Oktober 03, 2023

Resensi Buku Komunikasi Bebas Konflik - Hiromi Yamasaki


Judul:
Komunikasi Bebas Konflik

Penulis: Hiromi Yamasaki

Penerjemah: Faisal

Editor: Tilarama

Desain sampul: Suprianto

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2020

Tebal: 145 hlm.

ISBN: 9786020633060

Buku ini membahas bagaimana melakukan komunikasi yang baik untuk menghindari konflik atau konfrontasi dengan orang lain. Tujuannya, selain mendapatkan ketentraman bersosialiasi, juga agar maksud pesan kita tersampaikan dengan tepat.

Lingkungan yang dibahas kebanyakan untuk dunia pekerjaan, tapi cara-cara di dalam buku ini bisa dipraktikkan juga di lingkungan lain seperti di keluarga atau di pergaulan.

Sebagai langkah awal, kita diminta untuk sadar kalau setiap orang memiliki pola berbeda-beda, baik pola tindakan, pola pikir, maupun pola emosi. Ada penekanan keharusan kita untuk paham pola sendiri agar kita tidak memaksakan standar/pola kita kepada orang lain. Sehingga ketika mau melakukan komunikasi, kita sudah lebih dulu paham kalau lawan kita memiliki keunikan sendiri. 


"Masa lalu dan orang lain tidak bisa diubah. Diri kita dan masa depanlah yang dapat diubah." (hal. 24)

Dengan mengetahui pola sehari-hari, kita bisa memilih pola yang berbeda saat diperlukan. (hal. 25)


Tips berikutnya adalah mengutamakan rasa tentram yaitu dengan mengakui eksistensi lawan. Maksudnya, kita harus bisa memanusiakan lawan komunikasi kita. Caranya bisa dengan melakukan sapaan yang ramah dan berterima kasih dengan tulus. 


Manusialah yang mematahkan semangat dan yang menumbuhkan semangat. (hal. 40)

Lawan tidak akan terlihat jika kita memiliki ketertarikan tapi tidak melibatkan diri. (hal. 43)


Lalu saran selanjutnya adalah menggunakan kelebihan sebagai kekuatan tim. Dalam group kita harus memastikan kalau goal yang akan dicapai dipahami semua anggota. Dan semuanya harus paham peran masing-masing dalam tim termasuk kelebihan masing-masing, sehingga ketika kondisi tidak lancar, kita tahu harus menekan tombol off pada pola dan peran siapa.

Sesekali pujilah rekan kita melalui bisikan yang disampaikan kepada rekan lain. Hal ini akan memberikan semangat karena eksistensinya diakui.

Selain melihat kelebihan, kita pun harus mengakui kelemahan sendiri. Dan jangan sungkan untuk meminta tolong kepada orang lain. 


Kegagalan yang dialami saat usaha semakin keras dilakukan kebanyakan disebabkan oleh hilangnya tujuan. (hal. 61)

Memang menyenangkan mendapatkan pujian langsung, tapi lebih menyenangkan lagi mengetahui ada seseorang yang menghargai diri kita di saat kita tidak ada. (hal. 65)

Ada kalanya menyatakan kelemahan diri kita secara terbuka dan meminta pertolongan akan lebih mudah membuahkan hasil. (hal. 70)



Membangun relasi akan memperluas kesempatan dan fakta ini memang pasti sudah diakui banyak orang. Tantangannya adalah asumsi negatif yang kita ciptakan sebelum bertindak, sampai akhirnya kita tidak melakukan apa yang ingin dilakukan. Ini masalah setiap orang kayaknya. Misalnya, kita mau menelepon seseorang untuk minta tolong tapi di otak kita sudah ada asumsi, 'Jangan-jangan dia lagi sibuk. Nanti malah mengganggu.' Ujung-ujungnya kita tidak jadi menelepon dan melewatkan kesempatan itu. Padahal, yang memiliki jawaban Ya dan Tidak adalah lawan komunikasi kita. Tetapi karena tidak melakukan tindakan tersebut, kita tidak pernah tahu jawaban Ya atau Tidak yang akan kita terima.

Dalam berkomunikasi, kita pasti akan mendapatkan komplain atau perbedaan pendapat. Dalam menghadapi situasi ini disarankan menggunakan hukum "Ya, dan." 

Maksudnya, ketika orang lain berbeda pendapat, apalagi sambil marah-marah, kita harus mengiyakan lebih dulu sampai apa yang disampaikannya selesai dan tuntas diutarakan. Setelahnya baru kita tambahkan dengan "dan" yang berisi opini kita. Ingat, sampaikan bahasa kita dengan cinta agar tidak menyulut api lagi. Jika kita berhasil melakukannya, bukan tidak mungkin pelanggan yang komplain dan marah-marah akan jadi pelanggan setia.


Berbagai kesempatan dan pekerjaan jauh lebih banyak datang dari orang-orang di sekitar kita daripada dari tempat yang jauh. (hal. 88)

Sepak terjang kitalah yang memperbaiki dan memperburuk hubungan kita dengan manusia lain. (hal. 98)


Tak kalah penting kita harus berteman dengan perasaan. Kita harus memegang kendali perasaan apa yang akan kita keluarkan. Dalam buku ini dicontohkan mengenai rasa marah. Di dalam kemarahan biasanya ada perasaan orisinalnya, antara pengharapan, kekhawatiran, atau kesedihan. Dan disarankan ketika kita marah, lebih baik keluarkan saja perasaan orisinalnya.

Menanggapi kegagalan, kita akan diberikan 3 cara agar bisa kembali bangkit:

  1. Mengakui kematian emosi
  2. Pertanyaan "kenapa?" di saat Gagal alah tidak baik
  3. Dalam hidup hanya ada berhasil atau belajar.

Untuk lebih jelasnya lebih baik langsung baca bukunya saja. 

Sebagai bab pamungkas, kita harus berteman dengan kondisi kita saat ini. Mungkin di masa lalu kita ingin menjadi X, tetapi saat ini kita menjadi O. Enggak apa-apa, kita tidak sendiri, banyak sekali yang mengalaminya. Yang perlu dilakukan adalah bersyukur. 


Bukankah hidup adalah mengubah 1% "hal yang tidak menyenangkan" menjadi 60% "hal yang disyukuri." (hal. 132)


Secara keseluruhan, membaca buku ini mempertajam soal bagaimana memanusiakan orang lain. Ada dua bagian yang membuat saya terkesan:

Pertama, kita harus enteng berterima kasih. Dan cara mengucapkan terima kasih harus dengan bahasa yang baik. Mengucapkan "terima kasih banyak" terdengar mudah tapi rasanya belum tentu tulus. Di buku ini diberi tahu kalimat yang lebih bermakna, misalnya dengan mengucapkan, "wah kalau enggak ada kamu saya enggak tau bisa selesai atau enggak."

Kedua, mengenai mengungkapkan rasa orisinal di balik kemarahan. Contoh di buku ini sangat mengharukan. Anak perempuan mengendap-endap keluar rumah di malam hari untuk bertukar jurnal harian dengan sahabatnya. Saat kembali ke rumah, ibunya sudah berdiri di ruang tamu. Harusnya si ibu marah dan mengatakan kalau anak perempuannya bengal. Tetapi karena tahu rasa orisinal di balik kemarahan itu, si ibu mengucapkan, "Syukurlah kamu sudah pulang. Ibu khawatir kamu kenapa-kenapa di malam begini." Cukup jelas bukan kalau di balik si ibu marah sebenarnya ia hanya ingin mengatakan kekhawatirannya.

Buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca oleh siapa pun yang mau meng-upgrade kemampuannya berkomunikasi. Enggak masalah dari buku nonfiksi seperti ini yang kita tangkap ilmunya hanya 30%, tetapi dari yang sedikit itu akan kita praktikkan dan syukur-syukur menjadi habbit dan karakter kita.

Sekian ulasan saya untuk buku Komunikasi Bebas Konflik. Terakhir, jaga kesehatan dan tetap membaca buku.



Oktober 01, 2023

Resensi Novel Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan - Amalia Yunus


Judul:
Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan

Penulis: Amalia Yunus

Penyelaras aksara & tata letak: Irman Hidayat

Desain sampul: Nadya Noor

Penerbit: Banana Publisher

Terbit: Mei 2023, cetakan pertama

Tebal: xiii + 158 hlm.

ISBN: 9786238845903 



Menjadi perempuan muda dengan berat badan 170 kg bukan perkara mudah. Kamu harus berhenti kuliah karena badanmu sulit diajak aktifitas. Akhir-akhir ini pun kamu kerap diserang sesak yang menyakitkan. Dan menurut dokter, dengan berat badan yang kelebihan itu, umurmu tidak lebih dari dua tahun lagi.

Karena tidak mau mati muda, kamu memilih ikut program televisi XXXL yang tujuan utamanya menurunkan berat badan. Rencana ini justru ditanggapi dengan skeptis oleh pacarmu. Walau begitu kamu tetap mendaftar dan mulai terlibat di acara tersebut.

Apakah tujuanmu menurunkan berat badan akan berhasil? Dan bagaimana nasib pacarmu nantinya?



Premis novel ini keren karena membahas kasus obesitas pada perempuan. Secara enggak langsung penulisnya bersebrangan dengan jargon 'love your self' yang biasa digembar-gemborkan perempuan gendut. Saya setuju dengan sudut pandang penulis soal tema ini karena ada batasan jelas yang dipakai yaitu hubungan kelebihan berat badan dengan kesehatan.

Melalui tokoh Kamu, pembaca dikasih lihat betapa enggak enaknya jadi orang gendut. Gerak susah, aktifitas terbatas, kemana-mana merepotkan orang, dan terancam penyakit yang kapan waktu bisa datang. Situasi ini yang kemudian jadi motivasi tokoh Kamu untuk ikut program XXXL, walaupun disinggung cara mudah jadi kurus dengan Operasi Bariatrik.


Operasi Bariatrik adalah pembedahan yang dilakukan untuk membantu menurunkan berat badan. Prosedur ini dilakukan pada penderita obesitas yang sulit diatasi hanya dengan diet dan olahraga. Biasanya dilakukan dengan membuang sebagian lambung agar membatasi makanan yang ditampung lambung dan mengurangi penyerapan nutrisi di usus halus. (sumber: alodokter.com)


Ada banyak tips yang disampaikan penulis melalui ceritanya dan sebenarnya kita pasti sudah tahu dari banyak artikel. Merubah gaya hidup. Caranya dengan memilih makanan sehat, cukup minum air putih, rutin olahraga, tidur cukup, dan jaga kesehatan mental. Semua judul bab di novel ini mewakili step by step proses perubahan itu.



Kamu tidak mungkin berharap berat badanmu turun jika gaya hidup dan kebiasaan makananmu selalu sama (hal. 66)


Di tengah tema kesehatan, novel ini tetap berada pada jalur genre romansa. Konflik ada dari sisi pacar si tokoh Kamu yang kurang setuju dengan keikutsertaannya di acara tersebut. Alasannya karena acara reality show sebenarnya hanya menjual drama. Pacarnya tidak mau Kamu di-bully, ditertawakan, dibikin konyol, dan diatur-atur untuk mendramatisasi acara.

Poin ini masih relevan dengan tema kesehatan itu. Kadang komentar orang sekitar bisa mematahkan proses yang sedang dilakukan. Saya pun sempat kesal dengan si pacarnya ketika dia marah besar mengungkit komentar dan chat si Kamu dengan peserta laki-laki lain di acara yang sama. Si pacar malah memberikan pilihan antara tetap ikut acara tersebut atau dirinya. Duh gusti!


Aku rasa sejak awal dia takut kamu berhasil. Selama ini kamu sangat bergantung padanya. Apa pun yang dia katakan, kamu menurut. Kamu tidak punya siapa-siapa kecuali dia. Kamu selalu ada setiap dia butuh seseorang... Sekarang temanmu banyak, kamu populer dan punya banyak pengikut di medsos, bahkan ada laki-laki yang memujimu cantik. Tentu dia merasa tersisihkan, merasa tidak penting lagi, bahkan cemburu. (hal. 125)


Intinya, pesan di novel ini sangat vokal dan menohok ditujukan untuk perempuan gendut kalau siapa pun bisa menurunkan berat badan, asalkan MAU.



Novel ini disajikan dengan sudut pandang kedua. Agak membingungkan sih tapi tetap bisa diikuti dan masih bisa dipahami keseluruhan ceritanya. Pengalaman baru juga, kayaknya saya baru kali ini baca novel dengan POV Orang Kedua.

Untuk kover novelnya saya kurang suka. Ilustrasinya aneh. Opini pribadi ya, mungkin saya memang kurang berseni.

Nah, sekian ulasan untuk novel Bagaiaman Cara Mengurangi Berat Badan. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



September 29, 2023

Resensi Novel 23:59 - Brian Khrisna


Judul:
23:59

Penulis: Brian Khrisna

Penyunting: Juliagar R. N.

Ilustrasi isi: Dalila Arrumaisha

Sampul: ORKHA CREATIVE

Penerbit: MediaKita

Terbit: Januari 2023

Tebal: iv + 232 hlm.

ISBN: 9789797946692

Novel 23:59 ini menceritakan hubungan Ami dan Raga yang sudah terjalin dua tahunan harus kandas. Raga memutuskan hubungan mereka tanpa penjelasan dan itu membuat Ami sangat patah hati.

Perasaan Ami hancur. Dia berusaha mencari tahu alasan kenapa Raga memilih pergi tapi tidak berhasil. Selama patah hati itu tak terbilang berapa kali dia menangis, berapa kali dia berusaha mengakhiri hidup. Beruntung Ami memiliki teman-teman dan keluarga yang memperhatikan dan menjaganya agar hal buruk tidak dilakukannya.

Ami mencoba move on dengan menerima Aransyah sebagai kekasih. Tetapi selama itu pula ia tidak bisa melupakan Raga. Walau Ami masih meradang dengan hubungan masa lalunya, Aransyah bersabar untuk terus di sisi Ami dan menerima semua perlakuan Ami yang belum sepenuhnya menganggapnya ada.

Athif, sahabat Raga, tahu betul apa alasan Raga pergi dan membiarkan Ami menderita begitu. Sebagai orang luar, Athif tidak bisa mencampuri masalah di antara keduanya. Bahkan di saat Ami dan Aransyah bertunangan, Athif tidak membuka mulut meski Ami mendesaknya.

Dua hari menjelang pernikahan, Ami bertekad untuk menyudahi meratapi nasib kegagalan hubungannya dengan Raga. Foto polaroid dan gelang manik-manik sejumlah 24 membawa Ami pada momen ajaib dan di sanalah dia menemukan jawaban apa yang membuat hubungannya dengan Raga tidak berhasil.

Membaca novel ini sangat mengaduk emosi. Banyak bagian cerita yang membuat saya sedih. Tema novel ini adalah tentang patah hati dan memaafkan masa lalu. Pasti banyak banget pembaca yang akan relate dengan kisah Ami dan Raga.

Saya sendiri punya pengalaman serupa, diputuskan tanpa penjelasan. Setahun saya merasa sakit di dada dan sulit tidur. Biar bisa istirahat, saya harus minum Antimo. Awalnya satu pil, makin lama tidak berhasil, dan sampai saya harus minum empat pil agar bisa tidur. Saat itu mau minum lima pil tapi saya diingatkan oleh kenalan seorang apoteker jika itu beresiko.

Saya baru benar-benar bisa ikhlas setelah setahun berlalu dan waktu itu saya memaksakan diri menemui dia untuk mengatakan maaf jika selama dengan saya dia tidak bahagia sampai akhirnya memutuskan pergi begitu saja. Pertemuan kurang dari lima menit itu berhasil membuat saya bisa move on sampai hari ini.

Menurut saya, ketika ingin mengakhiri hubungan, please, beri closure yang tuntas. Jika ada yang harus dijelaskan, tolong beri kesempatan untuk menjelaskan. Jangan sekali-sekali membiarkan salah satu pasangan menebak-nebak ada apa, siapa yang salah, dan sebenarnya ada masalah apa. Ibaratnya begini, selama berhubungan kita pelan-pelan mengikat benang ke sepuluh jari masing-masing. Lalu saat putus, ada dua benang di dua jari yang tertinggal tidak diputuskan. Mau berapa tahun pun kejadian itu, bagi salah satu pasangan akan menjadi beban yang belum selesai. Ini yang membuat susah untuk memulai dengan orang lain karena masih ada ikatan yang belum dituntaskan.

Eh, saya malah curhat, hehe. Tapi memang betul, berada di posisi Ami itu tidak enak. 


Secara penceritaan penulis, saya suka, karena runut dan utuh sehingga rasa dan emosi ceritanya sampai ke saya sebagai pembaca. Sedikit kekurangan, di sini banyak sekali paragraf narasi yang agak panjang. Bahkan untuk adegan dramatis pun dipangkas dengan narasi saja. Sayang sekali memang, padahal bisa makin membuat nangis kejer kalau part itu dibikin adegan. Contohnya ketika Ami marah, kesal, dan mencaci maki Raga, penulis merangkum dalam narasi, tidak ada detail caci maki Ami seperti apa.

Building karakter di novel ini cukup baik, terutama tokoh Ami dan Raga. Mungkin karena keduanya tokoh utama jadi karakter mereka menonjol. Walau pun tokoh Raga baru benar-benar akan kita kenali setelah mulai ketengah buku. 

Di awal buku kita akan kenal Ami sebagai gadis yang sendu akibat patah hati. Walau dulunya dia sangat cemerlang tapi setelah diputuskan Raga, karakternya menjadi mendung. Bagian cemerlang ini yang tidak saya rasakan, tahu-tahu sudah jadi gadis yang memprihatinkan.

Sedangkan Raga akan dikenalkan di awal sebagai pemuda yang berengsek karena membuat Ami menderita. Pengecut karena pilihan sikapnya untuk menunda penjelasan kepada Ami. Saya geram sekali saat tahu begitu. Tetapi setelah membaca momen ajaib itu, saya jadi ikut bersimpati. Sebagai lelaki, kita akan memperjuangkan sesuatu yang kita sukai dengan maksimal. Tetapi ada waktunya kita berhenti karena tahu kalau dipaksakan akan menimbulkan banyak ketidakbahagiaan. Ibaratnya, keinginan hidup itu enggak melulu akan terpenuhi, dan kadang kita harus berkorban untuk hal baik yang lebih banyak.

Untuk tokoh Athif sendiri cukup menyita perhatian. Awalnya saya kira dia akan punya momen penting di masalah Ami dan Raga, tetapi ternyata peran dia memang hanya sebagai katalisator bagi kedua sahabatnya itu.

Ada bagian yang tidak digali penulis yaitu bagaimana orang tua Ami menghadapi anaknya yang patah hati. Walau ibunya Ami sering menyumpahi Raga, tapi itu belum menunjukkan sisi orang tua dalam menghadapi anaknya yang dirundung pilu. Akan lebih pilu lagi jika ada bagian yang memaparkan sama terlukanya ayah dan ibunya Ami melihat anaknya yang putus harapan karena seorang Raga.

Oya, novel ini juga tergolong bacaan dewasa dan pembaca harus terbuka dengan sesuatu yang tabu. Sebab ada pernyataan yang menjelaskan kalau Ami dan Raga melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Secara terselubung penulis menganggap hal itu bukan masalah besar. Tapi bisa jadi untuk beberapa orang bagian ini tidak sependapat.


"Aku memang menyesal karena pada akhirnya kita enggak bisa bersama seperti semua rencana kita dulu, tapi untuk satu hal itu, enggak. Aku gak menyesal." (hal.152)

Secara keseluruhan, novel ini berhasil membuat saya sedih mengikuti kisah Ami dan Raga. Dan novel ini saya rekomendasikan buat pembaca yang suka cerita romansa tapi punya kisah yang bikin pengen nangis.

Oya, jangan lupa juga mendengarkan lagu dari Andre Mastijan yang judulnya Khianatiku.


Sekian ulasan novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


September 23, 2023

Resensi Novel The Mocha Eyes - Aida M. A.


Judul:
The Mocha Eyes

Penulis: Aida M. A.

Penyunting: Laurensia Nita

Sampul: Bara Umar Birru

Penerbit: Penerbit Bentang

Terbit: Mei 2013, cetakan pertama

Tebal: x + 250 hlm.

ISBN: 9786027888326

Nilai: 4/5 bintang

Komposisi: Cinta, Kejujuran, Kelembutan, Perubahan, dan Moka

Cara penyajian: Tuangkan kejujuran, kelembutan, perubahan, dan moka ke dalam cangkir. Tambahkan 180 cc air cinta, aduk, dan sajikan.

Kehadiranmu menjadi hal yang kutunggu. Kusesap kelembutanmu dengan senyuman, menafikan sedikit pahit karena ternyata terasa manis. Kamu dan aku seperti dua hal yang terlihat senada, tetapi berbeda. Karena aku justru menemukanmu dalam sepotong cinta.

Ya, menunggumu bersatu denganku, seperti mencari rasa cokelat dalam secangkir mochacccino. Karena aku tak akan merasakan manis dalam setiap hal yang tergesa-gesa, kecuali semuanya tiba-tiba menghilang.


Novel The Mocha Eyes ini menceritakan seorang gadis bernama Muara yang karakternya berubah setelah ia diperkosa oleh salah satu kenalan di kampusnya. musibah itu pun menjadi pukulan berat bagi ayahnya sehingga kabar itu membuatnya syok dan meninggal. Muara menanggung beban berat, selain kehormatannya direnggut, ia pun merasa menjadi penyebab ayahnya meninggal.

Butuh waktu berbulan-bulan bagi Muara untuk kembali menjalani hari-harinya. Dan ketika ia sudah membuka hati kepada Damar, lagi-lagi Muara harus menelan kepahitan dengan diputuskan pacarnya dengan alasan sikapnya yang begitu dingin.

Muara bertambah skeptis kepada kehidupan. Malam hari sulit untuk tidur sebab mimpi buruk itu selalu datang. Sehingga Muara kerap terlambat masuk kerja dan itu yang membuatnya sering diberhentikan kerja. Berulang kali Ibunya menasihati namun Muara tidak mengindahkannya. Dia menutup diri, bersikap dingin, dan pesimis.

Beruntung ada tempat makan ayam goreng yang menerimanya kerja. Keseringan terlambat dan bersikap dingin belum berubah. Dan pada satu waktu ada pelatihan crew yang diadakan di puncak, di sinilah Muara bertemu Fariz, trainner-nya. Diskusi kecil yang mereka lakukan membuka babak baru. Muara diingatkan jika hidup tak melulu pahit. Melalui secangkir moka, Muara diajarkan menggali rasa cokelat yang dicampur pahitnya kopi.


Novel The Mocha Eyes ini merupakan bagian series Love Flavour yang diterbitkan Penerbit Bentang. Sebelumnya saya pernah membaca judul lainnya yaitu The Coffee Memory karya Riawani Elyta.

Kesan pertama setelah membaca novel ini, saya cukup menikmati romansa antara Muara dan Fariz yang dibangun penulis. Romansa yang dihadirkan tipikal romansa dewasa, tidak menye-menye ala anak muda. 

Isu trauma masa lalu begitu kental disampaikan pada novel ini. Saya tidak bisa membayangkan seberapa hancur hidup seorang gadis yang jadi korban perkosaan dan setelah itu ayahnya meninggal karena kejadian ini. Kasus perkosaan bukan soal sepele. Korbannya akan memikul trauma ini seumur hidup dan menjadi nasib buruk yang tidak akan pernah bisa dihapuskan atau dilupakan. Karakter Muara yang begitu skeptis pada apa pun, pendiam, tertutup, menjadi contoh efek bagi si korban. Karena korban akan kehilangan kepercayaan diri, merasa kotor, malu dengan penilaian orang di sekitar, dan di sisi lain ia enggan dikasihani.

Kehadiran Fariz sebagai konselor bagi Muara menjadi jembatan terbukanya segala perasaan yang dipendam Muara. Ini bagian penting dari isu trauma masa lalu, jika korban harus bisa membuka diri dengan menceritakan masa lalunya, apa yang dirasakannya, harapan-harapannya, agar tumpukan perasaan itu terurai. Setidaknya proses konseling ini menjadi pelepasan beban hidup, dan tujuannya agar pikiran dan hatinya lebih lega. Dengan begitu, pikiran dan hatinya bisa diisi lagi dengan hal-hal baik dan menyenangkan yang lebih banyak.


Bagian paling menyenangkan di novel ini saat Muara berangsur-angsur memiliki gairah hidup setelah ia menceritakan masalahnya kepada Fariz. Semangat Muara seperti menular kepada saya sebagai pembaca. Bukan apa-apa, saya cukup bisa merasakan karakter Muara yang gelap, dan begitu dia mulai bersinar lagi, itu membuat saya senang.

Ada beberapa catatan yang menurut saya bisa diperbaiki dalam novel ini:

  1. Karena ini novel romansa, kita akan menemukan dialog-dialog manis. Tapi jujur saja, kayaknya sedikit sekali orang di kehidupan nyata akan mengatakan dialog-dialog manis tadi. Jadi pada bagian ini saya cukup geli membayangkannya.
  2. Hanya karakter Muara yang menurut saya menonjol dan utuh. Karakter seperti Fariz dan Meisha tidak tergali lebih dalam. Ini yang membuat saya kurang terkoneksi secara karakter dengan mereka.
  3. Bagian Muara berkonsultasi dengan Fariz soal masa lalunya terlalu singkat. Saya jadi tidak bisa merasakan pergulatan batin Muara ketika dia membuka rahasianya kepada Fariz. Dan untuk kasus pelik yang dipikul Muara, rasanya akan butuh banyak pertemuan dengan konselor.

Walau ada catatan seperti di atas, secara umum novel ini masih enak dinikmati, layaknya menikmati kopi moka.

Saya juga suka dengan kovernya. Perpaduan warna cokelat kayu, papan tulis hitam, dan lantai abu-abu, membuat novel ini tambah manis.

Sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



September 12, 2023

Resensi Novel The Apartment - Utep Sutiana


Judul:
The Apartment

Penulis: Utep Sutiana

Penyelaras aksara: Dewi Hannie

Desainer: Billy R.

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Terbit: September 2019

Tebal: 178 hlm.

ISBN: 9786232165410

Nilai: 3/5


Sabrina Larasati ditemukan tewas di balkon apartemennya. Dari hasil penelitian tim forensik kepolisian, Sabrina meninggal dikarenakan kekerasan fisik. Rimba Rayya-sang fotografer, yang juga adalah pacarnya- menjadi tersangka utama.

Akan tetapi, seiring waktu bergulir dan berdasarkan fakta-fakta yang didapat di TKP, beberapa nama pun muncul ke permukaan dan diyakini oleh pihak kepolisian menjadi tersangka utama berikutnya.

Kasus semakin rumit ketika Syifa-manajer artis Sabrina-ternyata juga tewas beberapa hari sebelum Sabrina terbunuh.


Novel The Apartment menceritakan seorang gadis 32 tahun berprofesi artis terkenal bernama Sabrina Larasati. Kehidupannya sedang suntuk karena kesibukannya sebagai artis yang penuh jadwal syuting. Ditambah kemunculan Dustin, sahabat lamanya, yang kian meneror dengan tujuan menjadikannya sebagai pacar.

Teror Dustin mengusik hidup Sabrina, dan ketenangannya bertambah rusak saat manajernya, Syifa, menyampaikan ada lelaki bernama Anton, mengaku sahabatnya dari kampung, yang mendesak ingin menemuinya. Sabrina tidak punya pilihan selain pindah apartemen dan ia akan pindah ke apartemen kosong milik kekasihnya, Rimba Rayya-sang fotografer.

Suatu pagi, Lelma yang berkunjung ke apartemen Sabrina yang baru, ia justru menemukan sosok Sabrina sudah terkapar di balkon dengan luka tusukan. Sebelum dibunuh, tampaknya Sabrina diperkosa lebih dulu karena di tubuhnya ditemukan sperma.

Selain itu, manajer Sabrina, Syifa, juga ditemukan terbunuh di apartemennya. Kepala belakangnya dipukul benda tumpul. 

Penyelidikan polisi untuk dua kasus pembunuhan mengarah kepada orang-orang terdekat dari si korban. Lelma, Dustin, Rimba, dan Anton merupakan nama-nama yang masuk investigasi. Lelma adalah teman seapartemen Sabrina. Dustin adalah sahabat yang kemudian mengejar Sabrina agar jadi pacarnya. Rimba adalah kekasih Sabrina. Anton adalah sahabat lama Sabrina dari kampung.

Lalu, siapa sebenarnya pembunuh Sabrina dan Syifa? Dan apa motif pembunuhan keduanya?


Novel The Apartment ini bergenre thriller misteri. Ceritanya ada pembunuhan dan kita diajak menelusuri mencari tahu siapa pembunuhnya. Dan di sini juga kita akan menemukan usaha penulis untuk menggiring pembaca menebak ke terduga pelaku, dan menjelang akhir cerita, mulai dipatahkan satu demi satu dugaan tersebut dengan alibi-alibi yang meyakinkan.

Saya suka dengan ceritanya karena memang saya jarang membaca genre ini, terutama karya penulis dalam negeri. Dan genre ini tentu saja membuat saya betah melanjutkan membaca karena penasaran dengan sosok pelaku pembunuhnya.

Lembar demi lembar misterinya cukup menarik. Terutama ketika penulis mulai menjabarkan alibi-alibi kenapa terduga pelaku tidak jadi pelaku. Semakin diungkap alibinya, semakin mengerucut sosok pelakunya. Dan di akhir cerita, lumayan mengagetkan, "Kenapa pelakunya dia?". Saya tidak akan membocorkan siapa pelakunya, tapi saya perlu bilang kalau Sabrina adalah korban apes atau nasib tak mujur.

Ada tiga hal yang saya tidak suka dari novel ini. Pertama, penulis menampilkan orang-orang berengsek di sekitar korban (Sabrina). Dengan begitu, pembaca sudah yakin kalau di antara mereka sebagai pelakunya karena motifnya jelas. Dan ketika mereka menjalankan rencana buruk kepada Sabrina, ketertarikan saya pada kasusnya berkurang. Akan jauh lebih seru kalau ada orang-orang baik di sekitar Sabrina yang justru menyimpan bara dalam sekam, dan saat cerita akan diakhiri, penulis membuka motifnya dengan gamblang. Ini akan mengejutkan pembaca.

Kedua, pace ceritanya yang terlalu cepat. Banyak detail yang dipersingkat dengan paragraf narasi sehingga pembaca tidak bisa masuk dengan karakter-karakter yang ada. Susah bagi saya untuk simpati dengan tokoh-tokohnya. Ini membuat saya maklum dengan novel terjemahan yang bergenre sama dan memiliki ketebalan yang menguji, karena di novel tersebut memaparkan lebih banyak detail cerita.

Ketiga, ending cerita yang tidak memuaskan. Penulis dengan mudahnya tidak mengganjar pelaku dengan hukuman yang setimpal. Pelaku malah bisa bebas dan leluasa meninggalkan Indonesia dengan sangat jumawa. Pada bagian ini, peran polisi dan detektif jadi tidak ada gunanya.

Walau novel ini memiliki kekurangan, tetapi ceritanya masih menghibur dan bisa dinikmati. Sayangnya memang belum memberikan kesan mendalam. 

Sekian ulasan saya untuk novel The Apartement ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!




Juli 30, 2023

Resensi Buku Anak: Spog Mencari Bumi - Arleen A & VinK


Judul:
Spog Mencari Bumi

Penulis: Arleen A

Ilustrasi: VinK

Penyunting: Noni M. T.

Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer

Terbit: Januari 2008

Tebal: 60 hlm.

ISBN: 9789797986575

Perkenalkan, namaku Spog. Aku adalah seekor anjing yang tinggal di planet Alotita, yang letaknya jauh dari Bumi. Tapi nenek moyangku sebenarnya berasal dari Bumi. Sekarang aku sudah cukup besar untuk naik pesawat ruang angkasa sendiri. Makanya aku ingin sekali main ke Bumi. Tapi aku nggak tahu jalan ke sana. Padahal Bumi sangat jauh dan banyak bahaya yang menghadang di depan. Bisakah kamu membantuku menemukan planetmu?

***

Karena sedang kesusahan membaca novel, saya memutuskan untuk mengunduh IJakarta, perpustakaan digital punya pemerintah DKI Jakarta, dan memilih bacaan anak-anak. Nama penulis yang saya ingat saat itu adalah Kak Arleen A. Setahu saya beliau sudah punya beberapa buku anak-anak. Dan begitu dicari, wuihh... ada banyak bukunya. Pilihan saya pun jatuh ke buku series Spog, seekor anjing yang berasal dari Planet Alotita.

Buku Spog Mencari Bumi merupakan buku pertama petualangan Spog. Sebagai permulaan, penulis membahas dulu siapa Spog dan kenapa anjing ini bisa berada di Planet Alolita. Rupa-rupanya Spog ini sebenarnya ras anjing dari Bumi. Dulunya, nenek moyangnya ikut astronot dari Bumi ketika melakukan penjelajahan angkasa dan mereka tertinggal di Planet Alolita. Biar sudah menjadi penghuni Planet Alolita, cerita tentang Bumi tetap dilestarikan ke generasi berikutnya. Dan secara turun temurun mereka melakukan pencarian keberadaan Bumi berada.

Dan dirasa Spog ini sudah cukup mampu mengendalikan pesawat luar angkasa, dia pun melakukan perjalanan mencari Bumi. Ternyata perjalanannya tidak mudah. Spog memulai petualangannya dan ia pun bertemu banyak hal seperti mahluk air, raksasa gondrong, raksasa ungu, naga, anak laki-laki dari Bumi bernama Roy dan masih banyak lagi.

Siapa sih yang enggak suka cerita petualangan? Anak-anak juga pasti suka. Ditambah karakternya hewan lagi. Pasti mereka bakal tertarik banget dan senang mengikuti kisahnya. Yang menonjol dari buku anak-anak adalah sajian ceritanya yang sederhana. Bahkan gaya penulisan pun menggunakan diksi yang mudah dimengerti. Enggak perlu juga pakai konflik yang berat-berat biar anak-anak gampang memahami maksud ceritanya.

Buku ini juga dicetak full warna dan gambarnya sangat enak dilihat. Cocok sih buat bacaan anak-anak. Tetapi yang menurut saya kurang pas adalah formatnya yang meminta pembaca memilih kelanjutan cerita dengan membuka halaman berikutnya sesuai pilihan kita, itu bakal terlalu berat buat anak-anak. Apalagi jumlah skenarionya banyak pisan.

Pada halaman 4, akan ada pilihan sebagai berikut: - Jika kamu pikir Spog sebaiknya berusaha berkomunikasi dengan makhluk penyerangnya, lanjutkan ke halaman 7. - Jika kamu pikir Spog sebaiknya menekan tombol Turbo untuk lari ke Planet Biru, lanjutkan ke halaman 8.

Untuk membaca kelanjutan kisahnya, kita tinggal membuka halaman sesuai pilihan kita. Tapi saya yakin, walau sudah memilih satu skenario, kita akan dibuat penasaran dengan pilihan yang lainnya. Ini pula yang membuat saya menuliskan semua pola pilihan skenario dalam buku ini. Karena setiap pilihan skenario akan membawa kita pada petualangan baru dan akhir cerita yang berbeda.

Why? Why? Kenapa?

Jujur saja, saya yang sudah gede gini aja merasa terbebani dengan pilihan yang ternyata bisa sampai 25 skenario petualangan. Gila! DUA PULUH LIMA SKENARIO. Kalau buku ini dikasihkan ke anak SD, mereka bakal pusing sendiri. Secara sepanjang membaca bukunya, kita harus mengingat alur mana yang sudah dipilih dan PR lainnya anak-anak yang membaca buku ini harus bakal membolak-balikkan halaman dan lama-lama mereka akan merasa mumet sendiri.

Saya tidak tahu alasan penulis kenapa membuat pilihan ceritanya sebegitu banyak. Saya justru berharap buku ini hanya punya dua sampai lima skenario saja, dan itu cukup banget untuk menyampaikan pesan moral. 

Kalau boleh menduga-duga, jangan-jangan tuntutan halaman biar banyak. Sebab dipastikan kalau pilihannya hanya sekitar dua sampai lima skenario saja, pasti halamannya terpangkas banyak. Kecuali buku ini dibanyakin ilustrasinya dan dilakukan pemenggalan narasi ceritanya yang semula dibuat satu halaman, dirubah jadi tiga atau empat halaman.

Lagian, anak-anak itu suka liat gambar dibanding membaca banyak kalimat. Dan teknik melihat gambar yang disisipkan narasi cerita bisa membuat mereka betah untuk membuka-buka buku. Lama-lama mereka keranjingan membaca. Enggak apa-apa buku yang dibaca tipis-tipis, seiring umur dan kemampuan baca yang meningkat, bacaan mereka juga akan bergeser ke yang lebih tebal.

Posan moral di buku ini cukup relevan dengan usia anak-anak, dimana mereka sedang butuh-butuhnya pembelajaran nilai kebaikan. Banyak sekali pilihan-pilihan baik yang dilakukan Spog dan aman ditiru oleh pembaca anak-anak. Contohnya Spog mau membantu naga yang tertusuk, padahal naga bukanlah hewan jinak, tetapi Kak Arleen membawakan kisahnya dengan sederhana.

Secara keseluruhan, saya masih bisa menikmati ceritanya. Dan saya masih kuat untuk bolak-balik halaman bukunya kok. Buku ini benar-benar ringan, cukup menghibur di tengah kesusahan saya menyelesaikan membaca novel yang sudah lama menimbun.

Saya memberikan nilai 3/5 bintang, dan buku ini akan lebih baik dijadikan bacaan orang tua yang mau mendongengkan kisah kepada anak-anak, bukan anak-anak itu sendiri yang membacanya. Dengan opsi dibacakan tentu saja akan membangun hubungan erat orang tua dan anak.

Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.