggemaskan. Kadang bikin kesal, lebih banyak bikin saya mesem-mesem. Mereka punya pikiran yang polos meski berusaha lebih cerdas agar keluarga mereka naik taraf.

Ada fenomena joget-joget yang disinggung di sini. Pilihan masyarakat kampung untuk mendapatkan uang lebih cepat dan mudah tapi tetap berdampingan dengan resiko pengabaian kepada keluarga. Efeknya angka perceraian naik. Kekinian banget isu yang dibawakan.

Penggalan cerita yang mengesankan saya adalah keberhasilan Tona mendirikan rumah di tanah yang dibeli sendiri dan dia persembahkan kepada istrinya, Koyai. Benar-benar mengharukan. Apalagi jika mengingat kalau mereka harus keluar dari kontrakan yang sudah lama mereka tempati. Dari sini saya belajar kalau jadi laki-laki harus bekerja keras untuk keluarga. Contohnya Tona, dia melakukan beberapa pekerjaan dan terus mengasah ilmu pertukangannya demi mewujudkan impian memiliki rumah sendiri walau sederhana. Jangan malas dan jangan gampang menyerah dengan keadaan.

Secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Konflik yang dibawa sangat dekat dengan kita. Menampilkan tokoh-tokoh yang berasal dari masyarakat biasa. Dan walau banyak sindiran kepada pemerintah, ceritanya dibikin ringan. Beberapa bagian malah bikin saya ketawa.

Nah sekian kesan saya setelah membaca novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

***

Kutipan-Kutipan

  • Langkah pertama memang selalu berat (p.6)
  • Pernikahan hanya topeng untuk menormalisasi perbudakan (p.7)
  • Semua yang berlebihan selalu membawa kerusakan (p.13)
  • Hidup bukan tentang seberapa banyak uangmu, tapi bagaimana nasibmu yang telah tertulis (p.14)
  • Ini yang kukatakan sebelum kau menikah. Kau harus mempersiapkan mental, pemikiran dan iman (p.23)
  • Orang-orang kota sekarang ingin hidup di desa, kita ingin hidup seperti orang kota. Itu yang membuat hidup terasa berat (p.28)
  • Rezeki itu gabungan dari kerja keras, kecerdasan, dan keberanian (p.31)
  • Kejahatan di sekitar kita terjadi karena tidak adanya kepedulian (p.37)
  • Kalau kau yakin, lakukan. Kalau kau ragu, lupakan. Jangan lama-lama terlarut, masih banyak mimpi yang bisa kau wujudkan jadi kenyataan (p.41)
  • Pemikiran bagus itu harus diikuti sikap yang optimis (p.46)
  • Jika kebahagiaanku diukur dengan punya uang, maka seumur hidup aku tidak akan bahagia (p.63)
  • Perjalanan hidup mengajarkanku, ada yang harus direlakan hilang dan ada yang harus dipertahankan mati-matian (p.96)
  • Pikiranmu menentukan apa yang kau bicarakan, yang kau bicarakan membentuk sikapmu, sikapmu membentuk karaktermu, dan karaktermu menentukan nasibmu (p.104)
  • Ada kemudahan, ada kesulitan. Berjalanlah. Sesekali berhenti. Sesekali mundur, tapi jangan ubah tujuan hanya karena merasa tidak mampu. Ubah tujuan, jika memang untuk ditingkatkan. Jangan menurunkan standar (p.107)
  • Bunuh diri dan berbuat jahat pada manusia lain adalah kesalahan berpikir (p.112)
  • Cara terbaik bagi orang miskin untuk bertahan hidup adalah menyadari dia miskin dan tidak bertindak seperti orang kaya. Tidak perlu berutang untuk hidup seperti orang yang berpunya. Jalani hidup apa adanya (p.113)
  • Jika uang memang bisa mengatur segalanya, maka orang yang tidak kompeten mengatur masyarakat, akan bisa menjadi pejabat sebab ia dapat posisi karena banyak uang (p.140)
  • Kalau mau kayak, usahakan kekayaan. Jangan cari kekayaan, tapi mau bijak juga. Akhirnya nanti satu pun nggak dapat (p.145)
  • Jika hanya bekerja keras tanpa ada rencana dan strategi, itu akan sia-sia atau hasilnya jauh di bawah harapan (p.146)
  • Atas nama mengikuti zaman, kami dengan cepat mengubah budaya. Melakukan improvisasi. Yang semakin hari, bergerak semakin jauh. Adat sepertinya telah kehilangan esensinya (p.171)
  • Semakin banyak pengetahuan, akan semakin banyak kesedihan (p.173)
  • Setiap orang memiliki perjuangan hidup masing-masing. Nilai perjuangan hidup seseorang berbeda dengan orang lain. Tidak ada tolok ukur yang valid untuk perjuangan itu dan tak bisa digeneralisir (p.184)
  • Hidup mengikuti pendapat orang banyak, itulah yang membuat kami miskin lintas generasi (p.184)

Juni 29, 2025

Resensi Buku Anak Poupelle Of Chimney Town - Akihiro Nishino

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]

Judul: Poupelle Of Chimney Town

Penulis & ilustrator: Akihiro Nishino

Penerjemah: Hiroaki Kato, Arina Ephipania

Penerbit: Noura Books

Terbit: Mei 2023, cetakan kedua

Tebal: 90 hlm

ISBN: 9786232422902

Tag: cerobong asap, keluarga, ayah


Walau pun saya penikmat novel, tapi saya juga sangat suka buku anak. Selain tipis, buku anak juga kebanyakan punya cerita yang sederhana. Nilai moral yang disampaikan juga jelas sehingga memahaminya cukup mudah.

Kali ini saya baca buku anak bagus; baik secara fisik bukunya, juga secara ceritanya. 

Tentang Kota Cerobong Asap yang begitu suram. Warganya tidak bisa melihat langit saking pekatnya asap yang menaungi. Dan ada momen Tukang Paket yang menjatuhnya sebuah jantung di malam perayaan Hallowen, jatuh di tumpukan sampah, dan kemudian terbentuklah Manusia Sampah. 

Kehadirannya di kota itu menimbulkan keriuhan karena penampilannya yang buruk dan berbau busuk. Saat orang-orang menjauhinya, seorang anak laki-laki yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap bernama Lubicchi justru mendekatinya dan bersikap bersahabat. Lubicchi juga yang memberikan nama Poupelle kepada manusia sampah. 

Meski sudah dibersihkan, bau tubuh Poupelle tidak pernah hilang. Dan karena kedekatannya itu, Lubicchi jadi korban perundungan oleh anak-anak yang lain. Lubicchi memutuskan untuk menjauhinya. Menyedihkan sekali.







Secara garis besar ceritanya begitu sederhana. Ini tentang persahabatan tulus. Ketika Poupelle dan Lubicchi berjauhan pun, perasaan tulus itu tidak luntur. Ditambah dengan menggabungkan persahabatan dan memori kepada seorang ayah yang sudah meninggal, makin-makin menjadi keharuan kisahnya.

Momen paling menohok itu ketika Poupelle menyerahkan nyawanya kepada Lubicchi sebagai sebuah pengorbanan. Duh, beneran rasanya seperti ditonjok di ulu hati. Meski sudah dijauhi, Poupelle masih menyimpan rasa persahabatan mereka. Dan menariknya, momen itu dilakukan di suasana yang super indah. 

Kesederhanaan ceritanya memang tidak bisa diurai panjang-panjang di sini. Selain itu, ilustrasinya begitu menawan dan detailnya menarik. Ini tipikal buku anak yang saya suka, gambarnya penuh warna dan teksnya tidak banyak.

Dari kisah Poupelle dan Lubicchi kita bisa kembali mengingat persahabatan tulus yang mana yang masih kita punya hingga hari ini. Terutama untuk pembaca dewasa. Jangan-jangan kita jauh dari yang namanya 'ketulusan'.

Nah, sekian ulasan buku anak Poupelle Of Chimney Town ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juni 25, 2025

Resensi Novel The King Of Torts (Ganti Rugi) - John Grisham

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: The King Of Torts (Ganti Rugi)

Penulis: John Grisham

Penerjemah: Hidayat Saleh

Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2004, cetakan kedua

Tebal: 544 hlm.

ISBN: 9792206760

Tag: hukum, sidang, pengacara


Dari dulu sudah pengen baca novel dari penulis John Grisham karena yang saya tahu temanya kebanyakan soal hukum dan kriminal. Koleksi saya baru dua buku, selain yang ini, ada judul lain yaitu The Confession (Pengakuan). Saya pilih novel ini jadi perkenalan karya beliau karena enggak setebal yang satunya, dan ukuran buku ini lebih kecil dibandingkan ukuran novel pada umumnya.

Ide cerita novel ini tentang pengacara Kantor Pembela Umum bernama Clay Carter yang hidupnya biasa saja, kemudian dia banting setir menjadi pengacara ganti rugi atas bujukan Max Pace dan dia berubah mendadak jadi kaya raya.

Karena tema soal hukum dan pengacara, kita akan melihat dunia seorang pengacara menjalankan tugasnya. Salah satunya membantu gugatan klien. Di sini diperlihatkan strategi-strategi menangani kasus gugatan, melawan pengacara lain di persidangan, dan proses mengumpulkan fakta-fakta agar kasusnya jadi terang benderang.

Kebusukan pengacara pun dijabarkan jelas, apalagi jika jadi pengacara ganti rugi. Mereka menyasar perusahaan yang mempunyai produk jelek dan merugikan konsumen. Dimulai dari mengumpulkan konsumen yang dirugikan pemakaian produk, ditelaah efek jeleknya oleh tenaga ahli, dan setelah divaliditas keterhubungan antara produk dan efek sampingnya, pengacara-pengacara ini mendampingi konsumen tadi menggugat perusahaan tersebut.

Sebagai perusahaan, gugatan pengacara ini bakal menimbulkan banyak kerugian. Citra perusahaan dipertaruhkan dan jika sampai ke persidangan bisa menjadi kasus pidana. Makanya para pengacara mempunyai opsi penyelesaian tanpa sidang, dengan membayarkan ganti rugi. Jumlah uang yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap penggugat akan dipotong sebagian sebagai jasa pengacara. Jika penggugat sampai ratusan bahkan ribuan, jumlah uang yang didapat juga makin banyak.

Sekilas posisi pengacara ganti rugi sedang melindungi konsumen. Pada batas tertentu memang betul, tapi penyelesaian ganti rugi kadang jadi keputusan salah jika kerugian di masa depan lebih besar dibandingkan penggantian saat kasusnya diselesaikan.

Setelah tahu kasusnya, saya jadi berpikir, jangan-jangan di Indonesia pun banyak produk-produk buruk yang bisa dibawa ke pengadilan. Contohnya, dulu pernah ada obat sirup yang dinyatakan membahayakan kesehatan anak dan harusnya masyarakat yang pernah menggunakannya bisa menggugat ganti rugi karena penggunaannya pasti memengaruhi kesehatan. Sayangnya, kasus begini belum dijadikan kasus besar. Padahal gugatan begini bisa jadi momen perubahan besar bagi semua pihak sebelum produk dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat.

Selain tema hukum dan pengacara, cerita romansanya pun menarik. Clay dan Rebecca memiliki perbedaan status sosial. Orang tua Rebecca kadang mencampuri keputusan mereka. Patah hati enggak bisa dihindari saat Rebecca menikah dengan pria lain yang lebih mapan. Move on jadi babak baru yang butuh kerja keras.



Tokoh Clay Carter digambarkan manusiawi banget. Selain kegugupan dalam gaya hidup ketika dari pengacara biasa menjadi kaya raya, ambisi menunjukkan ego pun diperlihatkan Clay saat ia membayar model cantik yang ditunjukkan di pesta pernikahan Rebecca. Apa uang menyelesaikan masalah Clay? TIDAK! Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Clay tetap merasa kesepian.

Clay juga jadi contoh tokoh yang dikalahkan keserakahan. Sukses di dua kasus awal, ia dihantam karma buruk di kasus ketiga. Sejak awal Clay tahu ada yang tidak beres di kasus terbarunya tapi jumlah duit gede membutakan firasatnya itu. Dan BOMM, kasus ketiga menyeretnya pada keterpurukan. Miris sekali, apalagi saat beberapa orang di sekitarnya mencoba mencegah tapi tidak berhasil.

Hubungan Clay dengan ayahnya dan teman-temannya juga mengharukan. Saat sukses dan terpuruk mereka ada mendampingi. Kuncinya adalah karma baik dari kebaikan yang diberikan. Saat Clay di titik terendah karena butuh uang banyak, teman-temannya yang dulu pernah diberi bonus super gede, datang menawarkan memberi bantuan dari uang yang dulu juga. Percakapan yang bener-bener menyentuh hati.

Gaya bercerita di novel ini sangat baik. Detail, runut, tahu poin-poin mana yang harus digali lebih dalam, dan penggambaran yang tidak bertele-tele. Penokohan pun sangat menarik. Tidak ada yang digambarkan baik banget bak malaikat, melainkan diselipkan juga sisi abu-abu. Latar belakang tokoh utamanya pun cukup bulat dan lengkap. 

Kesimpulannya, saya sangat menikmati cerita dengan tema hukum, kriminal, dan pengacara. Dan saya makin tertarik membaca judul karya penulis lainnya. Walau tebal, tapi ceritanya memuaskan.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel The King Of Torts ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juni 14, 2025

[Intermeso] Bukan Resensi Tapi Jurnal Baca


Kali ini saya enggak menulis resensi buku tapi artikel intermeso yang sudah lama tidak saya buat. Untuk yang belum tahu artikel intermeso itu apa, saya ingatkan lagi ya, ini artikel bebukuan yang temanya random dan bebas. Biasanya berupa keresahan atau opini saya untuk hal tertentu yang rasanya pengen diutarakan atau dikomentari. Hitung-hitung bacaan ringan disela membaca dan mengulas buku.

Ada yang sadar nggak kalau header blog ini berubah pas awal tahun. Yup, jadi saya menambahkan kata 'jurnal blogger' pada logo blog ini. Itu semua ada latar belakangnya lho!

Masalah saya selama ini adalah kesulitan membuat resensi buku setiap menamatkan bacaan. Ini tuh jadi PR banget secara saya menganggap bacaan saya benar-benar tuntas kalau ulasannya sudah dipublikasikan. Ini membuat saya sulit lanjut baca buku berikutnya jika ulasan buku sebelumnya belum rampung. Tidak heran kalau dalam sebulan saya hanya sanggup menyelesaikan antara 2 sampai 4 buku saja. 

Format resensi buku sudah beberapa kali saya rubah dan coba tapi enggak cukup ampuh menyelesaikan masalahnya. Kerangka resensi buku seperti pakem yang susah ditinggalkan dan dalam beberapa kasus itu membikin saya molor membuat ulasan buku. Sering juga saya menghapus draft ulasan buku jika hasilnya tidak memuaskan. Berlarut-larut akhirnya merenggut waktu dan kenikmatan membaca buku.

Awal tahun ini momen itu datang dan saya memberanikan diri untuk bereksperimen lagi. Saya ingin menulis jurnal bloger untuk proses membaca buku. Sebut saja Jurnal Baca Tidak perlu pakem saklek, tidak perlu panjang, tidak perlu lengkap, dan sebebas-bebasnya. Semoga dengan tagline 'jurnal bloger' a.k.a. Jurnal Baca ini bakal membuat tulisan saya lebih terasa personal lagi.

Akhirnya saya balik lagi ke tujuan awal menulis ulasan buku; merekap bacaan yang sudah saya baca dan ditujukan untuk arsip pribadi. 

Sampai tulisan resensi novel Shogun Jilid 2 kemarin belum saya aplikasikan jurnal baca ini. Ke depannya saya akan coba melakukannya. Semoga dengan cara ini saya bisa menambah jumlah buku yang dibaca sehingga TBR saya bisa berkurang cepat. Saya bakal tenang beli buku baru kalau TBR saya berkurang banyak, hehe.